Abraham terkejut mendapati Myanna sekarang. Bukan parasnya yang menjadi semakin cantik, berkesan makin dewasa dan bijak, tidak. Myanna tak pernah ia dapati sekurus ini, itu yang mengejutkannya. Padahal hanya lima tahun ia merantau. Ia ingat terakhir bertemu Myanna di Hotel Mercer saat Myanna menghadiri resital perdana keponakannya di Juilliard. Itu baru setahun lalu. Waktu itu Myanna lebih segar, bahkan tidak keberatan dengan salju tebal yang menyelimuti Central Park. Naluri Abraham menajam, yakin ada sesuatu yang menjadi beban pikiran Myanna saat menangkap sinar mata Myanna tidak secerah dulu. Bagaimanapun juga, setidaknya pernah, dirinya adalah orang terdekat Myanna.
Abraham tidak sengaja bersua Myanna di gerai Laksa Kebayoran Lama. Myanna yang telah selesai makan langsung lari memeluknya erat dan berubah kolokan dengan mengatainya jahat. Myanna memang selalu begitu, tak berubah semenjak dulu. Tidak jauh berbeda sikapnya seperti saat mereka berstatus sebagai sepasang kekasih selama sekolah. Sempat Abraham gamang memikirkan sikap Myanna ini sampai akhirnya ia sadar bahwa dirinya dan Myanna memang sahabat, tidak kurang tidak lebih. Orang-orang saja yang menilai lain. Dan dia serta Myanna larut dalam emosi itu. Sudah dipastikan, masa remaja memang masa yang aneh. Segala sesuatunya tak pernah bisa dengan mudah mereka pahami. Hal sederhanapun selalu terlihat rumit dahulu, seimbang dengan perasaan-perasaan indah yang mereka alami. Masa-masa penuh kenangan yang terasa manis sepanjang beranjak dewasa dulu. Semuanya bercampur aduk sampai terasa bias. Abraham tersenyum lebar. Memandang Myanna sama saja memandang ke masa lalunya yang sempurna.
Seorang lelaki berpenampilan santai mendekat, beradu pandang dengan Abraham dan kelihatan tidak suka. Abraham merasa mengenal wajah itu. Myanna mengendurkan pelukannya saat lelaki itu memanggilnya.
"Sudah, Rum?"
Lelaki itu tersenyum kaku dan kembali memandang Abraham. Myanna menahan tawa menjadi senyum simpulnya yang menggemaskan. Menatap Abraham sejenak lalu berbisik;
"Dia cemburu."katanya terkikik.
Abraham tersenyum lebar, "Halo, Abraham."ujarnya mengajukan lengan.
Myanna masih memeluk Abraham sambil bersandar manja di pundaknya.
"Emyrrumi."ujar lelaki itu kaku.
Tawa Myanna terdengar, membuat Abraham ikut tertawa.
"Rumi, ini Arba. Kamu bilang perlu ketemu dia kan?"
Emyrrumi nyaris tersedak dan melotot memandang kekasihnya, tersadar kalau Myanna sedang menggodanya.
"Kamu itu, masih aja suka tengil kayak gitu!"tukas Abraham menyentil hidung Myanna.
Sungguh pemandangan yang membuat hati Rumi digulung cemburu juga patah hati. Ia tahu Myanna belum memiliki perasaan yang mendalam padanya. Dan Daud bilang Abraham cinta pertama Myanna yang sempurna.
Myanna melepaskan pelukannya lalu meraih jemari Rumi,
"Arba, dia pacar aku."ujarnya tanpa melepaskan pandangannya dari Rumi.
Membuat Rumi menahan nafas karena merasa melambung saat mendengar cara Myanna mengatakannya pada Abraham yang katanya adalah cinta sejati Myanna. Kekasihnya benar-benar tahu cara menguji dirinya.
Abraham tersenyum sambil mengedipkan matanya beberapa kali, "Kamu bikin aku patah hati."katanya jenaka.
"Becanda kamu , Arba!"
Rumi tersenyum mendapati begitu saja lengan Myanna merengkuhnya erat, menautkan tangannya di pinggang Rumi. Sikap Myanna tidak luput dari perhatian Abraham. Senyum kembali menghias wajahnya, meski khawatir menyelisip dihati Abraham. Myanna sangat lihai menutupi hatinya dari orang-orang. Bukan untuk mengelabui tapi karena Myanna seorang yang tidak begitu saja menuruti kata hati. Dia kebalikan dari apa yang orang-orang pikir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.