BAB 16

754 118 23
                                    

Chiquita sedang belajar di kamarnya saat akhir pekan. Nilai matematikanya meningkat saat ulangan kemarin. Bukan peningkatan pesat, tapi dia merasa bangga dengan hal itu.

Meskipun ketika dia memberitahu pada ayahnya tentang nilainya, ayahnya tidak puas dan melemparkan hasil ulangannya begitu saja di meja makan.

Chiquita nyaris saja menangis jika saja Pharita tidak meraih tangan Chiquita di bawah meja dan berbisik bahwa kakaknya itu bangga dengan suara yang pelan.

Rami hanya menatapnya sementara Ahyeon? Kakaknya itu hanya memutar matanya.

“Seseorang berusaha menjadi lebih baik karena berpikir hanya karena nilai matematikanya lebih baik, dia bisa menjadi keluarga ini.”

Ahyeon berjalan menuju kamar Chiquita, masuk begitu saja ke dalam kamarnya yang sebelumnya tenang.

“Aku melakukan itu untuk diriku sendiri.” Kata Chiquita.

Oke, itu mungkin bohong karena Chiquita tahu, dia memiliki ambisi untuk membuat anggota keluarganya bangga. Tapi apa salahnya dengan itu?

Semua kakak-kakaknya berusaha untuk menjadi lebih baik di rumah ini dalam hal pelajaran. Salahkah jika dia juga mencoba melakukan hal yang sama?

“Oh, ya? Dengan bangganya kau memperlihatkan nilai yang masih jauh di bawahku di meja makan? Kau pikir dengan hal itu, appa akan bangga padamu? Bermimpilah. Sekali bodoh, kau akan tetap bodoh.” Gerutu Ahyeon.

Di bawah meja, tangan Chiquita mengepal erat. Semua emosi tertahan saat itu. Dia tidak mau menyakiti kakaknya, tentu saja.

Dia tak mau hal buruk yang akan melukai Ahyeon terulang lagi. Dia harus menenangkan diri agar emosinya tidak kembali muncul ke permukaan.

“Aku memang bodoh. Setidaknya, aku berusaha untuk lebih baik.”

“Darah di tubuhmu berbeda dengan kami, begitu juga dengan kebodohanmu. Jangan harap kau bisa sama dengan kami, Chiquita.”

“Ahyeon?”

Mereka berdua menegang saat mendengar suara ayahnya terdengar dari lorong. Pintu kamar Chiquita terbuka saat itu dan sosok ayahnya yang berwajah tegas terlihat.

Appa?” Panggil Ahyeon sambil mendekat. “Ada apa?”

“Nak, aku akan berangkat ke Paris besok. Kau ingin sesuatu dari Paris nanti?” Tanya ayahnya. “Aku sudah menanyakan Pharita dan Rami. Mereka berdua ingin sepatu baru dari sana. Bagaimana denganmu?”

“Aku juga ingin sepatu baru! Sepatu lama yang kau belikan dari Paris sedikit tergores.” Kata Ahyeon, tersenyum.

Ayahnya itu mengangguk. Pria itu lantas menatap Chiquita yang sudah berdiri. Namun setelah menatapnya, ayahnya itu langsung pergi meninggalkan anak-anaknya itu.

Dan Chiquita menahan diri untuk tidak menangis. Bukan berarti dia berharap bahwa ayahnya akan bertanya karena setiap pria itu pergi keluar negeri, ayahnya tidak akan pernah bertanya apa yang dia inginkan.

Setiap ayahnya tetap memperlakukannya dengan cara yang berbeda, hati Chiquita ingin menangis. Itu membuat dirinya sadar bahwa dia hanyalah anak angkat yang tidak akan di pandang baik oleh keluarga ini.

“Hah, setidaknya kau sadar kan? Seperti yang aku bilang, Chiquita. Kau berbeda dari kami. Beruntung Pharita unnie menyayangimu karena kalau tidak, kami mungkin sudah membuangmu sejak awal.” Kata Ahyeon, menyeringai penuh kemenangan.

Sementara itu, Chiquita hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia tahu diri bahkan tanpa perlu Ahyeon mengingatkannya. Mengapa Ahyeon selalu menegaskan tentang betapa berbedanya dia? Kenapa?

I'M NOT DIFFERENTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang