EPILOG

768 160 20
                                    

Di kamar utama yang diterangi remang lampu malam, suasana begitu tenang. Jay dan Vi tertidur pulas di depan Jungkook, berbaring di atas selimut lembut dengan wajah polos dan damai. Taehyung berada di belakang Jungkook, memeluknya erat seolah tak ingin ada jarak di antara mereka. Dada Taehyung menyentuh punggung Jungkook, dan napasnya yang hangat menyapu leher istrinya. 

Meski Taehyung memejamkan matanya, tangannya tetap menggenggam erat tangan Jungkook, seakan rasa takut kehilangan masih menghantui. Jungkook menatap kedua anak mereka, matanya dipenuhi cinta dan rasa syukur. Sesekali ia menyentuh pipi kecil Vi, lalu membelai rambut Jay dengan lembut. Dalam hati, ia merasa Tuhan telah memberinya kesempatan kedua untuk memiliki keluarga yang utuh.

Taehyung tiba-tiba bergerak, membuka matanya perlahan, lalu mengecup bahu Jungkook. Suaranya terdengar rendah dan penuh cinta, memecah keheningan malam.

"Babby..." bisiknya, seraya mempererat pelukannya. "Terima kasih sudah melahirkan kedua jagoan kecil kita ke dunia. Mereka hadiah terindah untuk hyung... seperti dirimu." 

Taehyung mengecup puncak kepala Jungkook. "Hyung sangat mencintaimu, sayang. Lebih dari yang bisa hyung ungkapkan."

Jungkook menutup matanya, menahan emosi yang tiba-tiba menyeruak. Ia menggenggam tangan Taehyung yang melingkar di perutnya.

"Hyung..." katanya lirih. "Aku juga terima kasih... karena hyung sudah bertahan dan kembali. Aku, Jay, dan Vi sangat membutuhkanmu hyung..."

Sejenak, keheningan menguasai ruangan. Hanya terdengar napas mereka yang saling menyatu, seperti melodi yang menenangkan.

"Hyung tahu tidak?" tanyanya, membuka matanya perlahan. "Saat hyung tertidur lama, banyak sekali pertanyaan yang ingin aku tanyakan. Tapi..." Jungkook berbalik sedikit, menatap Taehyung dengan senyuman kecil. "Melihat mata indahmu ini rasanya semua pertanyaan itu hilang. Kookie hanya bisa bersyukur hyung kembali."

Taehyung mengusap lembut pipi Jungkook, matanya berkaca-kaca. "Apa babby kesulitan sendiri tanpa hyung?" tanyanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan.

"Tentu..." Jungkook menghela napas panjang, suaranya mulai bergetar. "Kookie sangat kesulitan. Hyung adalah dunia kookie. Tanpa hyung, rasanya hampa... seperti berjalan di kegelapan tanpa arah."

Taehyung menggenggam tangan Jungkook lebih erat, memberi kekuatan yang Jungkook tidak tahu ia butuhkan.

"Hyung tahu tidak?" Jungkook menarik napas panjang, berusaha menenangkan dirinya. "Saat hyung lama tidak bangun, kookie hampir menyerah. Kookie melihat hyung terbaring di kasur rumahsakit, dan rasanya... rasanya kookie tidak tega, hyung. kookie tahu hyung pasti kesakitan, tapi kookie tidak bisa melakukan apa-apa."Jungkook menunduk, air matanya jatuh perlahan. 

"Kookie hanya bisa bertahan karena anak-anak kita. Saat mereka lahir, kookie merasa mereka adalah kekuatan dari cinta kita, hyung. Mereka adalah alasan kookie terus berjuang."

Taehyung menyeka air mata Jungkook dengan ibu jarinya, hatinya terasa hancur mendengar betapa beratnya perjuangan istrinya selama ini.

"Kookie melihat wajah Vi... dia sangat mirip dengan hyungie kan?. Sangat tampan, seindah dirimu. Sedangkan Jay..." Jungkook tersenyum kecil sambil menatap anak mereka. "Dia mirip kookie, benar kan hyung?" tanya nya dan taehyung tersenyum lalu mengecup kening Jungkook

"Hyung, Aku rasa sekarang aku mengerti... kenapa eomma dan appa dulu ingin aku mengenalmu, hyung. Karena kau adalah takdirku. Kau adalah segalanya untukku, dan aku tidak ingin kehilanganmu lagi."

Taehyung menarik Jungkook lebih erat ke dalam pelukannya, dagunya bertumpu di bahu istrinya. Ia tidak berkata apa-apa, hanya ingin Jungkook merasakan kehadirannya. Setelah beberapa saat, Taehyung berbisik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Bawah Tahta Sang Mafia [TAEKOOK]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang