BAB 13

530 100 18
                                    

Pharita merasa perlu menenangkan diri dari segala kepenatan yang terjadi di rumahnya. Cafe adalah tempat yang dia butuhkan saat ini.

Dia berupaya menenangkan diri disana. Ada ketenangan dalam dirinya ketika musik mengalun lembut di telinganya, sebuah buku tengah dia baca dan tidak ada riuh keributan yang terjadi.

Ketenangan ini, meskipun Pharita tahu jika ini terjadi hanya selama beberapa jam kedepan, dia sangat menghargainya.

Dia bisa tersenyum kecil membaca sebuah cerita yang dia baca di novel. Hal yang tidak bisa dia lakukan ketika dia sedang berada di rumah. Ya, dia tahu itu.

Memang terkadang, ketenangan seperti ini sangat di perlukan. Apalagi, pada saat-saat kehidupannya terasa begitu sulit. Menenangkan diri terkadang juga tidak sulit.

Yang di perlukan hanyalah menyingkir dari realita kehidupan, berpikir apa yang salah, lalu setelah itu, dia bisa bersikap lebih tenang dan realistis.

“Pharita?”

Seseorang memanggilnya ketika Pharita tengah menikmati ketenangan dalam hidupnya itu. Dia menghela nafas, sedikit kesal karena gangguan tersebut, namun dia menoleh dan tersenyum pada orang yang baru saja memanggilnya itu.

“Miss Jessica?” Seru Pharita, tersenyum pada guru lamanya itu.

“Hai, kau benar Pharita, kan? Apa kabarmu?”

Pharita tersenyum ketika miss Jessica memeluknya dengan penuh kehangatan. Sejak dulu, Jessica di kenal sebagai guru yang begitu ramah dan Pharita cukup nyaman dengan Jessica saat ini.

“Aku baik-baik saja, miss. Bagaimana kabarmu?” Tanya Pharita.

“Aku baik-baik saja.”

“Oh! Ayo duduklah denganku. Sudah pesan sesuatu?” Tanya Pharita, mengajak guru SMA-nya itu untuk duduk.

Bertepatan dengan itu, pesanan Jessica tiba dan mereka terlibat percakapan tentang bagaimana Pharita melakukan kuliah musik yang saat ini sedang dia tekuni.

“Ngomong-ngomong, bagaimana keadaan adikmu saat ini?” Tanya Jessica.

“Ahyeon? Ah, dia baik-baik saja. Dia sudah lebih baik meski baru satu hari sejak kejadian itu.” Pharita berkata, tidak terlalu menyenangkan untuk membahas masalah tersebut tapi dia tetap menjawab.

“Bukan, maksudku Chiquita.” Kata gurunya itu dan Pharita menatapnya dengan ekspresi kebingungan.

Ahyeon adalah adiknya yang terluka parah. Kenapa tiba-tiba gurunya itu bertanya tentang adiknya yang lain?

“Eh...” Pharita berkata dengan bingung. “Dia selalu baik-baik saja, miss. Kenapa kau bertanya tentang dia?”

“Yah, maksudku... aku mengkhawatirkan dia sebelum insiden itu. Setelah tahu insiden Ahyeon di sebabkan oleh Chiquita, aku menjadi lebih khawatir padanya.” Kata miss Jessica dan Pharita menatapnya dengan dirinya yang semakin bingung.

“Aku tidak mengerti.” Gumam Pharita. Apa yang sedang dibicarakan oleh gurunya itu?

Miss Jessica tampak resah dan menyesap minumannya untuk sesaat sebelum dia mencondongkan tubuh ke arah Pharita.

“Aku tidak tahu apakah aku pantas mengatakan ini tapi... kedua adikmu, Rami dan Ahyeon sering menyiksa Chiquita di sekolah.”

“Menyiksa?” Ulang Pharita. Tidak mempercayai kata itu. Baginya, kata itu sangat jahat dan dia tak yakin jika gurunya itu tampaknya menggunakan kata yang terdengar berlebihan.

“Ya. Menyiksa seperti... tahukah bahwa penjaga sekolah pernah mengatakan bahwa dia pernah menemukan Chiquita terkurung di gudang sekolah sampai malam?”

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang