"Eomma, apakah kau yakin meninggalkan Rami akan baik-baik saja untuk kita?" Tanya Pharita saat dia memasuki mobil dan duduk di samping Chiquita.
Ahyeon sudah duduk di samping Lisa yang kini tengah mengemudi. Chaeyoung, sahabat dari ibunya itu benar-benar begitu baik.
Wanita itu benar-benar tidak meninggalkan Lisa dalam kesulitan. Bukan hanya membantu perceraian, membantu mencari apartemen, Chaeyoung juga meminjamkan Lisa mobil.
Dan, Lisa merasa sangat bersyukur. Dia merasa malu karena harus memperlihatkan kesulitannya seperti ini di depan sahabatnya. Bahkan tak jarang, dia menangis saat terus menerus mengucapkan terima kasih yang tak terhingga untuk sahabatnya.
Disisi lain... Rami... Anaknya yang satu itu tidak mau ikut bersamanya. Lisa sedih? Sudah pasti. Bahkan, dia pun kecewa.
Tapi, Rami adalah putrinya yang berkemauan keras. Lisa tak bisa memaksa jika Rami ingin tinggal bersama Jungkook.
Meski memikirkan Jungkook bersama Rami... sungguh membuatnya takut. Jungkook sangat kasar sekarang dan Lisa tidak tahu apakah Jungkook bisa memberi kehidupan yang layak untuk Rami.
Pria itu... bahkan tidak bisa memasak. Bagaimana Rami makan nanti? Jungkook bahkan tidak menghasilkan uang dengan baik. Banyak pemikiran sebagai seorang ibu yang sebenarnya ingin menarik dan memaksa Rami untuk ikut dengannya.
"Eomma sebenarnya tidak yakin. Eomma sangat mengkhawatirkan banyak hal tentang Rami. Bagaimana dia makan dengan nyaman jika appa-nya saja tidak bisa mengurus dirinya sendiri." Kata Lisa, mendesah cemas.
"Sudahlah, eomma. Biarkan saja dia. Itu kan keputusannya dia. Anak itu... jika dia kesulitan pun, nanti pasti dia akan mencari kita juga." Gerutu Ahyeon.
Memang benar. Lisa percaya bahwa jika Rami mengalami kesulitan, pasti Rami akan mendatangi mereka. Meski begitu sebagai seorang ibu, tetap saja dia merasa cemas.
"Lagipula, apa yang membuat Rami memutuskan ingin tinggal bersama appa? Aku tidak mengerti."
"Benar. Dengan apa yang appa lakukan padamu dua minggu lalu—" Ahyeon berhenti, menyadari bahwa hal ini tidak seharusnya dibicarakan saat Chiquita ada.
Pharita cemas dan menoleh. Saat melihat Chiquita tengah memejamkan mata, tertidur tanpa rasa sakit, dia pun menghela nafas.
"Dia sepertinya kelelahan. Dia tertidur sangat pulas." Kata Pharita. Perlahan, dia meraih tubuh Chiquita agar adiknya itu berbaring dengan kepala di pangkuannya.
"Benarkah? Syukurlah... dia kesulitan tidur tanpa merasa sakit. Eomma senang dia tidur sangat tenang kali ini." Lisa melirik Chiquita dari arah spion.
"Tapi, bagaimana punggungmu, unnie? Tidak bisakah kau periksakan hal itu ke dokter?" Tanya Ahyeon yang cemas karena parahnya luka yang ada di punggung sang kakak.
Bahkan sampai sekarang, Pharita harus terus memakai baju tertutup karena dia khawatir, luka itu akan tersingkap. Dan karena banyaknya bekas luka di punggungnya, dia juga tak percaya diri memakai pakaian yang terbuka.
"Aku sudah lebih baik. Kadang, punggungku sakit jika aku bergerak saat tidur. Tapi, ini lebih baik daripada minggu lalu." Jelas Pharita.
"Kau benar-benar harus memeriksa punggungmu, Pharita." Kata Lisa menyarankan.
"Tidak, eomma. Kita harus menghemat. Kita fokus saja biaya kita pada pengobatan Chiquita yang berikutnya. Jangan khawatirkan tentang aku, oke?"
Chiquita yang sebenarnya sejak tadi hanya berpura-pura tidur, diam-diam mengepalkan tangannya. Apa yang di katakan Rami itu sepenuhnya benar.
![](https://img.wattpad.com/cover/367678750-288-k732129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...