Jika kelelahan di rasakan sepanjang malam, pagi ini yang Ahyeon rasakan berbeda. Kemarahan.
Marah pada Rami yang sudah bersikap keterlaluan sekali. Dia mendapatkan laporan dari salah satu perawat yang menyadari keanehan karena tiba-tiba tertidur sepanjang menjaga.
Dan apa yang Ahyeon dapatkan dari CCTV rumah sakit sungguh membuat Ahyeon meradang. Tak habis pikir dengan apa yang Rami pikirkan. Karena sungguh? Apa sih yang sebenarnya ada di pikiran adiknya pergi menyelinap keluar di tengah malam saat wanita itu baru saja terbangun dari maut?
“Rami!” Ahyeon masuk ke dalam ruangan adiknya dengan perasaan marah luar biasa.
“Unnie? Ada apa?” Tanya Rami dengan wajah polosnya seolah dia tak melakukan kesalahan yang membuat Ahyeon semarah ini.
“Ahyeon, ingat. Jangan terlalu marah padanya. Dia masih sakit.” Peringat Pharita yang ada di sampingnya.
Pharita sejujurnya juga kesal dengan perlakuan Rami. Namun, marah tak dapat menyelesaikan masalah. Yang ada, Rami malah semakin menjauh darinya.
“Unnie, kenapa?” Rami bertanya ulang. Di sampingnya, ada Asa yang tengah menyuapi Rami sarapan.
“Bolehkah aku bicara dengan adikku?” Tanya Ahyeon pada Asa. Rahangnya terlihat mengeras karena Ahyeon berusaha keras menahan amarahnya.
“Ya, tentu. Bicara saja.” Kata Asa.
“Hanya keluarga.” Ahyeon menambahkan dengan tegas.
“Unnie!” Rami menegur saat melihat Ahyeon bersikap kasar pada orang yang merawatnya itu.
“Tolong, hanya keluarga. Bisakah kau keluar dulu?” Ahyeon bertanya pada Asa, namun tatapannya kini tertuju pada Rami.
Sejak kecil, Rami adalah adik yang menurut pada Ahyeon, tak pernah bersikap menyebalkan padanya apalagi membuat Ahyeon marah.
Tapi baru kali ini, Ahyeon merasa sangat marah pada adiknya itu dan Ahyeon merasa kelelahan. Dia kurang istirahat menjaga Chiquita dan sekarang, adiknya malah berulah. Bayangkan seberapa lelahnya dia?
“Unnie, kau tidak boleh bersikap kasar pada Asa unnie!” Jerit Rami, melotot pada kakaknya itu.
Ahyeon jujur saja sangat terkejut dengan kemarahan Rami.
“Rami,” Pharita yang seperti biasa, selalu bisa bersikap lebih lembut, memutuskan melangkah. “Kami hanya ingin mengajakmu bicara. Boleh kan? Asa harus keluar dulu. Nanti jika kita sudah selesai bicara, dia boleh kembali.”
Ahyeon memutar mata. Sungguh mengesalkan bicara dengan adik saja harus minta izin seperti itu.
“Tidak apa-apa, Rami. Aku... akan mencari sarapan untukku dan Ruka dulu. Setelah itu, aku akan kembali, oke?” Kata Asa.
Rami menghela nafas panjang. Dengan terpaksa, dia menganggukkan kepalanya. Sungguh dia benci dengan cara Ahyeon menatapnya.
Ahyeon tidak pernah memberi tatapan penuh kebencian sejauh ini. Namun sekarang, itulah yang Ahyeon perlihatkan padanya.
Pharita merangkul Ahyeon lagi, mencoba untuk membuat Ahyeon berhenti menatap Rami karena Pharita tahu Rami sedang tidak nyaman.
Asa pergi setelah itu dan Rami di tinggal sendirian bersama kedua kakaknya.
Rami hanya menunggu, diam dan memutuskan untuk memakan sarapannya karena kedua kakaknya belum juga bicara selang beberapa menit berlalu.
“Sebenarnya, aku hanya ingin tahu apa yang ada di pikiranmu itu.” Kata Ahyeon, memulai.
![](https://img.wattpad.com/cover/367678750-288-k732129.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M NOT DIFFERENT
FanfictionTerkucilkan karena anak bungsu? Itu adalah makanan sehari-hari Chiquita yang sudah memiliki tiga orang kakak lainnya. Terlebih karena dia terlahir berbeda dengan ketiga kakaknya yang lain. Dari kepintarannya dan bahkan dari kesehatannya. Dia sangat...