Chapter 43

13 3 0
                                    

Hyunjin menatap lembut wajah Felix yang masih terlelap, seulas senyum tipis menghiasi bibirnya. Keintiman yang mereka bagi semalam masih terasa begitu nyata di dalam pikirannya.

Tangannya dengan perlahan mengelus perut Felix, seolah merasakan harapan yang diam-diam tersimpan dalam hatinya.

Beberapa saat kemudian, Felix mulai bergerak, matanya terbuka perlahan, menyadari bahwa dia masih berada dalam pelukan Hyunjin. Melihat senyuman di wajah suaminya, Felix tersipu, mengingat betapa intens dan penuh gairah malam mereka.

"Selamat pagi," Felix berbisik, suaranya masih serak karena baru bangun.

Hyunjin memeluknya lebih erat, mencium keningnya dengan lembut. "Selamat pagi, sayang," jawabnya dengan nada penuh kehangatan.

Felix tersenyum kecil, merasa nyaman di dalam pelukan Hyunjin. Dia ingat apa yang terjadi semalam, betapa mereka menyatu dengan cara yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Meski begitu, perasaan tenang itu seakan menyelimuti hatinya, tanpa ada keraguan yang tersisa.

Hyunjin terus mengelus perut Felix, tanpa berkata-kata, namun pikirannya penuh dengan harapan. Felix menatap Hyunjin dengan bingung, alisnya sedikit berkerut.

"Ada apa?" tanya Felix, sedikit penasaran dengan apa yang dipikirkan Hyunjin.

Hyunjin tersenyum, berusaha menyembunyikan keinginannya yang mendalam. "Tidak apa-apa, hanya merasa sangat bahagia pagi ini."

Felix membalas senyumnya dan menyandarkan kepalanya kembali ke dada Hyunjin, merasakan detak jantungnya yang tenang. Meski dia tidak mengetahui pikiran terdalam Hyunjin, Felix merasa segalanya berjalan baik-baik saja.

.

Dua minggu setelah bulan madu mereka di Pulau Jeju, Felix dan Hyunjin kembali ke rutinitas mereka di Seoul. Kehidupan kembali ke normal, meski kini ada perasaan baru yang tumbuh antara mereka.

Felix, seperti biasa, tenggelam dalam kesibukan di studio fotografinya, mengerjakan proyek-proyeknya dengan penuh dedikasi. Sementara itu, Hyunjin mulai bekerja dari rumah, mengurus tugas-tugas ringan yang diberikan oleh papanya di perusahaan keluarga mereka.

Hyunjin tahu bahwa ini adalah langkah awal sebelum dia sepenuhnya mengambil alih posisi ayahnya di perusahaan.

Meski tugas-tugas yang diberikan padanya relatif ringan, Hyunjin tetap mengerjakannya dengan serius. Dia tahu bahwa papanya sedang mempersiapkan dirinya untuk tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.

Namun, di balik kesibukan itu, Hyunjin selalu menyempatkan waktu untuk Felix. Mereka selalu makan bersama di malam hari, berbagi cerita tentang hari mereka, dan menikmati kebersamaan di apartemen yang kini terasa lebih hangat dan penuh cinta.

Namun, di sela-sela rutinitas itu, ada sesuatu yang terus menghantui pikiran Hyunjin. Dia masih belum memberi tahu Felix tentang potensi Felix untuk hamil—sebuah kenyataan yang jarang dialami oleh kaum vampir lelaki seperti mereka. Hyunjin tahu bahwa ini bukan hal yang bisa dia sembunyikan selamanya, terutama setelah mereka memulai kehidupan pernikahan ini. Tetapi dia ingin menunggu saat yang tepat, saat Felix benar-benar siap.

Suatu malam, ketika mereka berdua sedang menikmati makan malam di balkon apartemen, Hyunjin memandang Felix dengan perasaan yang campur aduk. Dia mencintai Felix lebih dari apapun, namun ada rasa khawatir yang terus menyelinap.

"Apa yang kau pikirkan?" tanya Felix, melihat Hyunjin yang tampak merenung.

Hyunjin tersenyum kecil, berusaha menenangkan pikirannya. "Aku hanya berpikir tentang masa depan kita. Tentang kita berdua... dan mungkin keluarga yang bisa kita bangun nanti."

Dibawah Cahaya yang SamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang