Apakah kecemburuan itu wajar bahkan terhadap saudara sendiri? Chiquita tak yakin akan tetapi, ada segelintir perasaan yang tidak menyenangkan ketika dia mendapati kakaknya tidur bersama Rami.
Bukan pertama kalinya.
Tetapi sejak kejadian penghukuman dan itu adalah minggu lalu, Rami akan selalu ada di kamar kakaknya. Dan Chiquita berusaha untuk menyingkirkan perasaan tak nyaman yang ada dalam dirinya.
“Ditinggal sendirian?”
Chiquita berusaha menghirup aroma segar di belakang halaman pada sore hari. Menoleh, menatap Ahyeon yang sedang berdiri, menyeringai sambil melilitkan rambut di jarinya.
“Tidak. Aku tidak ditinggal sendirian. Aku hanya... memutuskan untuk sendiri.” Bantah Chiquita. Tidak, jika Pharita tidak sedang sakit, pastinya dia tak mungkin ditinggal sendirian.
“Oh? Benarkah? Karena aku melihat seminggu ini kau benar-benar sendirian.” Sudut bibir Ahyeon terangkat. “Menyedihkan sekali.”
“Jangan ganggu aku, unnie.” Pinta Chiquita dengan pandangan memohon.
“Ayolah... aku tidak melakukan apapun. Jngan terlalu dramatis.” Ahyeon memutar mata, menatap Chiquita yang tetap duduk di sisi kolam renang. Terlintas dalam benaknya untuk melakukan sesuatu pada gadis itu.
Sudah seminggu sejak tragedi Rami dan penghukuman Pharita, suasana di rumah maupun sekolah terlampau tenang dan Ahyeon mulai bosan.
Rami juga tidak memintanya untuk membully adik angkatnya itu di sekolah. Adik kembarnya masih merasa bersalah karena kejadian sebelumnya.
Bukan pada Chiquita, tentu saja. Namun merasa bersalah karena Pharita yang menanggung ini dan Ahyeon benar-benar berharap segalanya kembali seperti semula.
Pharita akan kembali sehat dan dia serta Rami bisa melakukan apapun yang diinginkan. Rasanya, seluruh tubuhnya berdesir karena keinginan menyakiti adik angkatnya.
“Mengapa kau begitu membenciku? Aku tidak pernah melakukan apapun. Aku berusaha untuk tidak terlihat. Bahkan seminggu ini... aku mencoba untuk makan setelah kalian semua selesai.” Kata Chiquita, menunduk. Tak berani sedikit pun menatap kakaknya.
“Masih saja bertanya? Di rumah ini... satu-satunya biang masalah adalah kau, anak pungut. Lihatlah, Pharita unnie terluka karena siapa? Karena kau, bodoh.” Gerutu Ahyeon.
Mendengar Chiquita mengoceh membuat kekesalan yang Ahyeon coba tahan pun muncul. Dia melangkah ke arah Chiquita yang tak menyadari langkah Ahyeon yang mendekat.
“Tapi aku tidak pernah meminta untuk dibawa ke rumah ini.” Balas Chiquita.
“Kalau begitu pergilah.” Kata Ahyeon mudah.
Chiquita mengangkat pandangan sekilas pada Ahyeon yang berdiri di sampingnya. Suasana begitu hening namun terasa tegang.
Akan tetapi, keheningan itu berlangsung singkat karena Ahyeon tiba-tiba saja menginjak kakinya dengan sepatu yang di kenakannya.
“Unnie,” Pekik Chiquita, menatap tangannya yang diinjak. “Sakit sekali, unnie. Lepaskan aku.”
“Sakit? Ini belum seberapa. Kau lihat apa yang terjadi Pharita unnie karena salahmu? Bayangkan betapa sakitnya dia hingga dia tidak sanggup bangun dari tempat tidur! Bayangkan kesakitannya hanya karena membela adik bodoh sepertimu!” Bentak Ahyeon, memutar kakinya di tangan Chiquita, membuat gadis itu semakin mendesis kesakitan.
Air mata jatuh ke pipinya. Dia menangis dalam diam, menahan rasa sakit yang dia rasakan. Mungkin Ahyeon benar.
Rasa sakit yang di deritanya saat ini... dia pantas menerimanya. Ahyeon benar, bahwa Pharita merasakan lebih sakit dari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...