Rumi melekatkan keningnya pada Myanna, nafasnya memburu. Terus dicarinya mata Myanna, tidak ingin kehilangan sorot hangat yang menggetarkan hatinya. Myanna tersenyum samar meremas jemari Rumi yang menyelisip di sela-sela jari tangan Myanna. Ciuman lembut mereka berubah panas, sisakan nafas memburu yang meruap nyaris menjadi uap.
Padahal mereka sepakat memulai sebuah hubungan yang tidak diawali hasrat.
Keduanya memejam sekarang, menyesapi perasaan sekaligus detak jantung mereka. Andai saja mereka hanya bocah tidak berpengetahuan, segalanya lebih mudah. Tidak pernah seumur hidup Rumi ingin mengulang waktu demi ia bertahan menanti waktu yang tepat untuk jatuh cinta. Bertahan mengekang hasrat hingga tetap lugu polos atau apa sajalah yang membuatnya jadi malu mengaku baik-baik di depan semua teman. Tidak apa, itu harga yang pantas untuk berakhir bersama Myanna, secara sempurna. Yang pertama sekaligus terakhir tanpa pernah ada wangi parfum yang mengingatkan Rumi akan perempuan lain.
Ia membuka mata, mendapati Myanna menunduk menggigit bibir bawahnya. Hatinya melemah, Myanna tampak sedih.
"Ah, aku cuma manusia yang dikendalikan hormon-hormon keparat."desis Myanna.
Rumi tertawa kering. Myanna dengan kata-katanya yang satir.
"Maaf."bisik Myanna.
Rumi menggeleng, menangkupkan tangannya ke wajah Myanna. Lalu gemetar ia bicara;
"Tidak. Aku yang minta maaf."
Myanna menatapnya, memberi senyum tipis.
"Aku bakal gombal ga kalau sekarang aku bilang cinta mati sama kamu?"desis Rumi.
Tawa Myanna terdengar, Rumi menghela nafas lega. Tangannya terulur, mengusap lembut lengan Myanna dari bahu sampai akhirnya ia kembali menyelisipkan lagi jemarinya pada jari-jari pipih Myanna. Meremasnya penuh rasa lalu satu tangannya memainkan ujung-ujung rambut Myanna yang lembut. Wanginya yang semilir menggoda, membuat Rumi mengingat taman belakang rumah setelah hujan.
Rumah.
Seperti ada bola hangat yang meletus lembut di dadanya. Kembali ditatapnya Myanna.
Cantik. Sangat cantik dan melenakannya.
Rumi tahu ia tak bisa lagi berpaling dari gadis yang sedang duduk di pangkuannya kini.
"Sudah berapa lama kita?"desis Rumi.
Tawa Myanna terdengar, "Apa maksudmu?"
Rumi tertawa pelan, "Sejak kita berjanji jadi anak baik?"
Myanna menghela nafas,"Tujuh hari?"
Seketika tawa lepas Rumi terdengar, "Apa? Tujuh hari? Goddamnit! Rasanya seperti sudah selamanya! Jeez!"
Myanna ikut tergelak sampai menengadah, lama. Lalu ia menatap Rumi seksama. Lagi-lagi bertatapan begini membuat dada mereka menghangat. Rumi mengangkat alis lalu tersenyum tipis. Myanna tertawa kecil sambil mengerutkan hidung serta mengalungkan lengannya di leher Rumi.
"Aku bikin kamu sebal ya?"
Rumi tertawa dan menggeleng, "Hei, bukan cuma kamu yang pengen jadi anak baik."
Myanna tersenyum begitu manis, membuat Rumi yakin akan makin sulit merealisasikan ide mereka berdua.
Mereka sudah membicarakannya panjang lebar lalu sepakat. Melakukan penjajakan dengan cara perlahan. Menjalani hubungan sewajar mungkin. Sebisa mungkin menghindari konflik yang bisa menguras energi, termasuk perkara hasrat mereka yang selalu bergelora.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.