Bab 37

47 12 1
                                    


Seperti yang Alvan bilang semalam ke Danisha  kalau dia akan menjemput gadis itu di sekolah tempat dia mengajar sebagai program kerjanya. Bukan di jemput menggunakan mobilnya tapi malah dengan berjalan kaki, memang sih jaraknya tidak jauh tapi ngapain coba Alvan bela-belain buat jemput dia?.

Hari ini jam mengajar Danisha full kalau Alex hanya sampai pada jam sebelas tadi makanya laki-laki itu udah pulang dari tadi, sedangkan Elisha dia  lebih sering di puskesmas, hanya dua kali dalam seminggu dia ke sekolah itu pun hanya dua jam per harinya tidak seperti Danisha dan Alex.

Alex di jurusan Akuntansi hampir tiap hari ada kelas, hanya dua hari saja kelasnya jam pendek. Nah,  tapi kalau Danisha satu Minggu full  hanya satu hari pulang jam sebelasan selebihnya pulang jam satu, bahkan di hari Senin dan Kamis  dia pulang di jam tiga,

Danisha melihat Alvan duduk menunggunya di warung depan gerbang sekolah sambil minum pocari, ia segera mendekati laki-laki itu walaupun sejujurnya dia masih bingung kenapa Alvan mau caprk-capek hanya untuk menjemputnya.

"Gue kirain semalam Lo bercanda doang bilang mau jemput! Ucap Danisha ketika sudah berada di depan laki-laki itu. Bukannya menjawab Alvan malah langsung berdiri mensejajarkan posisinya ke Danisha.

"Jalan sekarang?  Tanya Alvan sambil membuang botol pocarinya  yang udah kosong.

"Ya  ayo! Sahut Danisha sambil beranjak mendahului Alvan tapi langsung disusul laki-laki itu, ada beberapa murid Danisha yang kebetulan berpapasan dengan mereka , Dan Danisha pun tersenyum ketika murid-muridnya itu menyapanya.

Meskipun Danisha sama sekali belum tau apa motif Alvan menjemputnya, tapi dia tetap mengikuti langkah laki-laki itu yang membawanya ke tanah lapang tempat dimana ia dan Elisha kabur-kaburan dulu.

"Al, kita ngapain ke sini, Lo mau gue temenin kabur-kaburan dari posko? Tanya Danisha pada akhirnya.

"Ngaco! Emangnya Lo?

"Terus kita ngapain ke sini?

"Temenin gue ngadem! Jawab Alvan santai sambil mendudukkan tubuhnya di bawah pohon Ketapang, persis di tempat ia dan Elisha tidur-tiduran dulu.

Danisha masih berdiri melihat apa saja yang dilakukan Alvan, laki-laki itu mulai merebahkan tubuhnya di atas rumput dengan berbantalkan kedua lengannya.

"Sini! Kok malah bengong!" Ucap Alvan yang melihat Danisha belum juga ada pergerakan sambil menggerakkan tangannya mengajak Danisha agar duduk di sampingnya.

Akhirnya Danisha mendudukkan juga tubuhnya di samping Alvan yang masih rebahan, sehingga laki-laki itu hanya bisa menatap punggung kecilnya.

"Pantesan aja kemaren kalian betah lama-lama di sini, ternyata senyaman ini di sini!" Kata Alvan

"Iya, dan Lo sama Verrel datang-datang ganggu ketenangan kita!" Protes Danisha.

"Ya gue pikir Lo berdua diculik, tapi rugi juga sih kalau seandainya ada orang yang nyulik Lo! Kata Alvan sambil terkekeh.

"Ternyata Lo nyebelin ya! Ucap Danisha mulai kesal tapi Alvan memilih untuk diam saja, ia malah menatap gadis itu, walaupun Danisha membelakanginya karena posisinya yang lagi Rebahan sementara Danisha duduk di sampingnya.

Danisha menoleh ke belakang karena suasananya  mendadak sepi, dia pikir Alvan tertidur karena memang anak itu hobby tidur, tapi malah Alvan masih betah menatapnya sehingga tatapan mereka bertemu satu sama lain.

"Kenapa? Tanya Danisha pelan.

"Apanya?"

"Kenapa Lo liatin gue?" Tanya Danisha mengulang pertanyaannya.

"Lo cantik!" Jawab Alvan singkat sukses membuat  wajah Danisha bersemu merah, cepat-cepat ia palingkan tatapannya, dia tidak tahan lama-lama bertatapan dengan Alvan karena Tatapan laki-laki itu sangat tajam dan lagian jantung Danisha sudah tidak bisa lagi diajak untuk bekerja sama.

Danisha bisa merasakan pergerakan Alvan di sampingnya yang ternyata Alvan bangun dari acara rebahannya dan duduk di sampingnya. Keduanya sama-sama diam karena Danisha mulai canggung akibat kalimat yang diucapkan Alvan tadi.

Danisha kembali tersentak saat Jemari Alvan merapikan anak rambutnya yang mulai berantakan diterpa angin, berada sedekat itu dengan Alvan membuat jantungnya bergemuruh, apalagi tatapan Alvan begitu dalam menatap bola matanya.

"Danish!"... Lirih Alvan memanggilnya pelan, sambil merubah posisinya agar lebih berhadapan dengan gadis itu.

"Hmmm....!" Sahut Danisha memutar bola matanya melihat ke arah lain asal jangan mebalas tatapan Alvan.

"Liat gue! Ucap Alvan yang membuat Danisha memberanikan diri melihatnya.

"Gue sayang sama Lo dan Gue cinta sama Lo!"

"DEG!!!!!!....

Danisha mematung mencoba mencerna apa yang diucapkan Alvan barusan,  dia masih belum percaya apa yang didengarnya barusan...

"Gue cinta sama Lo Danisha Camilla! Ucap Alvan sekali lagi memperjelas...

Lagi dan Lagi Danisha belum sanggup berkata-kata, mulutnya masih tertutup rapat tapi tatapannya masih tertuju pada Alvan.

"Jangan tanya apa Alasan gue cinta sama Lo karena gue nggak punya jawabannya, gue hanya mengikuti kata hati gue!  Kata Alvan lagi membuat Danisha tersadar apa yang harus ia lakukan.

"Sejak kapan?" Tanya Danisha pada akhirnya karena sama sekali tidak menyangka kalau Alvan mengungkapkan perasaannya mendadak seperti ini.

"Entahlah, gue juga nggak tau sejak kapan, awalnya gue kira karena kagum aja sama Lo tapi ternyata gue salah,  gue mulai nggak suka ngeliat Lo nempelin Rayyan, gue cemas banget ngeliat Lo sakit, gue suka ngeliat Lo tertawa, gue juga suka ngeliat cara Lo berbicara dan  gue mulai khawatirin Lo kalau Lo terlambat pulang, sejak saat itu gue mulai paham, kalau semua itu  gue rasakan karena gue cinta sama Lo!" Jelas Alvan.

Haruskah Danisha bersorak kesenangan karena pada Akhirnya Perasaannya terbalas? Bukankah ini yang dia tunggu-tunggu?  Diam-diam dia menyukai laki-laki dingin yang irit bicara itu tanpa seorang pun yang tau dan Ternyata Laki-laki itu pun sama, sama-sama memiliki perasaan Cinta untuknya, tapi kenapa malah keraguan yang bersarang di hatinya????

KKN (Kelar Kuliah Nikah )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang