Daud yang belakangan merasa kekurangan waktu mengernyit memandang Maynard yang baru saja selesai bicara tentang Wishnu Sadjid. Ada pergerakan kentara dari Sadjid satu itu, menggagalkan tender pengambil alihan lahan sisa NuMont di Nusa Tenggara. Akibat ulahnya, tender besar itu jatuh ke tangan Dahyang Holdings.
Wajah Daud yang memucat bukan pertanda baik. Apa-apaan Wishnu, mereka satu korporasi. Meski tidak akur, seharusnya berusaha tetap mendapatkan target. Kalau Wishnu mau menjegal Daud, dia harus bertaruh nyawa agar tetap menempatkan proyek ini di genggaman CorporatE.
Daud geram kini, mengeraskan rahang menatap lurus Maynard. Giginya terdengar bergemeretuk.
"Ada di mana si Bangsat itu sekarang?"
Maynard menghela nafas penuh sesal, "Masih di Tambora. Ikut acara mengenang 200 tahun ledakan bersama Pemda setempat."
"Apa kurang akal dia?"
Maynard diam. Memberi kesempatan hening mengental menjadi wujud kemarahan Daud yang belum berbentuk.
"Lexi sudah tahu?"
Maynard menatapnya lekat, tidak percaya Daud pakai bertanya segala. Daud mendengus, memanggil Santi lewat interkom supaya segera mengatur janji temu dengan Alexey dan mengatur ulang jadwal harian dengan Sekretaris sekarang juga.
"Kau ikut. Jangan sampai Lexi anggap kita tidak sopan."
Maynard yang sekarang mendengus, mencibir pada Daud yang berkata seakan dirinya cuma tenang-tenang saja. Kabar yang diterimanya 10 menit lalu ini langsung memutus akses pikirannya terhadap hal lain. Semua konsentrasinya langsung fokus pada perkara ini.
"Syukurlah Lexi belakangan ini lebih senang berada di istana. Kita ke sana sekarang."tukas Daud.
Maynard bangkit, mengabaikan kata-kata Daud yang tidak penting. Di luar ruangan, Santi sudah muncul dengan begitu banyak map. Sekretaris Daud juga memucat. Ada yang sangat tidak beres.
"Diana, tangani semua. Santi, kumpulkan lagi semua informasi."
Maynard mendengus, meraih tumpukan folder dari tangan Santi, "Lexi bilang apa tadi, Beib?"
Daud memicing tajam, "Hentikan memanggil dia begitu, Maynard!"sindirnya.
Maynard menghela nafas sekarang. Santi berdiri tegak,
"Seruni bilang Anda bisa langsung menemuinya. Sepertinya Tuan Alexey sudah mendengar ini."tuturnya yang semakin melemah di ujung kalimat.
Daud menoleh pada sekretarisnya, "Kabari Dyke dan Caleb. Suruh langsung ke tempat Pimpinan CorporatE."
Maynard tertegun sejenak memandang punggung Daud yang mulai bergerak kembali ke ruangannya, menuju lift pribadinya. Tapi, tiba-tiba dia berhenti dan tanpa berbalik berkata;
"Dan juga, Emyrrumi."
Santi menahan nafas menoleh pada Maynard yang balik memandangnya menenangkan.
"Maynard! Santi!"seru Daud keras.
Maynard berdecak kesal, "Jaga cara bicaramu, Lad!"
Daud tak peduli, dari bahunya ia melihat ke belakang seraya memasuki liftnya. Matanya sinis dan raut mukanya menyeramkan. Membuat seketika Santi berlari-laru masuk ke ruangan Daud, menghampiri lemari besi besar berisi dokumen-dokumen. Maynard memicing memandang Daud,beradu tatap dengan Daud yang sedang emosi. Pintu lift menutup, Daud sama sekali tidak menunggunya. Ulah yang membuat Maynard memaki keras sambil menendang pintu itu.
"Keparat sialan!"
Santi menoleh sebentar. Wajah Maynard yang serius begitu belum pernah dilihatnya. Rasanya asing sampai dadanya jadi sesak memikirkannya.
Santi terus mencari dan mencari, mengumpulkan semua dokumen yang diminta, juga daftar rival CorporatE.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.