Danisha diam, ini sangat diluar dugaannya, harusnya semalam ia peka ketika Alvan bilang mau menjemputnya, Andai saja ia bisa lebih peka pasti dia bisa memikirkan jawaban apa yang harus dia ucapkan.Danisha memang menyukai Alvan, bahkan mencintainya tapi jika untuk menjadi kekasihnya sama sekali tidak pernah terfikirkannya, ada banyak keraguan yang menjadi penyebabnya.
"Danish...!" Lirih Alvan pelan sambil menggenggam jemari Danisha dengan lembut serta tatapannya yang enggan berpaling dari paras cantik Danisha.
Perlahan-lahan Danisha memberanikan diri menatap Alvan, kemudian mengulas senyumnya,
"Al..! Katanya memanggil nama laki-laki yang masih menggenggam jemarinya itu, Pun Alvan masih menatapnya menunggu kalimat apa yang akan diucapkan Danisha.
"Al, bagi gue untuk memulai suatu hubungan diusia kita yang sekarang bukanlah hal yang dijadikan untuk main-main lagi semacam cinta monyet, kita sudah tidak berada diusia itu lagi.
Jujur, gue juga punya perasaan yang sama seperti yang Lo rasakan ke gue, gue juga cinta sama Lo! Tapi Lo tau kan Al keluarga gue nggak lengkap, dan sampai sekarang gue nggak tau seperti apa bentuk dan rupa ayah gue, gue nggak mau hal ini menjadi masalah dikemudian hari disaat gue sudah percayakan hati gue sepenuhnya sama Lo Al!" Ucap Dhanisha menjelaskan apa yang menjadi keraguannya agar Alvan bisa mempertimbangkannya."Gue nggak permasalahan itu semua Danish!"...
"Lo mungkin nggak, tapi keluarga Lo! Asal Lo tau Al, yang gue punya cuma mama, dari dulu kita cuma berdua nggak ada keluarga yang lain sedangkan Lo, Lo punya semuanya Al, Perbedaan kita sangat jelas! Jelas Danisha Lagi.
Memang terlalu dini rasanya untuk membahas hal semacam ini, tapi bagi Danisha, jika ia sudah berani mempersilahkan seorang laki-laki masuk ke dalam hatinya, itu berarti dia sudah siap untuk memulai ke jenjang yang lebih serius itu sebabnya sebelum memulai ia sudah mewanti-wanti terlebih dahulu apa saja yang sekiranya menjadi sumber masalah nantinya, harus dibicarakan dan diselesaikan baik-baik sebelum semuanya terlanjur dia jalani lebih jauh agar nantinya dia tidak terlalu sakit bila hal itu terjadi padanya.
"Orangtua gue bukan orangtua yang seperti itu Danish, mama orangnya humble banget!" Ucap Alvan berusaha meyakinkan Danisha, tapi tampaknya Danisha masih bimbang sangat terlihat jelas dari gerakannya yang malah menundukkan kepalanya memperhatikan kedua tangannya yang saling bertaut di atas pangkuannya.
"dan asal Lo tau, gue pernah cerita tentang Lo ke mama!" Kata Alvan lagi sambil merogoh kantong celananya dan mengeluarkan ponselnya dari sana, entah untuk apa Danisha juga nggak tau.
"Hallo ma!" Tiba-tiba Alvan menghubungi mamanya lewat vidio call yang sontak membuat kedua bola mata Danisha membola saking terkejutnya.
"Ada apa Al?" Kata mamanya Al dari layar ponselnya, mamanya masih terlihat cantik, Danisha sempat mengintip tadi.
"Eh...Al, ada siapa itu?" Tanya mamanya Al ketika tanpa sengaja melihat Danisha.
"Calon mantu mama, Cantik kan?" Kata Alvan lagi-lagi membuat Danisha tersentak karena terkejut mendengar kalimat yang diucapkan Alvan barusan.
"Mana? Mama mau kenalan sama calon mantu mama! Kata mamanya Alvan. Dan Alvan langsung mengarahkan kamera ponselnya ke Danisha.
Danisha menetralkan detak jantungnya sebentar mencoba menghilangkan rasa gugupnya, setelahnya ia tersenyum menatap Ke kamera.
"Hallo Tante, saya Danisha temennya Alvan!" Sapa Dhanisha sedikit gugup.
"Hallo juga Sayang, nama Tante Briyanna mamanya Al, kamu gak dinakalin sama anak Tante kan? Tanya Briyanna antusias melihat Danisha.
"Nggak kok Tante!"
"Kalau Al nakalin kamu bilang sama Tante, biar Tante keluarin dia dari KK! Ucap Briyanna membuat Danisha tertawa.
"Danisha kok mau sama anak Tante yang tukang tidur itu? Dhanis dipaksa ya?? Tanya Briyanna lagi yang langsung mendapat protesan dari Alvan.
"Ma, jangan gitu Napa sih???...
"Apa? Kenyataan kan!"
"Iya, tapi jangan diperjelas juga di depan Danisha! Kata Alvan setengah merengek, Danisha jadi tau sifat Alvan yang ini, gemes sih....
"Biarin, biar Danisha tau!"
"Nanti kalau Danisha nggak mau sama Al gimana?"
"Ya jangan, harus jadi dong! Kata Briyanna yang langsung membuat Alvan tersenyum melirik Danisha.
"Mama setuju kan sama pilihan Al?"
"Setuju dong, pokoknya kamu harus kenalin mama secara langsung ke Danisha, atau mama datang aja kali ya ketempat KKN kamu?!"
"Nggak gitu juga ma, sabar dong! Toh KKNnya bentar lagi juga kelar kok!"
"Ya deh, tapi jagain mantu mama di sana ya!"
"Pasti ma!"
"Ya udah, mama tutup dulu! Jaga kesehatan kamu di sana! Ucap Briyanna sebelum menutup panggilannya.
Setelah panggilan vidio itu selesai, Alvan kembali memasukkan ponselnya ke dalam kantong celananya.
"Lo udah tau kan gimana mama?" Tanya Alvan kembali menatap Danisha dan Danisha mengangguk mengiyakan.
"Tapi kan tente Briyanna belum tau gimana keluarga gue Al!
"Mama orangnya bukan yang apa-apa harus sempurna, harus sepadan atau harus sebanding sama kemauannya, apa yang menjadi pilihan gue mama pasti dukung!" Jadi sekarang, Lo mau kan terima gue jadi pacar Lo?" Tanya Alvan serius menatap bola mata Danisha, pun Danisha membalas tatapan itu dan melihat ada cinta di mata tajam itu, cinta yang tertuju padanya. Tidak ada alasan yang membuatnya menolak Alvan karena dia juga mencintai laki-laki dingin yang minim ekspresi itu.
"Danish...!" Lirih Alvan memanggil Danisha lagi yang masih saja diam.
Kemudian Danisha mengembangkan senyumnya lalu menganggukkan kepalanya mengiyakan bahwa ia menerima Alvan menjadi pacarnya. Alvan tersenyum bahagia bahkan sangat bahagia ternyata Danisha menerima cintanya.
"Terimakasih!" Ucapnya, kemudian mengeluarkan kotak persegi dari kantong jaketnya dan memberikannya ke Danisha.
"Apa ini?" Tanya Danisha seraya memperhatikan kotak itu di tangannya.
"Buka aja"
Sebuah kalung cantik dengan Liontin yang berbentuk hati berwarna biru, sangat cantik.
"Bagus banget!" Kata Danisha berbinar mengagumi kalung pemberian Alvan sehingga membuat laki-laki itu tersenyum gemes.
"Sini aku bantu pakaikan! Kata Alvan dengan merubah panggilannya.
"Aku"? Ulang Danisha.
"Mulai sekarang biasakan bilang "aku-kamu" ya? Kata Alvan dan Danisha hanya mengangguk.
"Anggap kalung ini hatiku, jaga baik-baik ya!" Kata Alvan seraya memasangkan kalung pemberiannya ke leher Danisha.
Alvan menatap gadisnya itu penuh cinta, kemudian mencium lembut dahinya,
"I love you Danisha Camilla!" Ucapnya pelan.
"I love you too"!

KAMU SEDANG MEMBACA
KKN (Kelar Kuliah Nikah )
Ficção AdolescenteKKN Universitas Nusa Bangsa di sebuah desa yang pada akhirnya melahirkan cerita manis diantara Mahasiswa dan Mahasiswi KKN itu... Kisah yang belum usai, Cinta segitiga, Dan Jatuh cinta terangkum menjadi satu cerita... #BTS #EXO #NOTBL #KKN #au