Brotherhood

19.4K 877 9
                                    

Yunmi side

Langit malam kota SEOUL tampak gelap, tanpa bulan maupun bintang yg meneranginya. Aku sedikit merinding, ketika hawa dingin menyapu tengkuk leherku.

Ku edarkan pandanganku kesekeliling area gerbang sekolah yang tampak gelap gulita. Maklum saja, teman temanku telah pulang ke rumah dan menyisakan diriku sendiri disini.

Aish... tempat ini sungguh mengerikan.

Sepertinya aku benar benar terkena sial hari ini. Semuanya berawal dari Han sonsaengnim yang memberikan pelajaran tambahan, membuatku harus pulang selarut ini. Dan kini, aku harus menunggu namdongsaengku yang pabo itu menjemputku di tempat menyeramkan ini.

SENDIRIAN!!!

Akupun mengeluarkan ponselku dari dalam saku rokku. Dan dengan cepat mengetik sederet kalimat pada namdongsaengku, yang masih belum menunjukkan batang hidungnya sedari tadi.

 Dan dengan cepat mengetik sederet kalimat pada namdongsaengku, yang masih belum menunjukkan batang hidungnya sedari tadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tidak butuh waktu lama hingga ponselku bergetar. Itu pasti line dari Jungkook, namdongsaengku.

"Mwo! Dasar dongsaeng kurang ajar"umpatku kesal, saat membaca line darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mwo! Dasar dongsaeng kurang ajar"umpatku kesal, saat membaca line darinya.

Akupun langsung menghubunginya. Dan tidak butuh waktu lama, hingga suara berat khasnya menyambut teleponku dari seberang sana.

"Noona... apa noona tahu sekarang jam berapa"

"Yak! Aku yang seharusnya mengatakan itu kepadamu. Cepat jemput aku sekarang atau aku akan melaporkanmu pada appa"ancamku.

"Laporkan saja. Maka jangan salahkan aku, jika nantinya appa mendapat kiriman video saat noona mabuk tempo hari"

Aku terdiam seketika, saat Jungkook balik mengancamku.

Sial! aku lupa, dongsaeng paboku ini punya kartu yang kapan saja bisa membunuhku.

"Kookie-ah... apa kau tidak kasihan pada noonamu yang cantik ini... Bagaimana jika ada yang menculikku. Apa kau tidak kahwatir pada noonamu ini"

Aku berbicara selembut mungkin kepadanya. Meski sejujurnya, aku setengah mati menahan kesal saat mengatakannya.

"Tidak!"jawabnya acuh, membuat emosiku kembali terpancing.

I NEED UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang