Epilog

24K 945 355
                                    



Anak lelaki berusia sebelas tahun itu tersenyum lebar memandang bocah perempuan bermata lebar yang baru-baru ini bisa berjalan. Langkahnya masih goyah, menyebabkan ia cepat-cepat menjulurkan tangan karena takut adik mungilnya itu terjatuh. Bocah cantik itu meraih tangan kakaknya, menjadikannya pegangan. Merasa terselamatkan, ia akan tersenyum, memamerkan giginya yang baru tumbuh. Dan Sang Kakak akan tertawa geli menatapnya penuh kasih.

Jayaprabhu Emyr Sumanagara.

Begitu nama yang tercatat dalam akta kelahirannya.

Satu-satunya anggota keluarga Sumanagara yang memiliki raut wajah Timur Tengah. Matanya tajam, struktur tulang mukanya tegas. Dan rambut coklat kelamnya ikal. Matanya sewarna madu, persis ibunya. Sebentar lagi Daud dan Myanna harus mempersiapkan jawaban atas pertanyaan yang mulai sering dilontarkan Jaya; mengapa ia tidak mirip siapapun dalam keluarga tapi justru berwajah nyaris sama dengan sepupu-sepupu Trengganu dan Jerman.

Ya, Daud memang harus bersiap untuk menjelaskannya sebelum orang-orang berlidah tajam di sekitar mereka berkata hal yang tidak-tidak. Tentu saja secara bertahap.

Tidak mungkin Daud begitu saja menjelaskan panjang lebar pada Jaya yang baru berusia sebelas tahun bahwa ia adalah putra ibunya dari suaminya yang terdahulu. Bahwa ayah kandungnya tewas terbunuh dalam intrik balas dendam lawan bisnis. Daud tidak akan seperti itu. Memangnya dia ayah macam apa tak bisa menyaring kejujuran untuk diceritakan pada saat yang tepat? Myanna bisa menyembelihnya jika sampai begitu.

Ya. Daud akhirnya menikah dengan Myanna yang tenggelam dalam depresi kala itu. Tidak ada sama sekali romantisme seperti masa lalu mereka. Bahkan Myanna sangat berjarak dan asing. Mereka menikah untuk memberi status hukum putra Emyrrumi di negara yang tak mengakui pernikahan tanpa saksi orang pemerintahan. Myanna benar-benar menjadi sosok yang harus dikenal ulang oleh Daud. Pernikahan mereka tidak serta merta berjalan baik. Keadaan tak mengizinkan Daud mereguk manis hidup begitu saja. Membutuhkan waktu lebih dari lima tahun bagi keduanya untuk pulih dan merengkuh ulang hati masing-masing. Air mata Daud yang tumpah di suatu malam menghancurkan dinding tak kasat mata yang dibangun Myanna semenjak menjatuhkan pilihan pada Emyrrumi. Sederhana saja awalnya, hanya sebuah kata maaf yang dimohon Daud.

Padahal saat itu Daud sudah merasa putus asa dan berniat menyudahi semuanya. Pernikahannya dengan Myanna yang ia cintai sama sekali tak berjalan baik. Bahkan seks mereka hambar macam sereal dingin yang bikin masuk angin. Tapi Daud yang bermaksud mengawali perpisahan dengan kata maaf malah menyerocos macam remaja melakukan pengakuan dosa.

Andai ia tidak berpura-pura mengabaikan Myanna dulu.

Andai dirinya tidak merasa Myanna menjadikan pelarian dari Abraham.

Andai dulu ia berani membuka diri, menjelaskan sisi kelam kehidupannya pada Myanna, bukan malah menjauhkannya dengan alasan mengamankan Myanna.

Andai ia tidak pernah berkata di depan Emyrrumi akan memilihkan kekasih sempurna bagi Myanna.

Tak akan ada kesempatan bagi Aghastya Rani menjalankan rencana balas dendamnya. Tidak akan Emyrrumi kehilangan nyawa begitu saja.

Dan Myanna malah meraih jemari Daud, memandangnya sambil meremas buku-buku tangan Daud, berkata bahwa jika demikian, Jaya Emyr tidak pernah hadir sama sekali di dunia.

Daud tergugu dan demikian juga Myanna. Dalam semalam, begitu saja luka hati mereka yang menganga lebar berangsur pulih karena kata maaf dan maaf.

Myanna membalas permohonan maaf Daud dengan kata maaf juga. Meminta maaf karena sudah menjadi seorang istri yang sangat menyebalkan. Dirinya sudah memaafkan Daud sejak lama tapi terlalu canggung untuk bersikap biasa pada Daud yang baginya jadi asing. Isak tangis mereka bersamaan membasuh perasaan yang berkarat. Jelas niat Daud berbalik arah. Untung saja ia tidak membuka percakapan dengan kalimat selamat tinggal.

Affair of MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang