Adhalia memicingkan mata memandang Santi yang tersenyum santun padanya. Seketika ia putuskan dirinya tidak suka asisten Daud ini. Terlalu cantik dan punya aura menggoda. Adhalia sangat mengenal cara melirik seperti itu, cara jalan macam itu dan senyum Santi yang begitu. Maksudnya jelas menggoda meski berbalut kesantunan bermartarbat bernama profesionalitas. Topeng, itu pasti. Demikianlah Adhalia meyakini.
Mata Adhalia terus saja terang-terangan menelusuri Santi, menilai. Ukuran dada Santi termasuk besar, Adhalia mendengus. Bagaimana bisa ia salah? Santi beraroma seperti bunga yang menghisap kumbang terang-terangan! Lihatlah, dirinya sungguh siap dengan peran antagonis yang sempurna. Adhalia memaki habis-habisan dirinya sendiri. Jelas dia bukan perempuan manis lugu yang mau repot-repot bersopan santun pada bawahan lelakinya. Meski tampilan Santi memukau, kelasnya jauh di bawah telapak sepatu Adhalia yang tidak hanya merah. Santi sama saja seperti dirinya, menguji keberuntungan dengan daya tarik fisik. Kalau kamu cantik, punya otak separuh saja sudah diampuni. Dan kalau kau cantik sekaligus seksi dan pintar menyenangkan hati, tidak punya otak juga tak apa. Alam semesta akan bekerja sama begitu saja untuk membahagiakanmu tanpa perlu kau repot mengkoneksikan sisa neuron yang ada di kepala.
Tapi, masalahnya, Adhalia bukan gadis bodoh. Dia cantik, seksi, sekaligus pintar. Dan gadis pintar mana yang membiarkan peluang kebahagiaannya terancam oleh seorang perempuan yang berjenis sama dengannya? Adhalia tahu ia tidak pernah salah, maka dia yakin harus membenci Santi dan membuat Santi sadar akan tempatnya. Daud sudah berjanji, tempat Adhalia adalah tepat di sisinya. Semua akan berjalan perlahan, menyesuaikan diri secara alami. Tapi tampaknya Adhalia menyadari ada percepatan yang tidak biasa perkara adaptasi tingkat kenyamanannya terhadap Daud. Dan dia tidak suka ini.
"Sudah berapa lama lo kerja sama Daud?"
Santi mengangkat kepala lalu memberikan senyum santunnya sekali lagi, membuat Adhalia jengkel karena ternyata ia membuka kemeja putihnya sampai kancing ke dua dan saat menunduk terlihat kamisol berenda. Adhalia mencibir dalam hati. Benar memang dirinya, tak akan pernah salah mengenali pelacur, toh ia sendiri pun kadang bertingkah begitu. Tapi Daud yang memberikan perjanjian serius seharusnya tahu diri dengan tidak memelihara perempuan macam Santi di sekitarnya. Meski mereka masih saling membebaskan bentuk hubungan yang ada. Adhalia sedikit pening. Ini semua terasa mulai absurd. Tentu saja, orang waras mana yang bisa bertahan? Bahkan Maynard dan Caleb mengomentari Daud mulai gila.
"Masih lama Daud rapat?"
"Sebenarnya sudah selesai, Ma'am. Tapi Tuan Sumanagara ada urusan penting tersendiri dengan Tuan Alexey."
Adhalia menghela nafas tak peduli. Ia ada jadwal pemotretan di Singapura dan bermaksud memberi kejutan kecil untuk Daud yang sudah menjadi kekasihnya selama dua bulan ini. Setidaknya ini kunjungan balasan dari kejutan yang dilakukan Daud di Bucharest dua minggu lalu. Sekalian mencoba peruntungan untuk mendapatkan akhir malam yang menyenangkan.
Adhalia merutuk dalam hati. Daud sungguh lelaki sialan, sukses membuat otak Adhalia terus saja memikirkan saat-saat kebersamaan mereka. Ini sungguh bisa menjadi masalah yang serius. Masalahnya otak Adhalia yang mekanismenya bekerja lebih rumit dari perempuan kebanyakan selalu bertemu jalan buntu saat memikirkan muara hubungan yang mulai menggerogotinya ini. Daud memang keparat, membuat Adhalia ingin menjadi istimewa baginya. Bisa jadi dia jatuh cinta, tapi Adhalia tidak mau buru-buru mengaku.
"Apakah soda diet ini cukup untuk Anda?"
Adhalia melirik, mengibaskan tangannya lagi.
"Apa masih ada yang bisa saya lakukan untuk Anda?"
Adhalia mencibir, "Pergi aja lo. Pusing gue lihat lo yang bergaya sok profesional!"
Santi terkejut sejenak tapi memberikan senyum santun lagi untuk Adhalia meskipun kali ini rahangnya mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.