#8

276 22 64
                                    

Pagi itu setibanya di akademi MATA, para ejen wanita berkumpul di ruangan ejen Dayang karena harus mengumpulkan surat izin dari orang tua mereka, karena "wanita" harus memiliki penjagaan yang luar biasa agar tidak terulang kembali kejadian serupa yang menimpa mereka.

Karenanya mereka berkumpul agak terlambat sedikit dari ejen lelaki, saat memasuki ruangan Rizka terus mencari keberadaan orang terdekatnya tapi fokus dia teralihkan saat mendengar suara Sam.

"Dah lah tu, Aleks." bujuk Sam sambil menahan tangan Aleks yang sedang mencengkram kuat leher Jacob.

"Dia cakap tak betul pasal Sam, Aleks tak kan biar orang lain serang kawan baik Aleks." ucap Aleks semakin menguatkan cengkraman nya.

"Khu...Khu...aku cakap tu....betul lah." bela Jacob dengan susah payah karena Aleks tidak mau mengendorkan cengkramannya.

"Oy, lepas lah. Kau nak kena keluar kan arena ke ni!" bentak Sam yang berhasil menyadarkan Aleks.

"Maaf, Aleks cuma nak bela kawan Aleks." sesal Aleks.

"Tak pe, aku faham. Tapi tak sepatutnya kau serang budak tu, nanti kau sendiri yang kena getahnya." nasehat Sam.

Sam memandangi ejen cabang 4 yang memang menantikan kelanjutan aksi kekerasan yang di lakukan oleh Aleks kepada rekan mereka untuk di laporkan kepada ejen mentor.

"Huhh, semakin lemah je kau tinggal sini. Sampai biar budak asing tu bela kan kau." cibir pria berkacamata.

"Patutlah kau yang tekena pilih untuk ikuti arena di sini hari tu, sebab lawan-lawan kau ni masih budak." pria Korea ikut menambahi.

"Sstt..dah la weh, nanti menangis pulak Sam kita ni." ucap Jacob yang di akhiri dengan tawa seluruh rekannya.

Melihat sekumpulan ejen cabang lain yang mulai mencari masalah dengan temannya, Rizka tidak bisa diam saja.

Tapi, langkah nya terhenti saat melihat seorang teman berjalan melewati nya dan langsung menyapa para pembully itu dengan ramah.

"Hello, korang semua ni kawan baik Sam ke? Nampak akrab saya tengok." sapa si gadis ramah, senyuman yang selalu menjadi ciri khasnya terukir.

"Kim?!" kaget Sam.

"Iye, akrab sangat, sebab dia ni my cousin." sahut Jacob seraya merangkul Sam untuk ke dua kalinya.

"Cousin?! Hmm, tapi Sam nampak tak senang berada di dekat awak." ucap Kim sambil mengangkat tangan kanannya yang memegang pedang.

Semua yang melihat sangat terkejut dengan aksi berani Kim yang dengan santainya meletakkan bagian runcing pedang nya tepat di leher Jacob.

Yang di tempeli pedang mulai berkeringat dingin, secara perlahan Jacob melepaskan rangkulannya dan bergeser selangkah dari samping Sam.

"Sorry, aku tak bermaksud tuk buat Sam tertekan dengan sikap ku, aku cuma nak sapa dia sebab dah lama tak jumpa." Jacob terdiam sejenak ekor matanya menangkap wajah pucat Sam, seketika ia tersenyum.

"Aku nak tanya ngan korang, membantu kah bakat Sam selama jalan kan misi? Apa dia bisa buat rancangan bernas dalam waktu singkat? Boleh ke dia kalahkan musuh dengan mengarahkan anggota tim nya? Sebab...budak ni tak berbakat." lanjutannya sambil bersedekap dengan angkuhnya.

Ejen inti di buat naik pitam oleh pertanyaan menjatuhkan dari Jacob.

"Dah agak dah, you tak berubah, you tak malu ke sembunyi di balik punggung perempuan." cibir Jacob.

Sam tidak menyahut, ia diam tidak berani memandang teman-temannya, melihat itu ejen cabang semakin menjadi, cacian serta tawa mencemooh terus mereka ucapkan.

REUNI (Enam)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang