Bab 34: Lost

14.1K 557 78
                                    


5000+ words

Myanna yang pucat wajahnya memandang Aghastya Rani yang berbanding terbalik dengannya. Perempuan itu tampak begitu hidup dan cantik. Begitu siap menyongsong hari perhitungannya terhadap Ghani Sumanagara. Barusan ia menceritakan sedikit kisahnya, berkaitan dengan putranya yang tidak sempat hidup.

"Jadi kau menikahi Emyr el Malik karena mengandung cucu Ghani bukan? Memanfaatkan cintanya agar aibmu tertutupi karena lelaki yang kau cintai malah bertunangan dengan Adhalia yang ribut itu."gumam Aghastya Rani berspekulasi.

Myanna mendengus berlanjut tertawa. Awalnya pelan lalu lama kelamaan semakin keras. Saat usai, senyum lebar penuh kemenangan terulas di wajahnya.

"Kau terlalu suka skenario konspirasi ya, Ma'am?"

Aghastya Rani menatapnya sambil coba bersabar.

"Aku ini istri seorang Malik. Tentunya belum mengandung putra siapapun saat mengucap akad. Keluarga Malik yang terhormat sudah memastikannya. Sayang sekali, Ma'am."

Aghastya Rani tersenyum, "Begitu? Baiklah. Berterimakasihlah pada suamimu itu. Nyawamu terjamin penghormatanku pada keluarga Malik."

Myanna terkejut. Aghastya Rani yang bangkit berdiri begitu anggun dan memukau. Kelegaan tampak di wajahnya.

"Nikmati sisa harimu di tempat ini, My Child. Urusanku denganmu nyaris selesai. Sekarang tinggal putra Sumanagara itu yang jadi bisnisku."

Myanna mematung.

"An eye for eye, Honey. Aku sudah ambil satu dari Pyotr Sergei."katanya mengedipkan sebelah mata lalu melangkah.

Meninggalkan Myanna gemetar sendirian dalam duduknya. Daud. Jadi sesungguhnya Aghastya Rani itu hanya mengincar Daud. Di luar sana Daud yang selalu terlindungi pasti menyulitkannya.

"Ah Myanna... Aku lupa. Memang sebenarnya mudah menembak mati kekasih lamamu itu kapan saja. Tapi aku ingin menorehkan luka yang sama dalamnya pada Ghani dan Pyotr. Kebetulan sekali Daud hanya anak tunggal. Kematiannya jelas akan menjadikan klan murni Sumanagara musnah. Dengan kau yang tidak mengandung keturunan mereka... Ini sempurna. Menjadi mudah untukku."

Myanna makin gemetar.

"Walaupun sebenarnya aku berharap itu janin Daud. Supaya aku bisa melakukan begitu banyak intrik untuk menghancurkan hati Ghani dan Kinanti."

Myanna berdiri tiba-tiba menggebrak meja. Bibirnya bergetar dan matanya nyalang mengarah pada perempuan kejam itu.

"Kau tak pantas menjadi manusia, Aghastya!"

Tawa Aghastya Rani pecah, "Tidak ada yang menyebutku begitu, Anakku. Itu nama moyangku. Nama yang disucikan di Devanagari!"

Myanna masih dipenuhi amarah, "Kau bukan manusia! Tidak ada manusia yang dendamnya pekat begitu!"

Aghastya Rani menatap Myanna, raut wajahnya seakan menjadi kelam. Katanya,

"Kau begitu naif, Anakku. Tidak tahu apapun tentang dunia. Pikiranmu cuma sibuk dengan kegiatanmu yang kau anggap penting. Mengejar makna kehidupan lewat cita-cita remeh temeh sementara hal-hal penting berputar di sekelilingmu tapi kau acuhkan."

Myanna tetap penuh amarah dengan kendali diri yang lebih baik. Tanpa berpikir bertele-tele, ia meraih garpu dan berlari cepat ke arah Aghastya Rani. Melompat dan menghunjamkan garpu itu ke tangan kanan Aghastya Rani. Sayang luput. Memang mengenai tangan perempuan itu tapi tidak melukai sampai dalam. Hanya memberinya barut luka yang meneteskan sedikit saja darah. Herannya Aghastya Rani sama sekali tidak kesakitan. Myanna mundur dengan sedikit ngeri, mendapati Aghastya Rani tersenyum bijak memandangnya.

Affair of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang