Setelah babak pertama selesai, pertandingan selanjutnya akn dimulai 30 menit lagi, yang namanya bertarung pasti capekk, dan butuh istirahat kalo istirahat bisa sakit, kalo sakit nanti ko1d, kalo k1d-//gg. Aku dan Daichi pergi ke luar stadion untuk membeli makanan dahulu. "Banyak sekali makanan di sini..." ucap ku melihat-lihat banyak stand makanan yang enak-enak dan bingung ingin membeli makanan apa.
"Kau mau membeli apa?" tanya Daichi
"Hmm... aku tidak tahu, terlalu banyak makanan enak di sini. Tapi aku ingin yang tidak membuat dompetku berteriak," jawabku.
"Bagaimana dengan mochi? atau dango?" tanya Daichi memberi saran.
"Hmmm... aku ingin makanan asin dan pedas..." jawabku memegang dagu berpikir.
"Garam dan cabai?" ucap Daichi. Aku langsung menatap datar pada Daichi, ya gak salah sih cuman gak bener, pliss gw lagi pusing jangan nambah beban. Aku menggerutu sebal pada Daichi, tapi sesaat itu aku mencium aroma makanan yang benar-benar membuat perut ku bernyanyi.
"Hei Cichi, apa kau mencium aroma sesuatu?" tanyaku.
Daichi mengangkat alis, dia bingung siapa yang di maksud Cichi tapi sedetik kemudian dia tahu siapa yang dimaksud. "Siapa yang buang angin?" tanya dengan senyum jahil.
Aku berdecak pelan, mendelik pada Daichi. "Bukan aroma telur busuk yang menyengat hidung, tapi aroma enak seperti ayam yang dibakar. Apa kau tidak menciumnya juga?" tanyaku pada Daichi. Aku heran aroma selezat ini masa dia tidak menciumnya sihh...
"Maksudmu Yakitori dari kedai itu?" ucap Daichi menunjuk sebuah kedai bertuliskan 'Yakitori Enak' di depan kami.
"Bagaimana kalau kita makan di sana sajaa?!" ajak ku dan angguki Daichi.
Kami makan Yakitori sebanyak dua porsi, iya dia porsi- eh nggak dengg sebenarnya, satu porsi milik Daichi aku makan heheheee... Sembari menunggu waktu ujian Chunin babak kedua di mulai aku bercerita tentang bagaimana kekuatan Genin dari desa lain dengan Daichi, dan sepertinya pengamatan Daichi lebih tajam dariku. Buktinya dia sampai hafal bagaimana cara mereka bertarung dan bagaimana pengontrolan chakra mereka, uwaww aku sebagai pengguna Byakugan jadi insinyur. Yahh wajar saja sihh wong dia ini di bimbing sama Hokage ke enam dan Guru alis tebal //kalo kata ayah//, jadi kemampuan rekan ku yang botie-able ini bukan kaleng-kaleng.
30 menit kemudian kami kembali ke stadion, aku minta pada Daichi untuk duduk di kursi penonton saja supaya tidak berdekatan dengan si masker tua itu. Para penonton sudah duduk fi kursi mereka dan kedua peserta pertandingan sudah berada di arena. "Uzumaki Boruto dari Konoha melawan Nara Shikadai dari Konoha. Pertandingan pertama babak semifinal. dimulai!"
Setelah Paman Lee mengucapkan aba-aba untuk mulai, mereka berdua langsung saking menyerang. Mereka mengeluarkan kunai dan saling beradu taijutsu dengan kunai. Suara besi berdenting karena kedua kunai yang saling beradu.
"Walaupun mereka teman, mereka benar-benar serius ya..." ucapku.
"Tentu saja, dalam pertarungan tidak peduli musuh mu itu teman atau bukan. Omong-omong yang bernama Nara Shikadai itu temanmu juga bukan?" tanya Daichi.
Aku mengangguk menanggapi pertanyaan Daichi. "Iyaa begitulah, karena orangtua kami saling mengenal, secara tidak langsung kami juga berteman," jawabku.
"Jadi... siapa yang akan kau dukung untuk menang?" tanya Daichi.
Aku terdiam menatap pertandingan Boruto dan Shikadai sembari memikirkan pertanyaan Daichi. "Aku... tidak tahu, mungkin aku netral saja," jawabku.
'Dan kuharap sesuatu yang tidak ku inginkan tidak terjadi,' batinku cemas
KAMU SEDANG MEMBACA
Strange Fate || When Boruto has a twin
FanfictionAwal yang menyenangkan namun berakhir dengan kesialan, tidak semua yang kita punya hari ini akan terus kita miliki di masa depan. "Aku suka diriku memiliki kekuatan besar yang tersembunyi. Tapi...." . . "Kenapa harus aku?" "Aku mau uang Denki- em ma...
