Rami diizinkan untuk keluar dari rumah sakit karena kondisi tubuhnya yang sudah sangat membaik. Sementara itu, Ahyeon adalah orang yang bertugas untuk menjemputnya pulang karena tidak ada siapapun yang menjemputnya.
Chiquita ditinggal sendirian sementara kakaknya bilang, dia tengah sibuk mengerjakan sesuatu untuk tugas kuliahnya.
Ayahnya tidak bisa di harapkan sementara ibunya, Ahyeon tahu sesibuk apa dia berusaha keras untuk keempat anaknya hingga Ahyeon akhirnya memilih untuk menjemput Rami seorang diri.
"Unnie, kita pergi ke kamar Chiquita dulu, ya?" Tanya Rami saat Ahyeon selesai membereskan barang-barang mereka.
"Apakah kau yakin?" Tanya Ahyeon.
Rami menganggukkan kepalanya dan Ahyeon menggandeng tangan Rami. Mereka berdua keluar dari ruangan Rami dan berjalan perlahan menuju ruangan Chiquita.
Tiba di ruangan adik bungsunya, Ahyeon melihat Chiquita sedang duduk, bersandar dengan bantal sebagai penyangga punggungnya sementara matanya terpejam, keningnya berkerut.
Ada sesuatu yang sedang dipikirkan oleh Chiquita.
"Chiquita?" Panggil Rami sambil melangkah ke arah Chiquita.
Chiquita membuka mata, tersenyum kecil pada Rami. Begitu mereka saling dekat, Rami dengan hati-hati memeluk Chiquita.
Gerakan itu benar-benar perlahan. Seolah Rami khawatir jika dia memeluknya terlalu erat, Chiquita akan kesakitan. Dia bersikap seolah Chiquita adalah barang rapuh yang mudah pecah.
"Maaf aku baru datang menjengukmu." Kata Rami, meminta maaf.
"Jangan minta maaf, unnie. Aku dengar apa yang terjadi denganmu." Kata Chiquita menarik diri untuk menatap Rami. "Kau baik-baik saja sekarang?"
"Aku telah diizinkan pulang." Rami menjawab.
"Aku iri. Aku tidak tahu kapan aku diizinkan pulang." Kata Chiquita, menghela nafas.
Dia rindu dengan nuansa kamarnya. Karena dia mulai bosan berada di rumah sakit. Tidak ada apapun yang menarik untuk dilihat. Dia merasa terpenjara.
"Setelah pengobatan pertama dan jika kau sudah lebih baik, kau akan pulang, Chiquita." Kata Ahyeon mendekati kedua adiknya.
"Aku tidak akan menjadi lebih baik. Kalau begitu, aku tidak akan pulang sama sekali, bukan?" Tanya Chiquita.
"Apa maksudmu?" Rami menatap Chiquita tak setuju.
"Maaf menghancurkan harapan kalian berdua. Tapi, aku di vonis kanker otak stadium tiga. Kalian tahu itu." Kata Chiquita, menatap kedua kakaknya yang terdiam. "Tidak ada harapan untuk membaik dan kembali hidup seperti semula."
"Chiquita, jangan memulai percakapan ini lagi." Ahyeon menggelengkan kepalanya. Dia benci setiap Chiquita terdengar menyerah karena penyakitnya. Adiknya itu belum melakukan pengobatan sama sekali.
Kenapa sudah menyerah sebelum berjuang?
Chiquita tidak menjawab dan Rami hanya menatap adiknya dengan perasaan sedih. Dia tahu kondisi adiknya sudah sangat parah.
Namun melihat Chiquita menyerah seperti itu membuat Rami merasa ingin menangis dan akhirnya, dia memeluk Chiquita.
"Jangan khawatir. Semua unnie-mu ada disini dan mendukung kesembuhanmu. Jika merasa sakit, mengeluhlah. Jika tidak tahan, menangislah. Biar unnie tahu rasa sakit itu." Kata Rami.
Ahyeon tertegun mendengar ucapan Rami. Diam-diam, dia menangis sementara Chiquita langsung bersandar di pelukan kakaknya itu.
"Aku tidak mau mati, unnie. Aku belum mau meninggalkan ini semua." Tangis Chiquita.

KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...