Aneh saat pergi ke Sekolah, Pharita bahkan mengantarnya menuju ke kelas. Banyak orang-orang yang memandanginya ketika dia melewati kelas. Tapi mencoba mengabaikan, Chiquita menunduk.
Pharita berhenti melangkah dan Chiquita ikut berhenti. Bingung, Chiquita melirik kakaknya karena mereka masih berada di lorong sekolah, belum sampai ke kelasnya.
Helaan nafas panjang terdengar dari Pharita. Tak lama setelah itu, Pharita menangkup pipi Chiquita, membuat Chiquita menatap ke arahnya.
“Apakah kau melakukan kesalahan pada mereka?” Tanya Pharita.
Sungguh aneh melihat Pharita bersikap sangat tegas karena biasanya, Pharita selalu berkata lembut padanya.
Tapi sejak Pharita tahu tentang pembullyan yang terjadi pada Chiquita di sekolah, Chiquita mendapati kakaknya tidak pernah berhenti bersikap sangat tegas, terutama pada dirinya.
“Tidak, unnie.” Gumam Chiquita.
“Katakan lebih keras. Apakah kau melakukan kesalahan pada mereka yang bersekolah disini?” Tanya Pharita. Meski suaranya tetap lembut, namun dia tegas.
“Tidak, unnie. Aku tidak melakukan kesalahan apapun pada mereka.” Jawab Chiquita lebih keras dari sebelumnya.
“Bagus. Kalau begitu, kenapa kau menunduk?” Tanya Pharita, kini dia mencengkram bahu Chiquita dengan keras.
“Itu kebiasaanku. Mereka sering menatapku dan aku tidak nyaman. Jadi, aku sering menunduk.”
“Itulah kenapa orang sering meremehkanmu, Chiquita. Menunduk hanya untuk orang yang lemah.” Kata Pharita. Tatapannya tidak berubah lembut sama sekali.
“Tapi,”
“Tidak ada tapi, Chiquita. Mulai sekarang, angkat wajahmu tinggi-tinggi. Seperti ini.” Kata Pharita, meraih dagu Chiquita hingga wajah Chiquita terangkat. “Berjalan dengan percaya diri. Ayo, genggam tanganku sekarang.”
Chiquita dengan ragu meraih tangan Pharita yang juga mengangkat pandangannya ke depan. Mereka mulai berjalan dan setiap Chiquita hampir menunduk, Pharita akan meremas tangannya dengan kuat.
Mereka kemudian tiba di depan kelas Chiquita dan Pharita kembali menghadap adiknya.
“Bagus sekali, Chiquita. Kau melakukannya dengan sangat baik hari ini.” Puji Pharita.
“Ini aneh.” Chiquita menghela nafas. Berjalan seperti itu terasa seperti orang yang sombong. Dia tidak menyukainya sama sekali.
“Kau harus seperti itu karena kalau tidak, orang akan terus meremehkanmu, Chiquita. Atau, kau ingin orang terus bersikap semena-mena padamu?” Tanya Pharita, dengan pandangan tegasnya membuat Chiquita menciut.
“Tidak mau.” Kata Chiquita menggelengkan kepalanya.
“Kalau begitu, berjalan seperti yang aku ajarkan. Kau mengerti?”
“Mengerti, unnie.” Jawab Chiquita. Suaranya lebih keras karena dia tahu jika dia menjawab dengan pelan, kakaknya akan menyuruhnya mengulang lagi.
Pharita menghela nafas. Tatapannya kali ini mulai melembut sebelum dia perlahan meraih Chiquita ke pelukannya.
“Maafkan aku jika aku terlalu keras padamu hari ini.” Kata Pharita.
Sebenarnya Pharita pun tidak mau melakukan ini tapi jika orang tua mereka tidak bisa membantu tentang kasus perundungan ini, setidaknya dia ingin mengajarkan Chiquita untuk membela diri.
Tidak dengan kekerasan, tapi dengan sikap yang elegan hingga membuat Chiquita seharusnya di takuti di sekolah ini.
“Tidak apa-apa, unnie. Aku mengerti alasan kau seperti ini. Kau menyayangiku dan kau tidak ingin sesuatu terjadi padaku lagi.” Kata Chiquita, merasa nyaman dalam pelukan kakaknya saat ini. Dia lebih suka Pharita yang penyayang, jika boleh jujur.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
Fiksi PenggemarTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...