“Wah! Itu gila sekali!”
Rami seperti mendapatkan adrenalin yang cukup kuat, namun menakutkan ketika dia turun dari sepeda motor besar milik Asa.
Wanita yang berasal dari Jepang itu menyeringai. Lalu, dia menatap rumah besar di depannya dan terkekeh ketika menatap Rami yang sedang membenarkan rambut pirangnya.
“Jadi, aku benar, kan? Kau berasal dari keluarga yang kaya raya.” Komentar Asa.
“Bukan sesuatu yang ingin aku banggakan.” Gumam Rami, mengangkat bahunya dengan santai. Dia lantas mengeluarkan ponsel, lalu memberikannya pada Asa.
Bingung, satu alis Asa terangkat dan menatap Rami dengan penasaran.
“Apa?”
“Aku meminta nomor ponselmu, unnie.”
“Unnie? Hmmm, menarik. Kau terlalu sopan untuk bergaul denganku.” Asa terkekeh namun tetap menerima ponsel itu dan mengetikkan nomor miliknya.
“Aku ingin mengunjungimu lagi. Berkumpul dengan yang lain ternyata sangat menyenangkan.” Rami tersenyum sambil memasukkan ponsel ke dalam sakunya.
“Dengan senang hati. Jadi, kau suka menaiki motor?” Tanya Asa, menepuk motor besar miliknya itu.
“Suka sekali! Menakutkan, namun aku merasa hidup.” Rami menganggukkan kepalanya.
“Merasa hidup? Wah, kau ini apa? Mayat berjalan?” Canda Asa namun saat melihat ekspresi Rami berubah, senyum Asa pun hilang. “Aku bercanda.”
Rami mendesah dan kemudian, dia melingkarkan tangannya di leher Asa, membuat Asa terkejut karena Asa tak terbiasa dengan kedekatan seperti ini dengan teman-temannya yang lain.
“Terima kasih banyak telah menemaniku, Asa unnie. Aku senang, sungguh.” Rami melepaskan pelukan itu. “Nanti, aku akan mengirim pesan padamu. Kau harus membalas pesanku, ya?”
Asa yang masih merasa canggung, hanya menganggukkan kepalanya dan Rami mundur membuat Asa akhirnya menyalakan kembali motor besar miliknya itu.
“Hati-hati di jalan, unnie!” Seru Rami, melambaikan tangan pada Asa, yang menggelengkan kepalanya dan pergi begitu saja meninggalkan Rami.
Rami masih tersenyum saat dia memasuki halaman rumahnya akan tetapi, senyumnya lenyap ketika ada ketiga saudarinya di halaman rumah, ketiganya memperhatikan Rami saat ini.
Ahyeon adalah orang pertama yang menghampirinya sementara Chiquita tetap duduk dengan Pharita.
“Siapa itu?” Tanya Ahyeon dengan nada tak suka.
“Asa unnie.” Jawab Rami dengan tenang.
“Unnie?”
“Ya, umurnya lebih tua dariku. Aku harus memanggilnya seperti itu.” Kata Rami. “Apa yang kalian lakukan di halaman rumah?”
“Menurutmu apa? Kami semua khawatir karena kau pergi begitu saja, tidak menjawab satu pun panggilan salah satu dari kami.” Ahyeon memarahinya dan Rami kesal.
Dia baru saja senang karena mendapatkan teman perkumpulan baru dan tiba di rumah, dia harus mendengar omelan yang tidak penting.
“Aku lelah. Aku mau mandi dan istirahat. Lagipula, aku baik-baik saja. Jangan bersikap berlebihan.” Rami berkata setelah itu, dia pun pergi begitu saja meninggalkan ketiganya.
Ahyeon mematung di tempatnya berdiri. Bingung kenapa Rami bersikap seperti ini dan dia mulai berpikir, apakah dia melakukan kesalahan hingga membuat Rami kesal?
![](https://img.wattpad.com/cover/367678750-288-k732129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...