BAB 6

361 77 11
                                    

“Rami?”

Pharita memasuki kamar adiknya setelah mengetuk pintu. Mendapati Rami ada di tempat tidur, duduk bersama Ahyeon yang tampak merangkulnya, sedang menenangkan adik kembarnya saat ini.

Unnie, jika kau ingin memarahinya hanya karena dia tidak sengaja menendang adik kesayanganmu itu, lebih baik kau pergi saja.” Kata Ahyeon, mendelik tajam pada Pharita.

“Aku tidak memarahinya. Aku hanya ingin bicara.” Pharita melangkah, menutup pintu di belakangnya.

Ahyeon adalah kakak yang begitu protektif terhadap adik kembarnya. Bukan hal asing jika si kembar dengan wajah berbeda itu selalu sering melindungi satu sama lain dan kini, Ahyeon merangkul Rami semakin erat, seolah melindungi Rami dari hal buruk yang akan terjadi.

“Aku tidak percaya padamu. Mengingat betapa kau melindungi adik  kesayanganmu, aku juga akan melindungi adikku.” Ahyeon melotot pada Pharita.

“Kalian semua adalah adikku. Aku juga menyayangi kalian. Jangan bertingkah seolah aku hanya menyayangi Chiquita.” Kata Pharita membantah dan itu benar sekali.

Mungkin Pharita tak dapat menyangkal bahwa dia lebih dekat dengan Chiquita. Bukan salahnya jika kedua adik kembarnya tidak mau dekat dengannya sehingga akhirnya dia memiliki hubungan yang kuat dengan Chiquita hingga sekarang.

“Kau tidak pernah menyayangi kami, itulah faktanya. Kau tidak mau mengakui itu?” Rami menatap Pharita dengan sorot mata kecewa.

“Rami, aku adalah kakakmu dan aku selalu berusaha untuk lebih dekat dengan kalian.” Pharita berjalan ke arah kedua adiknya, lalu berlutut di depan mereka.

“Tapi kau hanya selalu menyayangi Chiquita.” Bantah Ahyeon.

Pharita menggelengkan kepala, tidak setuju dengan hal itu. Sebagai anak pertama, dia mencoba untuk menyayangi semua adik-adiknya.

“Aku hanya kesulitan untuk lebih dekat dengan kalian sejak dulu. Bukan berarti aku tidak menyayangi kalian, tahu?”

“Benarkah?” Tanya Rami ragu-ragu.

“Aku hanya ingin semua adik-adikku akur, kita semua. Apakah terlalu sulit untuk itu?” Pharita menatap kedua adiknya yang saling melirik satu sama lain.

“Aku tidak tahu.” Kata Rami, dan Ahyeon menanggapi dengan menganggukkan kepalanya.

“Sejujurnya, unnie? Sangat sulit untuk menerimanya. Aku tidak bisa menyayanginya begitu saja. Dia menyulitkan keluarga kita, menyulitkan appa.” Kata Ahyeon, mengacu pada pikiran Chiquita yang lebih lambat.

“Rami, katakan padaku dengan jujur,” Pharita menghela nafas, menatap adiknya yang kini menunduk. “Apakah kau menendang Chiquita dengan sengaja? Katakan padaku...”

Unnie!” Ahyeon kembali melebarkan mata pada Pharita, memprotesnya. “Rami adikku dan aku tidak akan mengizinkan siapapun untuk menuduh hal-hal seperti itu padanya.”

“Dan Rami juga adikku, ingat? Aku hanya ingin tahu kebenarannya. Kenapa kau meminta Chiquita untuk memijat kakimu? Kau pikir dia siapa, Rami? Apa yang sebenarnya kau pikirkan?” Pharita mendesah, cukup lelah dengan apa yang terjadi.

Kapan ini akan terakhir?

“Jangan memarahi adikku.” Tegur Ahyeon, mendekap Rami lebih erat sementara gadis itu terus menunduk.

“Kalau begitu, jangan suruh adikku seolah dia adalah pembantu di rumah ini. Jika kau pegal, kau bisa meminta bantuan bibi Dara. Jika aku mendengar hal ini terjadi lagi, aku benar-benar tidak ingin berurusan dengan kalian lagi. Apa kalian mengerti?” Kata Pharita.

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang