Adhalia memukau dalam balutan gaun merah darah yang belahannya nyaris mencapai pangkal paha. Bahunya yang terbuka makin mengundang mata-mata lapar mengarah padanya, seakan dia memang hidangan yang sedang ditawarkan.
Bukan Adhalia tidak tahu apa yang ada dibalik tempurung kepala kebanyakan orang. Sebagian mengagumi parasnya, memuja. Sebagian lain tergiur tubuhnya, berhasrat. Kebanyakan menilainya hanya daging berbalut gincu yang siap disajikan dengan kalkulasi semrawut. Namun pada akhirnya, tetap saja mereka akan mengatainya murahan meski sukarela mengosongkan rekening demi mendapatkan Adhalia, tanpa diminta. Segelintir saja yang menghargainya sebagai seorang manusia, yang kebetulan punya profesi model antar negara. Jadi mengabaikan penilaian orang-orang adalah pilihan paling bijak. Itu baik untuk harga diri sekaligus sehat untuk emosinya.
Bagaimanapun dirinya bukan model sembarangan. Magnifique Trois, manajemen yang mengontraknya secara eksklusif selama 10 tahun, menilai begitu. Tentu fakta tersebut melambungkan harga diri dan keyakinan Adhalia atas dirinya. Rupanya sungguh Eurasia, namun malahan berkesan paduan Gia Caranghi dan Grace Kelly yang mendiang permaisuri Monaco itu. Tubuhnya jelas semampai namun masih cukup banyak daging untuk membungkus tulangnya. Alasan yang membuat manajemen asal Perancis tersebut menjadikan Adhalia aset berharga mereka.
Bahkan Magnifique yakin dirinya adalah the next Giselle Bundchen. Beberapa fotografer juga bilang begitu.Adhalia bahkan sempat diambil gambar oleh Richard Avedon dalam balutan vintage Ajeddin Alaia untuk sesuatu yang berkaitan dengan malam amal musim dingin MoMA. Sebuah acara rutin penuh filantropis yang jumlah digit rekeningnya selalu lebih dari sembilan angka. Dalam USD.
Bagi Adhalia itu adalah pencapaian tersendiri. Maka, sedikit kesal ia dengan pesta penuh sosialita dan selebriti di negerinya sendiri malam ini. Rambutnya masih cukup hitam untuk mengerti bisik-bisik kejam sekelompok perempuan pecinta kilatan flash tentang dirinya. Penghinaan gara-gara rumor dirinya adalah simpanan seorang petinggi dunia hiburan Eropa. Rumor yang sangat usang dari masa awal karirnya sekitar lima tahun lalu. Mendengus sembari mengangkat wajah, Adhalia menyelisip di antara mereka sambil permisi dalam bahasa Jawa. Tolonglah, masih ada nama Prasodjo di belakang namanya. Tentu saja dia mengerti bahasa ayahnya.
Dan emosinya belum juga selesai dipermainkan. Adhalia sebetulnya sedang bersantai, hanya memiliki jadwal pemotretan yang kebetulan mengambil tempat di Amanjiwo, hotel luar biasa berpemandangan sinkron dengan Borobudur. Pikirnya menghabiskan sisa waktu di Jakarta bersama orang-orang tersayang sungguh keputusan yang bijak.
Sekaligus menguji keberuntungannya.
Nyatanya yang ada adalah kelelahan emosi yang fatal. Di Eropa dirinya cukup dikenali tapi jika media ingin memberitakan dirinya, janji jauh-jauh hari dengan manajemen mutlak dibuat. Kemudian, si reporter tidak akan menyambangi sembarangan atau memuat potret snapshot mereka layaknya seorang fans di media sosial. Meski hal semacam itu mulai bias sekarang. Intinya, hal-hal yang dikategorikan bisnis media, harus dalam koridor jelas.
Jujur saja, omong kosong adegan film seorang bintang dikejar-kejar fans dan wartawan sampai kewalahan. Kecuali sekelas Posh Spice atau Kate Middleton atau hidup di masa selebritas masih sangat dipuja, barulah mungkin akan kelimpungan sebab dikejar-kejar. Dan Adhalia bicara tentang Eropa yang sangat berbeda dengan di sini, jelas. Dirinya tidak pernah merasa cukup layak disorot dengan intens. Karena Adhalia pun yakin, hanya akan sambil lalu saja orang-orang ingin tahu tentangnya. Seorang model tidak pernah lebih terkenal dari seorang aktris sinetron dengan peran berleleran air mata di negeri ini. Sebuah fakta yang dipelajari Adhalia semenjak belia.
Sialnya, saat ini media gosip seperti kehabisan subjek.
Jadi kehadiran Adhalia di kota kelahirannya sendiri bak apalah, menarik orang-orang dengan ID Journalists namun bertanya hanya tentang perasaan dan komentarnya tentang apapun. Hell, siapa peduli dia memuja label Chanel yang kerap disalah ucapkan di Jakarta?
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair of Me
RomanceIni untuk [21+] hanya kisah biasa tentang lelaki di puncak dan orang-orang sekitarnya.