Bab 5: Makan Malam

17.2K 870 33
                                    



Dijah manyun sambil duduk di tangga dekat ruang makan. Matanya berair, memandang kesal ke arah meja makan. Kinanti tidak keberatan sore tadi, memberinya izin untuk ikut makan malam bersama mereka. Bersama Myanna yang sudah hampir satu tahun tidak pernah dilihatnya. Begitu Kinanti, Nyonya Besarnya, mengatakan Myanna akan datang untuk makan malam, Dijah langsung memacu mobilnya, meninggalkan kelas Kick Boxing yang baru seperempat jalan, menuju Kuningan. Tidak peduli Tuan Besarnya, Gani Sumanagara, meminta ia tak pernah sedetikpun meninggalkan kediaman mereka di Kiputih. Dijah kangen Myanna. Dirinya sendiri heran mengapa tidak pernah sekalipun bertemu dengan Myanna yang tinggal di Ranggamalela. Padahal Kiputih dan Ranggamalela cuma sejengkal saja sebenarnya. Padahal dia sering menyengaja lewat rumah Myanna.

Padahal Dijah sudah ingin memeluk dan bermanjaan pada Myanna.

Tapi sialnya ada teman Tuan Mudanya yang hadir, Tuan Emyrrumi. Mau tak mau Dijah mengalah dengan hati tersayat penuh dendam. Teman Tuan Mudanya itu tak pengertian sama sekali. Ini seharusnya jadi makan malam keluarga seperti kata Kinanti.

Ingat! Makan malam keluarga!

Dirinya yang layak disebut keluarga, bukan teman Tuan Muda Daud yang namanya antik itu! Emyrrumi apalah! Lelaki dewasa memang suka sok percaya diri dalam bersikap. Menyebalkan. Cuih tralalala, begitu umpat Dijah dalam hati.

"Dijah, tolong isi lagi gelas Rumi, Sayang."

Dijah menekuk wajahnya, "Iya, Buuu!"sahut Dijah ketus sembari beranjak meraih decanter berisi jus jeruk.

"Cakep-cakep kayak Onta, sekali teguk langsung habis!"omel Dijah saat menuang jus ke gelas Rumi.

Rumi membeliak memandang Dijah. Dia sudah bersahabat cukup lama dengan Daud, sering mendengar selorohan Daud tentang asisten rumah tangganya yang unik, tapi baru kali ini mendapati sosok Dijah secara langsung. Dan benar, unik. Sama sekali tidak seperti asisten rumah tangga. Dengan kata lain, kurang ajar. Rumi melirik Daud.

Myanna tersenyum tertahan, geli menatap Dijah, "Kenapa sih, Jah?"

Dijah menggeleng masih dengan muka ditekuk. Daud menatapnya dingin.

"Iyaaa! Dijah ngerti, iya! Menyingkir sekarang juga!"gerutu Dijah.

Rumi mendapati Dijah melengos sambil melirik kejam padanya. Dia mengerutkan kening, paham bahwa si Dijah ini memberi sinyal permusuhan padanya. Yang Rumi tak mengerti adalah alasannya. Dirinya baru kali ini bersua Dijah, asisten rumah tangga keluarga Sumanagara yang sikapnya lebih mirip adik Daud. Rumi menggeleng-geleng sendiri menetralisir ketidak pahamannya. Dia terdiam sewaktu mendapati mata Myanna memandangnya dengan senyum simpul mengembang di wajahnya.

"Kamu bingung ya sama Dijah?"tanya Myanna.

Rumi mengangkat alis, "Bisa dibilang gitu."sahutnya sambil melirik Daud.

Dijah berkomat kamit nyinyir tanpa suara di meja dapur dengan mata tetap mengarah seram pada Rumi.

Daud bergumam tak jelas sebelum berseru; "Jelek lo ngambek kayak gitu!"

Dijah memberengut, "Biar! Semua tega! Gak mikirin perasaan Dijah."balasnya.

Kinanti menggeleng-geleng, "Dijah,
kamu marah?"

"Enggak kok. Cuma sebel aja."

Daud meringis kesal, "Sopan dikit napa sih?"katanya galak.

"Ogah! Ga sudi Dijah, Teh Mia disabotase gitu sama temen Bang Daud, si Onta!"

"Dijah, namanya Emyrrumi."tegur Kinanti.

Dijah menghentakkan kaki,"Ih! Kok dia yang dibelain sih Bu? Yang ga sopan tuh dia! Liat aja caranya ngeliatin Teh Mia. Kayak kucing garong!"

Affair of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang