"Sejak awal para iblis menyebabkan kemalangan kecil untuk memudahkan mereka menangkap target. Ini adalah trik yang sangat klasik untuk mengelabui manusia."
Perkataan malaikat itu terus terngiang-ngiang di kepala Yeji. Jika benar begitu, maka dari awal, bahkan sebelum pertemuan mereka, iblis itu telah membohonginya. Kesengsaraan bertubi-tubi yang bermuara pada keputusasaan adalah perangkap kecil yang dibuat agar Yeji membuat kontrak.
Tapi, di sudut hatinya Yeji masih belum bisa menerima fakta itu. Ia masih punya secercah harapan bahwa semua yang dia terima dari iblis itu adalah ketulusan. Tak pernah ada yang sebaik pria itu sebelumnya. Mustahil jika itu semua hanyalah akal-akalan belaka.
•°•○○•°•
Hujan masih mengguyur deras.
Soobin tiba di kampus dengan sedikit basah pada jaketnya. Cuaca terasa dingin, angin yang bertiup campur hujan menyapu sepanjang koridor. Lantai menjadi sedikit licin dan kotor karena pijakan sepatu-sepatu yang lalu lalang. Soobin menutup payungnya dan berjalan menuju ruang kelasnya hari ini.
"Soobin!" Saat itu salah satu dari dua temannya memanggil. "Kau mau ikut kami ke acara kencan buta?"
Soobin menatap malas. "Kencan buta apa?"
"Kami kekurangan orang, nih. Kau cukup menunjukkan mukamu sebentar, terus boleh pulang, kok."
"Tidak mau." Mendengar ide konyol itu membuat Soobin melengos. Dia tidak tertarik ikut acara kencan buta begitu. Hanya membuang waktu.
"Hei, kenapa? Kenapa?"
"Lagi pula tidak akan berhasil juga. Kenapa harus pergi?"
"Dasar kau! Tidak kasihan pada Boomin? Dia sudah jomblo selama 21 tahun! Tolong bantulah dia."
Soobin membalik badan dan menghela napas lelah. Dua temannya itu tampak benar-benar menyedihkan dengan cara yang konyol. "Memangnya kenapa harus aku?"
"Soalnya baru bisa kencan buta kalau jumlahnya cukup. Tidak ada orang lain selain kau."
Saat pusing harus menolak atau mengiyakan ajakan dua temannya, perhatian Soobin teralihkan pada Yeji yang barusan lewat. "Yeji!" panggilnya, tapi gadis itu hanya menoleh sebentar. Soobin menatap bingung gadis itu.
Raut Yeji tampak keruh. Murung seperti ada banyak pikiran. Selama perkuliahan, Soobin terus memandangi gadis yang melulu buang muka ke arah jendela itu. Mengira-ngira apakah gadis itu sedang ada masalah. Soobin ingin mendekatinya, tapi meragu karena Yeji tampak ingin menyendiri.
"Yeji kenapa, ya?" bisik sebuah suara di sebelahnya.
"Eh?!" Soobin terperanjat. Saat menoleh ternyata Chaewon tengah memergoki dirinya menatap ke arah Yeji.
"Aku juga merasa dia sedikit aneh hari ini."
"Benar," Soobin menatap Yeji lagi. "Tapi apa dia akan memberitahuku masalahnya kalau aku bertanya.."
"Kenapa kau khawatirkan soal itu?"
"Entahlah. Aku takut dia tidak nyaman kalau kutanyai." Soobin menutup muka dengan dua tangannya, bimbang.
"Kupikir tidak masalah. Setiap orang suka kalau ada yang mengkhawatirkan mereka." Perkataan Chaewon membuat Soobin mengangkat wajah. "Lagi pula, hubungan kita dengan Yeji cukup dekat, 'kan?"
Benar! Seketika wajah Soobin menjadi cerah terilhami. "Chaewon, ternyata kau bijak juga!"
Chaewon mengibas rambutnya. "Dari dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
devil number 4 - [hhj x hyj]
Fanfiction[Devil Number 4 | Webtoon!AU | Devil!Hyunjin X Human!Yeji] Hwang Yeji, si mahasiswa miskin yang hampir putus asa pada hidupnya. Suatu hari, datang padanya seorang iblis tampan yang menawarkan kenikmatan dunia yang bisa ia genggam jika Yeji mau membu...