Daud mengernyit heran sewaktu terbangun dari tidurnya yang tidak nyenyak. Adhalia tidak kunjung tiba meski ia telah mengirim orang-orangnya dengan jet sejak pagi sehari lalu. Tengah malam sudah terlalui, seharusnya Adhalia sudah sampai. Mengejutkannya dengan candaan nakal atau tawa kecilnya yang menggemaskan. Gadis itu bisa menjadi sejenak penawar ruwet yang menghantui kepala Daud.
Sialan!
Daud memaki dalam hati. Adhalia memang bisa membuatnya senang. Ada saja kejutan kecil darinya yang membuat Daud bisa tertawa lepas. Dan itu tidak selalu berkaitan dengan liburan panas mereka di atas ranjang. Sudah berulang Daud pikir, Adhalia terlalu mirip Myanna. Ya, mirip Myanna di masa lalu. Dulu, ada masa mereka begitu terikat dan saling berbagi apa saja termasuk candaan-candaan kecil yang memancing gelak tawa. Dulu, sewaktu Myanna masih begitu penuh harapan menjadi seorang seniman yang utuh. Daud tahu, sedikit demi sedikit mimpi itu tergerus, terlihat dari sorot matanya yang meredup dan senyumnya yang makin jarang. Ia tidak tahu dikarenakan apa, maka ia menyalahkan Abraham. Menurutnya, pasti Myanna merindukan Abraham terlalu dalam. Dirinya tidak pernah berpikir jikalau ternyata Myanna meredup karena dirinya.
Baru sekarang Daud mengkhawatirkan kemungkinan tersebut setelah sore kemarin Abraham berkata tajam dengan kemarahan yang tertahan. Mengatai dirinya tidak layak mengkhawatirkan Myanna yang akan bersegera menjalani kehidupannya bersama Emyrrumi. Seperti kata Emyrrumi, Abraham juga berkata bahwa waktu Daud untuk meraih Myanna sudah habis. Tapi Abraham melanjutkan dengan alasan mengapa ia berkesimpulan begitu.
Karena Myanna hancur dalam genggamannya.
Daud menerawang, memikirkan setiap ucapan Abraham dan sorot mata sahabat terbaiknya sore tadi. Abraham yang marah berubah perih saat menutup makiannya dengan kata maaf sebab tanpa sengaja membuat Daud bersumpah menjaga Myanna. Daud ingat dia lebih dari lemas sewaktu Abraham berkata lirih bahwa alasannya meninggalkan Myanna karena ia tahu pada siapa hati Myanna berada. Bukan pada dirinya, tapi pada Daud. Seperih apapun kenyataan yang Emyrrumi berikan mengenai rencananya menikah dengan Myanna, penjelasan Abraham merajam hati Daud jauh lebih hebat.
Myanna yang kalau tertawa mengerutkan hidung lalu terbahak lepas. Matanya yang membeliak kemudian melembut diikuti senyuman yang membuat dada Daud penuh setiap kali melihatnya. Tangis Myanna hanya muncul saat ia merasa tak sanggup menghadapi semua tugas kuliah dan atau pekerjaannya, tak pernah karena lelaki.
Abraham berseru padanya tahu bahwa semua itu membuat hati Daud mampat. Melanjutkan lagi dengan tajam, paham benar sorot mata Daud yang kelewat cemas atas apapun hal buruk yang menghampiri Myanna. Yang mana Abraham menyadari tidak pernah punya kekhawatiran semacam itu pada Myanna. Kekhawatiran berlebih tentang dunia yang bisa berakhir jika Myanna tidak ada di sisinya.
Daud memejamkan mata. Abraham menyesali sungguh-sungguh dan dalam marah ia merutuk seharusnya menantang saja Daud kala itu untuk merebut Myanna darinya.
Sekarang Daud merasa tolol. Ia tidak pernah memastikan perasaan Myanna terhadapnya. Ia selalu mengesampingkan pikiran melankolis itu tiap kali Myanna menatapnya penuh arti. Menurut Daud, Myanna hanya mengalihkan rasa rindunya pada Abraham lewat dirinya. Mereka berdua memang kebetulan mirip namun bertolak belakang dalam sifat. Daud berambut kecoklatan dan tanpa lesung pipi, sedikit perbedaan nyatanya dengan Abraham yang sangat legam rambutnya, juga lesung pipi kesukaan Myanna.
Daud terus berpikir begitu. Bahkan menyakitkan baginya saat ia dan Myanna tanpa rencana melalui malam pertama mereka masing-masing. Dimulai dengan pembicaraan tentang Jaya yang berlanjut dengan pertunangan Maryanah dan Wardhana, ujung-ujungnya mengungkit hati mereka. Usia mereka 20an awal kala itu, dengan hormon dan pikiran yang sulit sekali berkoneksi. Kata-kata Myanna yang bias tetap Daud kaitkan dengan ketidakmampuan melupakan Abraham. Lalu rasa cemburu mendorong keisengan menanyakan pendapat sahabat terbaik terhadap dirinya. Myanna yang menoleh memandangnya dengan tatapan tak percaya yang berubah jahil perlahan surut. Menjadi serius kala memahami Daud tidak sedang main-main. Kejujuran menjadi fatal saat Myanna memujinya, memberikan kalimat asertif bahwa Daud tidak kalah dengan Abraham. Senyuman Daud yang merekah mengantar pada pertanyaan tak masuk akal; siapa yang lebih tampan dan hebat di mata Myanna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.