Chapter 11

59 3 0
                                    

_o0●0o_Devil Number 4–0o●o0–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_o0●0o_
Devil Number 4
–0o●o0–


"Hei Soobin kau sedang apa?" 

"Jangan dihiraukan. Dari tadi pagi dia begitu. Oh, ya. Habis kuliah nanti ada kumpul-kumpul. Sudah tahu, 'kan?"

"Mau bahas apa kali ini?"

"Sebentar lagi ada festival. Kita sudah harus mulai menyiapkannya."

"Apa? Festival?!"

"Kali ini jurusan kita bakal jadi juara 1."

Brakk! Soobin yang sedari tadi melamun itu tiba-tiba bangkit. Derak kursinya yang bergeser membuat dua temannya yang sedari tadi asik bercakap-cakap itu seketika menoleh. Pemuda itu sejak pagi melamun terus, entah apa yang dipikirkannya, ditanya juga diam saja.

"Hei, kau mau ke mana? Sebentar lagi kuliah dimulai tahu."

Soobin menyahut, "Beli kopi."

.

.

.

.

.

Soobin melangkah menuju vending machine yang tak jauh dari ruang kelasnya. Saat itu suasana koridor sedang sepi tak ada siapa-siapa. Ia memasukkan beberapa koin dan memilih kopinya. Mesin bergerung halus, secara otomatis mengucurkan cairan cokelat beruap ke dalam kap kecil. Sembari menunggu kopinya jadi, pikiran Soobin melayang ke suatu masa. Di mana untuk pertama kalinya dia bertemu Yeji. Di dekat vending machine ini.

Waktu itu kondisinya sama. Soobin tengah menunggu kopinya sebelum kelasnya dimulai. Lalu tiba-tiba saja seorang gadis menubruknya dari arah berlawanan. Soobin tidak kenal gadis itu, tapi yang pasti dia punya wajah cantik yang unik. Karena tak sengaja menabrak orang asing, wajahnya tampak gugup sekali.

"Ah, maaf. Saya jalannya tidak melihat ke depan."

Cantik.

"Sekali lagi saya minta maaf."

Soobin terpana saat pertama kali beradu tatap dengannya. Bentuk mata itu unik, menukik tajam dengan kelopak mata tunggal, oriental khas gadis Korea. Bola matanya bersinar cerah meski terhalang lensa kaca mata. Sedang rambutnya tidak dibuat neko-neko,  dibiarkan lurus alami apa adanya. Soobin lihat ada keluguan murni di sana.

"Ah, tidak apa-apa. Aku yang tidak fokus," ujarnya mengusap leher canggung.

Gadis itu membungkuk berkali-kali. Rambut panjangnya yang dikuncir tinggi itu bergerak-gerak ringan. "Sekali lagi, maafkan saya."

Suara dari mesin pembuat kopi kemudian mengalihkan perhatiannya. 

"Ah, kopinya." Soobin mengambil kopinya, lalu melanjutkan, "Apa kau juga mengambil mata kuliah ini—" 

devil number 4 - [hhj x hyj]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang