34

700 81 6
                                    

Setelah sarapan selesai, Gito bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah tas yang semalam ia letakkan di dekat sofa.

Ia mengeluarkan beberapa bungkusan yang rapi, lalu kembali ke meja makan dengan senyum di wajahnya.

"Mi, Pi, ini ada sedikit oleh-oleh buat kalian" kata Gito sambil menyerahkan dua bungkusan kepada Aya dan Putra.

Aya menerima bungkusan itu dengan wajah terkejut.

"Wah, Gito. Harusnya nggak perlu repot-repot bawa oleh-oleh segala, nak." ucapnya sambil tersenyum.

"Nggak apa-apa, Mi. Aku emang sudah niat bawain ini buat kalian. Semoga suka" jawab Gito dengan nada tulus.

Putra membuka sedikit bungkusannya dan mendapati sebuah jam tangan elegan di dalamnya.
"Ini.. Untuk Papi?" tanyanya, tampak kagum.

"Iya, Pi. Aku lihat ini pas lagi jalan-jalan kemarin. Aku pikir cocok buat Papi" jelas Gito sambil tersenyum.

Aya, yang membuka bungkusan miliknya, menemukan syal berbahan lembut dengan warna pastel yang cantik.
"Ini bagus sekali, Git. Terima kasih, nak" ucapnya penuh rasa terharu.

Gito mengangguk pelan, lalu melangkah ke arah Kathrina yang sejak tadi hanya mengamati dari tempatnya duduk.

Ia meletakkan sebuah kotak kecil di depan adik Chika itu.

"Ini untuk kamu, Kath. Aku tau kamu mungkin nggak terlalu suka aku, tapi aku tetap ingin bawain sesuatu buat kamu."

Kathrina tertegun sejenak, memandangi kotak itu dengan tatapan ragu.

Setelah beberapa detik, ia membuka kotak tersebut dan mendapati sebuah gelang perak sederhana dengan liontin kecil berbentuk hati. Meskipun ekspresinya tidak banyak berubah, matanya sedikit melunak.

"Thanks" gumam Kathrina pelan, hampir tak terdengar.

Gito hanya tersenyum kecil, lalu melirik jam tangannya.

"Aku harus pamit sekarang, Mi, Pi. Ci Shani udah nunggu aku di luar" katanya sambil mengambil tasnya.

Aya dan Putra bangkit dari tempat duduk mereka untuk mengantar Gito ke pintu.

Chika juga ikut berdiri, namun Kathrina tetap duduk di tempatnya, tampak memandangi gelang pemberian Gito dengan tatapan sulit diartikan.

Di luar, sebuah mobil sudah terparkir dengan Shani yang duduk di kursi pengemudi.
Begitu melihat Gito keluar, Shani melambai dengan semangat.

"Mami, Papi terima kasih udah izinin aku nginep di sini" kata Gito sambil menyalami Aya dan Putra.

"Kapan-kapan main lagi ke sini, Git" ujar Putra dengan ramah.

"Iya, Pi. Aku pasti main lagi" jawab Gito sebelum melangkah ke arah mobil Shani.

Saat Gito hendak masuk ke mobil, Chika mendekatinya.
"Jangan lupa kabari aku kalau udah sampe rumah, ya" ucapnya lembut.

Gito mengangguk sambil tersenyum. "Pasti. Aku pulang ya, nanti kita main lagi."
Shani mengamati mereka berdua dengan senyum kecil di wajahnya.

Setelah Gito masuk ke mobil, Shani menyalakan mesin dan melambaikan tangan kepada Aya dan Putra.

"Kita pulang sekarang?" tanya Shani, melirik Gito dari sudut matanya.

Gito mengangguk sambil menyandarkan kepala di kursi.
"Iya, Ci. Terima kasih udah mau jemput aku."

"Selalu, buat adik bungsuku" jawab Shani dengan nada ceria sambil membawa mobil menjauh dari rumah Chika..












(Bukan) AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang