Hyunjin segera melangkah cepat menuju kamar mereka begitu mendengar kabar dari Sam. Kecemasan tampak jelas di wajahnya, dan pikirannya dipenuhi kekhawatiran akan kondisi Felix.
Saat pintu kamar terbuka, Hyunjin melihat Felix terbaring di tempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya hingga dada. Wajah Felix terlihat pucat, dan meskipun matanya tertutup, napasnya terdengar teratur namun lemah.
Hyunjin menghampiri tempat tidur, duduk di tepi kasur, dan perlahan mengusap dahi Felix yang terasa sedikit panas. "Felix..." bisiknya lembut, suaranya dipenuhi kekhawatiran.
Felix membuka matanya perlahan, tampak lelah, namun berusaha tersenyum ketika melihat Hyunjin di sampingnya. "Kamu sudah pulang?" tanya Felix dengan suara serak.
Hyunjin mengangguk, ekspresi wajahnya menunjukkan betapa khawatirnya dia. "Sam bilang kau sakit... Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?."
Felix menghela napas pelan, lalu mencoba tersenyum meski sedikit. "Aku tidak mau membuatmu khawatir. Tadi hanya sedikit pusing, tapi setelah pulang dari taman, kondisinya agak memburuk."
Hyunjin tampak tertegun. "Kau keluar dengan Sam? Dalam kondisi sakit begini?"
Felix menatap Hyunjin dengan raut bersalah. "Sam merengek ingin ke taman, aku tidak tega menolaknya. Dia libur hari ini dan bosan di rumah... Aku pikir aku masih bisa mengatasinya."
Hyunjin mengusap wajahnya, menahan diri agar tidak terlalu panik. "Felix... Kau harus jaga kesehatanmu. Apalagi dengan kondisimu yang lemah begini, aku tidak mau kau sakit parah." Suaranya terdengar serius, namun penuh perhatian.
Felix menatap Hyunjin sejenak, lalu mengangguk. "Aku tahu, Hyun... Maaf sudah membuatmu khawatir."
Hyunjin menarik napas dalam-dalam, lalu berusaha menenangkan dirinya. "Kau tidak perlu minta maaf. Yang penting sekarang kamu istirahat, agar cepat sembuh. Aku akan menjagamu dan Sam."
Felix tersenyum lemah, namun matanya penuh rasa terima kasih. "Aku beruntung punya kamu..."
Hyunjin membalas senyum itu, lalu mendekatkan dirinya, menatap Felix dengan penuh rasa cinta. "Dan aku beruntung punya kamu juga, Felix. Sekarang, kau istirahat saja. Aku akan siapkan sesuatu untuk makan malam nanti, dan kalau kau butuh apa-apa, panggil aku, ya?"
Felix mengangguk pelan, sementara Hyunjin menunduk dan mengecup keningnya lembut. Setelah itu, Hyunjin bangkit dan keluar kamar, meninggalkan Felix untuk beristirahat.
Di luar kamar, Sam sudah menunggu di ruang tamu, masih tampak khawatir dengan keadaan mamanya.
"Papa, Mama akan baik-baik saja, kan?" tanya Sam dengan mata penuh kekhawatiran.
Hyunjin berjongkok di depan Sam dan tersenyum menenangkan. "Iya, sayang. Mama cuma butuh istirahat. Kita harus jaga mama supaya cepat sembuh, oke?"
Sam mengangguk mantap, meskipun kekhawatirannya belum sepenuhnya hilang. Hyunjin kemudian memeluk anaknya erat-erat, berusaha menunjukkan bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Semakin malam, kondisi Felix semakin memburuk. Demamnya tidak kunjung turun, dan meskipun Hyunjin telah memberikan kompres dan obat, tubuh Felix tetap terasa panas. Napas Felix juga semakin pendek, dan setiap kali ia mencoba tidur, rasa gelisah menyelimuti wajahnya. Hyunjin tak lagi bisa menyembunyikan kecemasannya.
Dengan cepat, Hyunjin memutuskan untuk membawa Felix ke rumah sakit. Ia segera menyiapkan pakaian hangat dan menyelimuti tubuh Felix sebelum membawanya turun ke mobil.
Sam, yang ikut melihat keadaan mamanya, mulai menangis pelan, merasa takut. Hyunjin berusaha tetap tenang di depan Sam, tetapi di dalam hatinya, dia diliputi rasa takut yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibawah Cahaya yang Sama
WerewolfBangchan, pemuda pengusaha elektronik yang sukses, ia adalah sosok werewolf dan seorang alpha. Felix, seorang fotografer. Ia adalah sosok vampir, raut wajahnya yang dingin, dia tidak peka terhadap perasaannya karena telah lama mati. Mereka sepert...