Gal Oya, jika Daud tidak salah mengenali bandara yang baru saja ia jejaki. Berdiri di sisi pesawat bersama Raffe dan lima orang anak buahnya yang lain sementara petugas Imigrasi melakukan prosedur umum. Mereka memeriksa segalanya termasuk ijin kepemilikan senjata. Dengan masing-masing mengantongi minimal lima ijin kepemilikan senjata api, jelas para petugas itu tahu pasti dengan siapa mereka berhadapan. Wajah dengan mata besar dan kumis melebar mereka tidak terkejut, tapi helaan nafas pasrah mereka menandakan ketidak asingan mereka untuk berhadapan dengan orang-orang macam Daud. Lebih sering para tukang jagal dan Tuan mereka yang menyambangi hanggar khusus tempat singgah pesawat pribadi ketimbang selebritas cantik wangi bak Putri Negeri Dongeng. Lagipula, ini Sri Lanka bukan Teterboro yang antrian calon penumpang jet pribadinya membuat macet pada akhir pekan. Berimbang antara jumlah senjata api yang lepas landas meninggalkan New Jersey dengan barisan chihuahua atau anak Husky dalam kantong besar Louis Vuitton Moët Henessy. Bisa jadi Bernard Arnault sebenarnya meradang marah karena para gadis Upper-East Side menjadikan Louis Vuitton hanya sebagai keranjang anjing mereka. Kejanggalan gadis-gadis WASP asal NYC memang sulit ditolerir, tapi anehnya tingkah mereka diduplikat para gadis muda di semua belahan bumi lain. Louis Vuitton untuk keranjang anjing, padahal masih banyak orang yang takut tidak bisa makan antara Syracuse dan Romaine, meski cherry blossoms memukau di awal musim semi dekat Tompskins Square Park. Memang lebih baik menikmati wangi musim semi di Cherry Walk Roosevelt Island bersama chihuahua ketimbang memusingkan jumlah donasi untuk Jaminan Sosial.
Tapi yang begitu itu menggemaskan. Para Putri yang cekikikan tanpa beban di mana saja, menebar senyum tulus bagi siapapun. Hiburan yang menyenangkan untuk para pegawai Bea Cukai dan Imigrasi yang jarang mengangkasa tapi ketiban sial mengurusi orang-orang absurd yang kelewat sering terbang. Andai Paris Hilton atau Gigi Hadid yang kini sedang mereka hadapi, hidup akan sedikit lebih ceria.
Begitulah setidaknya pikiran mereka yang terlampau bosan mengurusi hal-hal legal dari orang macam Daud yang notabene hampir seluruhnya adalah pelaku ketidak legalan. Malas saja mereka mengembalikan semua dokumen itu. Raffe yang menerima pun dingin saja. Menoleh pada Daud ia bertanya,
"Anda bisa memasuki ruang tunggu sejak tadi, Tuan Muda."
Daud melirik sekilas, tak berminat. Ia berdiri dengan tangan masuk ke kantung sementara angin kering berdebu bertiup kencang mengibarkan jaketnya. Aviator sun glasses yang dipakai membuat siapapun harus berhati-hati menafsirkan arti sorot matanya. Raffe tahu Tuan Mudanya sedang berpikir keras tentang alasan mengapa calon tunangannya diculik namun selanjutnya dibiarkan dengan cepat ditemukan. Tidak perlu otak konspiratus untuk paham Dahyang sedang bermain-main dengan mereka. Pihak Allistair-Marais mengabarkan bahwa mereka sudah menempatkan Adhalia dalam penerbangan ke Gal Oya. Raffe menghela nafas. Tuan Mudanya membantah perintah Tuan Gani yang menyuruhnya kembali ke Jakarta secepatnya. Raffe yakin pasti alasannya, Nona Winatarya. Ragu-ragu ia mendekati Daud yang kini berjalan mondar mandir di mulut hanggar yang sudah lebih sunyi.
"Bos..."
Daud mengangkat kepalanya, menoleh acuh pada Raffe tapi tetap saja berjalan tidak jelas.
"Teka-tekinya bukan di Nona Prasodjo."ujar Raffe.
Daud tertawa sinis, meremehkan.
"Aku tahu, Raffe. Tak usah memberitahuku macam begitu. Seakan otakmu lebih pintar saja."
Raffe diam. Tuan Muda yang menyebalkan memang Daud itu, sering sekali menghina kecerdasan Raffe yang terlalu mahir dalam pertarungan tapi malas bertele-tele dengan rencana. Perintahkan saja dia mengeksekusi, maka semua beres.
"Yang sedang aku pikirkan, sebenarnya di mana letak teka-tekinya. Lalu, mengapa semua tahu harus mencari Adhalia di Düsseldorf? Informasi dari mana, Raffe?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.