Dijah yang terus cemberut sambil merajuk membuat Kinanti yang sedang bersedih menjadi kesal. Permintaan Daud untuk menggelar acara pertunangannya dengan Adhalia sungguh membuat Kinanti sakit kepala. Ia menilai putranya bertindak gegabah. Bagaimanapun bukan Adhalia yang diinginkan Kinanti sebagai menantu. Pening di kepalanya makin menjadi sebab memikirkan apa yang salah dari dirinya dan Gani. Kinanti berpikir telah sangat jelas memberikan petunjuk gamblang betapa ia menyayangi Myanna. Dengan sebal ia melirik Dijah yang terus merepet supaya Kinanti tidak mengabulkan permintaan Daud. Bocah satu ini benar, tapi sekarang Kinanti butuh ketenangan. Sedikit membentak dengan muka keruh ia berkata;
"Jaga mulut kamu. Bukan tempatmu untuk sama sekali mengatur apa yang diinginkan Tuan Mudamu!"
Sontak Dijah bungkam, mematung setengah pucat dengan hati miris. Ia sama sekali tidak pernah suka dimarahi Kinanti. Dirinya bisa merana seminggu penuh jika sampai Kinanti atau Gani sedikit saja mengomel. Kali ini Kinanti begitu keras bersuara dengan raut wajah menyeramkan. Dijamin, lebih dari seminggu status media sosial Dijah tidak akan jauh dari kata baper, galau, gegana, butiran debu atau apapun juga yang melambangkan kenihilan seorang Dijah kala harga dirinya terluka.
Farah menoleh, memandang menelisik Dijah dengan mata bundarnya yang bening. Ia tak pernah suka Dijah, tapi juga tidak merasa nyaman dengan bentakan Kinanti yang selama ini selalu tenang dan anggun di depannya.
"Tante Kinan."panggil Farah.
Kinanti menoleh, "Ya, Farah?"
"Apa Tante perlu bantuan untuk membuat Tante lebih tenang?"
Dijah menoleh, mendelik seram pada Farah. Ia menganggap Farah sedang menjilat, mencoba membuat Kinanti suka padanya.
"Terimakasih, Farah. Sampai saat ini tidak ada."ucap Kinanti.
Farah tersenyum sopan, "Tante tinggal bilang kalau butuh bantuan Farah."
Kinanti hanya mengangguk lalu melirik Dijah yang berwajah seram sekarang,
"Kalian tidak berangkat sekolah?"tanyanya melunak.
Pada Dijah maksud Kinanti bertanya namun Farah yang menyahut menjawab.
"Ujian kelas XII. Kami diliburkan, Tante."
Dijah mendengus. Ia terus menatap tajam Farah. Bagaimanapun juga ia diamanati Daud untuk selalu berhati-hati terhadap Farah karena diduga Farah sedikit berpihak pada musuh mereka. Dijah tahu, pasti ada alasan mengapa keluarga majikannya menampung seorang yang berasal dari keluarga tidak jelas. Dijah juga paham Daud sering berulah seakan mereka adalah keluarga mata-mata ulung. Dijah menyukainya, ada sensasi yang membuatnya merasa hebat menjadi bagian dari hal yang tak umum begitu. Jadi, saat Daud mewanti-wanti untuk selalu mengawasi Farah yang kini disatu sekolahkan dengannya, Dijah sungguh kelewat bersemangat. Maklum saja, Dijah memang masih memelihara pikiran penuh skenario berlapis. Mirip ibu-ibu pecinta sinetron kolosal nenek moyang yang berusaha terlalu keras berpikir, ingin mengubah skenario kehidupan para tokoh. Mungkin Dijah akan menjadi penulis roman di masa depan.
"Dijah... Coba tolong jemput Myanna kemari."
Dijah mengangguk namun kembali tertegun, "Kalau Teh Mia enggak mau?"
Kinanti menghela nafas, "Bilang saja Ibu membutuhkan Myanna."tukasnya getir.
Dijah mengiyakan lalu melangkah cepat menuju garasi. Tidak ia hiraukan Farah yang bertanya apakah Dijah berkenan jika dirinya ikut. Ia baru terkejut saat Farah melompat masuk ke kursi sampingnya sementara Satpam membukakan pintu.
"Tante Kinan bilang boleh. Sekalian belanja mingguan."
Dijah cemberut saja sambil mulai meluncur memasuki jalan lingkungan, "Jangan cerewet di jalan."katanya sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.