Pertarungan ke dua benar-benar membuat Killian naik pitam, ia tidak menyangka rekan se-akademi nya kalah karena kebodohan mereka sendiri, padahal dari pertarungan pertama mereka sudah cukup belajar.
"Haih, dah takde harapan akademi kita ni." ucap Killian lesu.
"Jangan menyerah, belum berlawan lagi." tegur Alan sambil menepuk kuat belakang Killian yang membungkuk.
"Hem, bukannya aku mengaku kalah. Pertarungan ni pasti kita menangkan tapi poin secara akademi kita tetap je kurang. Kau tak dengar ke cakap ketua teras tadi, penilaian masing-masing akademi cukup penting." terang Killian tegas.
"O-oh, oke. Tapi kan peraturan tu berlaku semasa Arena." ucap Alan sedikit gugup takut salah bicara.
"Betul tu, ni kan latihan. Tak payah serius sangat." Arif ikut berkomentar.
"Aku rasa para mentor sembunyikan sesuatu dari kita," ucap Killian serius.
"Apa?" tanya Dion.
"Ni bukan sekedar pelatihan, insting aku cakap Arena telah di mulai." jawab Killian.
"Jangan mengada-ada, baik sekarang kita serang diorang tu!" ucap Dion sambil menahan serangan Rika.
"Ck, gak mempan." Rika mengepakkan sayapnya untuk bergerak lebih tinggi.
"Hmm, aku tak boleh copy gejet dia ni." komentar Dion yang langsung mengganti target serangannya.
"Huh?! nih bocah kenapa jadi nargetin gw?" kaget Fajar yang menyilangkan kedua pedagang untuk menahan serangan Dion.
"Fajar, jangan sampai gejet Lo nyentuh gejet dia!" peringat Yulia.
Sayangnya sudah terlambat karena Dion telah meng-copy dua pedang dan mengayunkannya, memberi goresan pada pergelangan tangan Fajar.
"Argh! Maaf gw lupa." sesal Fajar seraya melompat menjauh.
Dion tersenyum miring sambil mengayunkan pedang, Fajar sudah siap sedia untuk menghalau serangan Dion, tapi anehnya pria itu hanya mengayunkan pedang ke kiri dan kanan membuat Fajar bingung.
"Lo gak bisa make pedang?" terka Fajar sedikit ragu dan melepaskan kewaspadaannya.
"Siapa kata?" sahut Dion sambil tersenyum.
"Huhh, bikin gw waspada tanpa alasan, nyatanya gak bisa make."
Fajar berlari mendekati Dion, ayunan pedang nya tepat mengincar dada ejen INVISO itu, dengan langkah kecil Dion berhasil menghindari gejet Fajar dan melakukan serangan balasan.
Ayunan pedang yang sangat mudah di hindari, Fajar sama sekali tidak merasakan intimidasi dari serangan Dion, tanpa dia sadari, dirinya telah jatuh dalam permainan lawannya.
Tangan kiri Dion melemparkan pedang lurus mengincar mata Fajar, sedikit terkejut, beruntung ia sempat menangkisnya tapi anehnya tepat setelah pedang nya menahan pedang Dion penglihatan Fajar mendadak buram, tubuhnya juga melemah.
"Huhh?! Ini kenapa?!" gumam Fajar yang jatuh bersimpuh sambil memegangi kepalanya.
Terdengar langkah mendekat.
"Korang hanya tau fungsi gajet aku tapi tak tau batasan gejet yang boleh aku tiru". Dion berjongkok, tangan nya terulur menyentuh bahu Fajar.
"Coba terke, gejet sapa yang aku tiru ni?" tanyanya setelah mencabut sesuatu dan memperlihatkannya.
Fajar terkekeh geli ketika melihat benda kecil di tangan Dion, dengan nafas terengah Fajar menjawab.
"Lo meng-copy gejet temen gw, lumayan~" tubuh Fajar ambruk tak sadarkan diri setelah memuji lawan.

KAMU SEDANG MEMBACA
REUNI (Enam)
Fanfiction~ini lanjutan cerita ~Black Code ~ Apa nak kita buat hari ni?" tanya Ali antusias karena sudah lama mereka di liburkan dari misi. "Aku tak tau," jawab Alicia. "Kau dah sehat betul-betul ke ni?" Ali memandang khawatir Alicia. "Mestilah, lama masa raw...