BAB 24

578 104 12
                                    

Sungguh keajaiban yang tidak terduga melihat Rami membuka mata setelah operasi di kepalanya yang terluka cukup parah saat terjadinya kecelakaan.

Ahyeon dan Pharita saat ini menemani adiknya itu. Sejak bangun, Rami tidak mengucap sepatah kata pun. Sampai kemudian, pintu terbuka dan seorang gadis dengan rambut biru muncul di kamar Rami.

"Rami? Hei, kau baik-baik saja?” Tanya wanita itu. Pharita dan Ahyeon yang tidak mengenal siapa wanita itu, mengerutkan kening.

“Asa unnie, kau baik-baik saja, kan? Bagaimana keadaanmu?” Tanya Rami, menoleh pada Asa yang baru saja tiba.

“Aku baik-baik saja. Ya Tuhan, maafkan aku. Maaf sekali, a-aku...”

“Bukan salahmu, unnie. Mobil sialan itu yang salah karena sudah menabrak motormu.” Desah Rami dan Asa berdiri di samping Rami.

Rami segera meraih tangan Asa. Ada luka di sekitar lengannya hingga siku yang kini tertutup perban dan Rami menghela nafas. Setidaknya, Asa baik-baik saja.

Sejak sadar, Rami sungguh mengkhawatirkan kondisi Asa saat ini dan dia merasa lega melihat Asa baik-baik saja persis seperti yang terlihat.

“Ruka dan yang lainnya juga mengkhawatirkanmu. Tapi aku tahu, mereka tidak bisa datang begitu saja.” Kata Asa memberitahu.

“Tidak apa-apa, unnie. Katakan pada mereka bahwa aku jauh lebih baik.” Jawab Rami sambil tersenyum, tidak menyadari tatapan tajam kedua wanita yang ada di depannya saat ini.

“Dia yang sudah membuatmu celaka?” Suara Ahyeon sama tajamnya seperti tatapannya.

Rami menoleh, namun mengeratkan genggaman tangannya pada Asa yang di perhatikan oleh Ahyeon.

“Jangan bersikap kasar pada seseorang yang selalu ada untukku.” Kata Rami memperingatkan.

“Selalu ada?!” Ahyeon membentak, tak percaya dengan ucapan Rami. “Bagaimana dengan kami?! Kami selalu ada untukmu selama ini! Tidakkah kau menganggap kami?!”

Bagaimana bisa Rami lebih menghargai orang lain yang dibilang selalu ada, namun kakak-kakaknya yang berusaha sebaik mungkin untuk menjaganya, malah di jauhi olehnya?

“Rami,” Pharita berucap lebih lembut. “Ada apa denganmu? Kenapa kau seperti ini?”

Rami hanya mengalihkan pandangannya ke arah lain, tak mau menatap Pharita sama sekali.

Ibunya muncul saat itu dengan wajah yang kelelahan. Sementara ayahnya... entah kemana. Mungkin pergi bekerja lagi, pikir Rami.

“Ahyeon? Pharita? Bisakah salah satu di antara kalian pergi untuk menemani Chiquita? Aku merasa harus istirahat. Tubuhku tidak terasa baik.” Kata Lisa. “Rami, sayang, bagaimana keadaanmu?”

“Lebih baik, eomma.” Gumam Rami, tak mau menatap siapapun yang ada di sana.

Yang ada, tubuhnya bergeser lebih dekat ke arah Asa yang membuat Ahyeon sangat marah. Dia merasa tidak di hargai oleh adiknya itu.

“Biar aku saja yang menemani Chiquita.” Kata Ahyeon memutuskan. “Pharita unnie, kau lebih baik antar eomma karena sepertinya eomma sedang tidak sehat.”

Pharita mengangguk dan Rami hanya bisa menggenggam erat tangan Asa ketika Ahyeon pergi meninggalkan ruangannya untuk menemui Chiquita.

Dada Rami terasa sesak dan Asa jelas menyadari hal itu, langsung mengusap lengannya membuat Rami menoleh pada Asa yang rupanya tersenyum padanya.

Rami turut tersenyum.

“Aku akan kembali.” Pharita memberitahu Rami dengan lembut. “Aku hanya akan pulang mengantar eomma setelah itu, aku akan menemanimu, oke?”

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang