Kelelahan di alami oleh Pharita pagi ini.
Bagaimana tidak? Semalaman penuh, dia telah memeriksa kedua adiknya, Ahyeon dan Chiquita bergantian.
Setiap 30 menit, Pharita bangun dan berpindah dari Ahyeon dan Chiquita hanya untuk memastikan kedua adiknya sama-sama tidur nyenyak.
Dua kali, Pharita juga memeriksa kondisi Rami. Untungnya, adiknya yang satu itu tertidur tanpa masalah.
Ahyeon terbangun dua kali dan Pharita akan selalu memeluknya setiap adiknya itu terbangun. Dia menggumamkan nyanyian sampai akhirnya, Ahyeon kembali tertidur.
Hal yang sama terjadi pada Chiquita yang tampaknya memiliki kekhawatiran tentang kondisinya hingga terbangun beberapa kali sampai Pharita melakukan hal yang sama seperti yang dia lakukan pada Ahyeon.
Dan karena hal itu, Pharita kurang tidur. Pada pagi hari, Pharita senang karena Chiquita bisa kembali berdiri. Meski begitu, dia tetap mendesak adiknya untuk pergi ke Rumah Sakit yang dengan terpaksa di setujui oleh adiknya itu.
Karena Pharita sedang tidak ada kelas, Pharita berhasil meyakinkan Chiquita jika mereka akan pergi ke Rumah Sakit hari itu.
Namun, Chiquita hanya izin untuk satu mata pelajaran sehingga dia tetap ingin masuk kelas. Pharita mengiyakan saja daripada harus berdebat dengan adiknya yang keras kepala.
“Eomma...” Suara Ahyeon pada pagi itu menghentikan langkah Pharita dan Chiquita yang baru saja turun dari lantai atas.
“Tidak, Ahyeon. Eomma hanya sedikit demam. Tidak apa-apa.” Kata ibunya. “Eomma hanya perlu istirahat. Kau pergi saja ke sekolah, oke?”
“Tapi eomma... ini tidak hanya sedikit demam. Kau juga muntah.” Kata Ahyeon cemas, Rami baru saja muncul membawakan teh hangat untuk ibunya.
“Ini eomma, minum dulu.”
“Anak-anak, pergilah. Kalian harus sekolah. Bibi Dara bisa mengurusku, sungguh.” Kata Lisa yang tak nyaman.
“Bagaimana aku bisa pergi jika eomma sakit seperti ini?” Keluh Ahyeon dan Rami kembali menerima gelas setelah ibunya hanya menyesap minumannya sedikit.
“Ada apa ini?” Tanya Pharita seraya mendekat pada ibu dan kedua adiknya.
“Unnie, selamat pagi.” Sapa Rami dan Ahyeon bersamaan sebelum Ahyeon menjelaskan. “Eomma sakit. Dia tiba-tiba demam pagi ini.”
“Hanya sedikit demam. Kedua adikmu berlebihan.”
Ahyeon memberikan alat pengukur suhu demam yang memperlihatkan berapa tingginya demam yang di derita ibunya. Pharita berlutut di depan ibunya, lalu memeriksa mata ibunya yang juga memerah.
“Eomma, kita pergi ke rumah sakit, yuk?” Ajak Pharita. “Aku dan Chiquita akan—”
“Sudahlah,” Bantah Lisa sambil berdiri. “Eomma hanya perlu istirahat di rumah saja.”
Lisa pergi ke kamar sementara empat adik kakak itu saling memandang, jelas kebingungan karena kondisi ibunya yang tiba-tiba sakit.
“Dimana appa? Biasanya dia yang selalu menjaga eomma jika sedang sakit.” Kata Pharita bertanya dengan bingung.
Sementara Ahyeon yang tahu pertengkaran kedua orang tuanya, kini menegang. Rami hanya menghela nafas.
“Appa sudah pergi sebelum aku sempat pergi sarapan.” Kata Rami.
Pharita mengerutkan keningnya. “Apakah appa tahu jika eomma sakit?”
"Dia tahu karena eomma beberapa kali batuk. Tapi, aneh sekali karena appa tidak bertanya dan malah pergi begitu saja setelah sarapannya selesai." Kata Rami menjelaskan. Di sampingnya, Ahyeon masih tutup mulut.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...