BAB 5

401 73 19
                                    

Unnie?”

Pharita sedang mengerjakan tugas kuliahnya ketika dia mendengar salah satu adiknya memanggil.

“Ahyeon? Kenapa? Kemari, masuklah.” Pharita menutup buku pelajarannya dan berdiri, berjalan ke arah adiknya, seperti yang sering dia lakukan seperti biasanya.

“Aku sedang mengerjakan tugas bahasa Inggris dan aku kesulitan.” Ahyeon mendekap buku pelajaran ke pelukannya, menatap Pharita yang tersenyum padanya.

“Kemarilah, biar unnie ajarkan padamu.” Pharita duduk di lantai, lalu menarik meja di depannya, menepuk sisinya yang kosong.

“Terima kasih, unnie.” Ahyeon tersenyum lebar sebelum duduk di samping kakaknya.

“Jadi, mana pelajaran yang tidak kau mengerti? Biasanya kau selalu pandai dalam bahasa inggris.” Kata Pharita, mencoba untuk membuka buku Ahyeon.

“Memang. Tapi belakangan ini, aku kurang bisa fokus. Aku tidak tahu apa yang salah denganku.” Rengek Ahyeon sambil cemberut.

Pharita hanya terkekeh mendengar penuturan itu dan dia menepuk puncak kepala adiknya itu dengan penuh kasih sayang.

“Tumben sekali.” Komentar Pharita. “Mari kita periksa sama-sama apa yang membuatmu kesulitan, ya?”

Unnie, menurutmu apakah kita lebih baik belajar di ruang tengah?” Tanya Ahyeon.

“Kau tidak terganggu? Apakah appa atau eomma tidak sedang disana? Biasanya mereka sering bicara disana, kan?”

“Mungkin. Tapi aku suka belajar di ruang tengah. Ayo, unnie. Belajar di sana. Kita juga bisa lebih mudah meminta Dara untuk mengantar cemilan untuk kita.” Desak Ahyeon sambil merengek lagi pada kakaknya.

“Baiklah...” Pharita sering kali tidak bisa menolak permintaan adiknya hingga keseringan, dia memutuskan untuk mengalah.

Ahyeon tersenyum lebar dan mereka keluar dari kamar Pharita. Di belakang, Rami sedang bersembunyi di sudut kamarnya sendiri dan Pharita tidak menyadari kehadiran adiknya yang satu itu.

Diam-diam, Ahyeon melambaikan tangan di punggungnya, membiarkan Rami keluar dari kamar dan menyelinap ke kamar Chiquita.

Pharita hendak berbalik, seolah mencium ada pergerakan di belakangnya. Ahyeon dengan cepat merangkul pundak kakaknya dan mereka turun dari anak tangga.

“Kadang-kadang, aku senang belajar hanya berduaan denganmu. Tanpa Rami ataupun... yah... kau tahu? Chiquita.” Kata Ahyeon, menyebut nama terakhir dengan masam.

“Kenapa kau masih saja tidak terbiasa menyebut nama adikmu?” Tanya Pharita menoleh pada Ahyeon, sama sekali tidak paham.

Bagaimana orang di rumah tidak menyukai Chiquita padahal adiknya yang satu itu begitu manis sepanjang hari?

“Aku tidak tahu, unnie. Rasanya aneh. Lagipula, jujur saja, oke? Bisa dibilang, dia bukanlah adik kita, kan?” Ahyeon mengucap hal yang menurutnya masuk akal.

“Saat aku membawa Chiquita ke rumah kita, itu artinya dia adalah adik kita. Keluarga kita mempunyai berkas yang menunjukkan bahwa secara sah, dia adalah salah satu keluarga Han.” Jelas Pharita, tersinggung dengan kata-kata Ahyeon sebelumnya.

“Ya, terserahlah, unnie. Jadi ayo kita segera belajar? Sebelum aku mulai mengantuk.” Seru Ahyeon, menarik tangan Pharita.

Dan Pharita hanya bisa menggelengkan kepalanya, membiarkan tangannya di tarik menuju meja di ruang tengah, dimana tidak ada kedua orang tuanya disana.

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang