18 .Desa Tauge

608 60 4
                                        

Setelah meringkus para perampok itu, mereka tinggal menunggu pihak kepolisian datang. Daichi lalu menghampiri Haruko yang sedang meringis kesakitan karena pisau itu menembus tangannya. Pisaunya sudah dilepas dan tangannya diikat dengan perban.

Dengan mata berkaca-kaca Daichi membungkuk menunduk, dengan air mata yang mengalir dari kedua manik matanya. "Maafkan aku," ucapnya dengan suara yang bergetar.

"Heh? Tidak perlu minta maaf, ini bukan salahmu. Dan juga kan aku yang tertvsvk pisau, tapi kenapa kau yang menangis?" bingung Haruko

Daichi yang mendengar itu masih setia membungkuk dan terus meminta maaf. "Tidak, ini kesalahan ku..... andai saja, aku tadi tidak lengah... mungkin sekarang tanganmu masih baik-baik saja."

Haruko terdiam menatap Daichi yang membungkuk dihadapan nya, dia merasa tidak enak dan keadaan menjadi canggung. Tapi sesaat kemudian ujung bibir Haruko terangkat menjadi evil smile. "Yahh.... sebagian ini memang salahmu. Jadi jika ingin menebusnya kau harus menuruti apa yang aku katakan, mengerti?" ucap Haruko angkuh

Daichi terdiam akan perkataan Haruko, dia tersenyum dan menumpu satu kakinya ke tanah dan dari tangannya di belakang punggungnya. "Dengan senang hati Tuan Putri ku. Meskipun kau ingin menyiksa ku juga, aku akan menyerahkan diri," ucap Daichi tersenyum ala-ala pangeran.

Haruko bergidik ngeri melihat tingkah Daichi "Aku menyesal mengatakan itu" gumam Haruko.







Setelah pihak kepolisian mengurus para perampok tadi mereka lalu melanjutkan misi mereka dan lanjut mengelilingi desa Tauge. "Kau yakin tidak mau mengobati lukamu lebih dulu?" tanya Daichi pada Haruko yang tangannya hanya di perban dan diberi pertolongan pertama saja.

"Iya, luka ini akan sembuh dengan sendirinya kok." jawab Haruko.

"Kau bicara seperti itu supaya aku tidak perlu khawatir, kan?" ucap Daichi dengan senyuman jail.

"Apa? Kau mau ku pukul?" ucap Haruko menyodorkan tangan kirinya yang terkepal dengan wajah datar. Dia kesal karena Daichi sudah beberapa menanyakan ingin ke rumah sakit dulu lah di obati dulu lah dan pertanyaan yang sama lainnya.

Daichi menunduk dan merentangkan tangannya "Dengan senang hati, silahkan pukul aku." ucap nya

Haruko mengerutkan keningnya jijiq, heran dan takut. Lalu Haruko mempercepat jalannya dan meninggalkan Daichi. "Hei tunggu aku, bukannya kau mau memukulku?" ucap Daichi menyusul Haruko dengan berjalan biasa tapi ia bisa menyusul Haruko yang berjalan cepat.

Haruko menutup matanya berusaha tidak mendengar apa yang Daichi katakan, saat di sebuah persimpangan Haruko yang berjalan cepat dan matanya tertutup bertabrakan dengan seorang pria berkumis berpakaian serba hitam dengan kupluk yang menutupi kepalanya, kacamata hitam bertengger di kedua matanya dan ditangannya ada koper berwarna hitam.

Brukk

Haruko dan pria itu terjatuh bersamaan dengan benturan yang cukup keras, membuat isi koper pria itu berhamburan keluar. "Maafkan aku paman! Aku akan membereskannya kembali." ucap Haruko panik. Haruko membereskan barang-barang itu dengan tangan kirinya, karena tangan kanannya pincang.

Saat sedang membereskannya ia melihat sebuah obat yang di bungkus, dan menurutnya itu mencurigakan karena ia pernah lihat di sebuah buku kalau ada obat-obatan terlarang yang tidak boleh sembarang di konsumsi. Saat Haruko hendak mengambil obatnya si pria itu lebih dulu merebut nya.

"Hati-hati jika sedang berjalan lain kali" ucapnya dengan nada penekanan. Tatapan tajamnya diarahkan ke arah Haruko, dan membuat Haruko yang lemah lembut menjadi sedikit ciut//gg.

Strange Fate || When Boruto has a twinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang