#19

27 7 0
                                    

Pemberitahuan akan perpindahan capture poin mengalihkan perhatian Aron, ia melihat kearah capture poin tim 3 dan tanpa sengaja beradu pandang dengan rekannya.

"Nampaknya kami dah menang. Tapi, aku belum puas lagi". Aron mencengkram leher gadis di depannya dan mengangkatnya.

"Kau pun sependapat kan," lanjutnya.

Aron terkejut saat melihat tangannya terlilit nilon, ia menoleh dan mendapati rekannya yang sekarang sedang mengunakan gejet padanya.

"Kita satu tim," ucap Aron.

"Lepaskan! Kau dah melampau. Ini pelanggaran, Aron". balas rekannya.

"Kau yang melampau, Rahman. Kenapa kau serang tim sendiri". Aron memperkuat cengkeramannya.

"Ugh! Rahman". suara lemah dan tatapan memohon dari Moon.

Rahman menarik kuat pancingnya membuat tangan Aron terlepas dari leher Moon, ia bergegas kedekat gadis itu tapi di hentikan oleh Aron.

"Kau merasa hebat dari aku kan. Baiklah, aku akan layan kau". Aron mengepalkan tangannya dan mulai menyerang dengan membabi buta.

Menggunakan gagang pancing, Rahman menahan tinju Aron, lalu menyerangnya dengan nilon, sebisa mungkin Rahman membuat gejetnya tidak tertangkap oleh Aron agar terhindar dari serangan balasan.

Aron hanya melindungi dirinya dari nilon lalu melompat menghindar dan mulai menembaki Rahman, menggunakan gejetnya, Rahman berhasil menahan serangan itu, tapi yang tidak ia sadari adalah Aron melepaskan tangan robotnya.

"Arggggg!" jeritan Rahman terdengar.

Tangan robot Aron bisa mengalirkan tegangan listrik yang cukup tinggi dan membuat orang pingsan saat terkena serangan tersebut, itulah yang terjadi pada Rahman sekarang.

Tubuh Moon bergetar hebat karena takut, ia bangkit sekuat tenaga dan mulai melakukan serangan balasan, walaupun tidak memberikan efek, setidaknya Moon berhasil menghentikan Aron dari menindas Rahman yang sudah jatuh pingsan.

"Serangan yang lemah. Waktu belum habis, jom sambung". Aron memainkan tangan robotnya.

"Kau dah gila!" hardik Moon.

Ia menepuk tangannya sebelum lanjut bicara, "Kau tak semestinya jadi ejen".

Aron hanya diam tidak membalas perkataan Moon, ia mengarahkan tangannya dan mulai menembak, Moon yang asli berhasil selamat berkat kemampuan gejetnya, tapi itu tidak bertahan lama saat Aron secara mendadak mengubah serangannya.

Tinjuan yang kuat ia arahkan kebawah membuat pijakan Moon hancur, lebih hancur dari sebelumnya dan hal itu membuat Moon tidak bisa menghindari lebih cepat, semua klon menghilang bersamaan dengan sentuhan di leher.

"Kau cukup kuat, sebab boleh bertahan selama ini dari serangan ku, tak macam kawan kau tadi". ucap Aron sambil mencengkram leher Moon tapi tidak sekuat tadi.

"Aku tak suka dengan kawan kau yang menggunakan bantuan gejet untuk bergerak. Orang macam dia tak sepatutnya jadi ejen". lanjutnya.

"Huhh, tengok sapa yang cakap. Kau pun guna tangan robot sama macam Mika. Cakap je lah, kau iri kan". ucap Moon sambil memegangi tangan Aron yang semakin erat mencekiknya.

"Iri? Kenapa aku iri dengan budak lemah macam dia".

"Sebab Mika tak pernah jelekkan orang lain yang sama macam dia, Mika juga tak pernah mengeluh akan kekurangannya dan selalu melangkah maju, sifat optimisnya itu yang buat kau iri, kan".

Moon terbatuk karena Aron menguatkan cengkeramannya, ia tidak terima saat Moon membeberkan rasa irinya pada Mika dengan sangat tepat, memang dari awal melihat gadis KOMBAT itu, Aron sudah merasa kesal karena tidak ada rasa putus asa yang Mika tunjukkan, padahal keadaan mereka sama, yaitu sama-sama memiliki kekurangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REUNI (Enam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang