BAB 31

571 93 9
                                    

Jungkook tidak hanya kecanduan dengan alkohol, namun juga dengan rokoknya. Sekarang tengah malam dan Jungkook duduk dengan tenang di ruang penghukuman.

Di lantai, putri pertamanya sedang berbaring sambil meringis. Dia berusaha untuk bangun, namun seluruh tubuhnya sakit.

"Appa..." Isak tangis Pharita terdengar.

"Sekarang kau tahu apa yang bisa aku lakukan jika kau bersikap menyebalkan dan menantangku, bukan?"

Pharita terisak. Dia merasa seluruh tubuhnya sakit. Dia enggan bergerak karena hal itu hanya akan membuat tubuhnya semakin sakit.

Tubuhnya jatuh ke lantai, pipinya menempel di sana. Dia merasa lapar karena sejak penghukuman di pagi hari, Pharita belum makan sama sekali. Air mata basah dan kering sepanjang hari.

Itu karena Pharita terus menangis dan berhenti sepanjang hari. Dia menatap ayahnya yang sedang merokok. Jungkook menyadari tatapan Pharita dan berdiri.

Pharita mundur, takut di sakiti oleh ayahnya lagi. Tapi percuma. Tubuhnya tidak berdaya sehingga dia tak bisa pergi kemana pun saat ini.

Jungkook berlutut di hadapan Pharita dan mengusap rambut anak pertamanya itu dengan lembut. Sesaat, Pharita merasakan ketenangan dari usapan itu sampai dia lupa, bahwa pria di depannya ini sudah bukan lagi ayah yang dulu dia kenal.

"Appa, aku lapar sekali. Tidak bisakah kau memberiku sepotong roti saja?" Pinta Pharita. "Aku juga sangat haus."

"Kau bisa mengambilnya sendiri. Kau punya kaki, kan? Semua orang sedang tidur. Mereka tak menyadari jika kau pergi ke kamar sekarang juga."

"Aku tidak bisa, Appa. Seluruh tubuhku sakit. Aku tidak bisa bangun." Pharita menggelengkan kepalanya.

Jungkook menghela nafas dan menarik baju Pharita, memperlihatkan punggung yang memar, lalu menutupi punggung itu dengan bajunya lagi.

Jungkook menatap Pharita tanpa rasa bersalah atau kasihan. Lelaki itu tak lagi menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. Yang ada sebaliknya, Jungkook menatap tanpa terlihat emosi sedikit pun di wajahnya.

"Itulah kenapa, aku sudah bilang padamu untuk jangan menantangku, Pharita. Kau tahu akibatnya apa tapi... kau selalu saja menantang dan membuatku marah." Keluh Jungkook.

Kenapa tidak ada satu saja anaknya yang bisa membanggakan dirinya? Kenapa semua anak dan bahkan istrinya sendiri selalu membuatnya kecewa dan marah? Jungkook selalu kesal setiap memikirkan itu.

"Kenapa kau tidak membunuhku saja, appa? Daripada menyiksaku seperti ini, kenapa kau tidak membiarkan aku mati saja!" Pekik Pharita dengan suara lemah.

"Bagaimana bisa seorang ayah membunuh anaknya sendiri, nak?"

"Tapi seorang ayah bisa menyiksa anaknya sampai tidak bisa bergerak sedikit pun?"

"Itu namanya hukuman yang pantas. Jika tidak, kau hanya akan bertambah berani dan aku muak melihat putriku terus menerus membangkang."

Pharita terdiam. Dia tak pernah merasa menyesal sudah memecahkan semua botol alkohol yang dimiliki ayahnya. Jika itu membuat ayahnya berhenti minum, dia tak apa dipukuli seperti ini.

Namun sayangnya, ayahnya tak berhenti dan itu membuat Pharita kesal. Kenapa ayahnya menjadi seperti ini?

"Appa, kenapa kau seperti ini? Aku ingin Appa kembali padaku. Tapi kenapa appa menjadi seperti ini?" Pharita menangis lagi.

"Sudahlah, Pharita. Aku sungguh lelah mendengar kalimat yang sama terucap dari mulutmu. Pergi ambil roti sendiri. Aku akan membeli alkohol karena kau baru saja memecahkan semua minumanku." Gerutu Jungkook.

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang