38

219 77 11
                                    

Hari sudah sore ketika Gito akhirnya meninggalkan kantornya. Pikirannya masih penuh dengan kebohongan Chika.

Sudah beberapa hari sejak pertemuannya dengan Chika di kafe, dan Gito semakin yakin bahwa ada sesuatu yang disembunyikan gadis itu.

Namun sore itu ia memilih untuk tidak langsung pulang.

Ia mengarahkan mobilnya ke sebuah bengkel yang cukup familiar baginya.

Bengkel Ollan.

Bengkel itu sudah seperti rumah kedua bagi Gito sebelum ia pergi meninggalkan tanah air.

Saat mobilnya berhenti di depan bengkel, beberapa montir yang mengenalnya langsung menoleh.

"Gito?" salah satu dari mereka berseru.

Gito tersenyum kecil, ia membuka bagasi mobilnya dan mengeluarkan beberapa bungkus makanan yang sudah ia beli sebelumnya.

"Hari ini makan enak, nih" kata Gito sambil menyerahkan makanan itu ke mereka.

Sorak-sorai kecil terdengar dari para montir yang langsung menyerbu makanan itu dengan senyum lebar.

Namun di antara keramaian itu, Ollan memperhatikan sesuatu.

Sahabatnya itu terlihat beda.

Bukan dari penampilannya, tapi dari sorot matanya yang tampak kosong.

Ollan menepuk bahu Gito.
"Ayo ke dalem, Git."

Gito mengangguk dan mengikuti Ollan masuk ke ruang kecil di dalam bengkel yang biasa mereka pakai untuk istirahat.

Di dalam, Ollan menuangkan dua gelas kopi instan.

"Lu keliatan beda, Git" kata Ollan akhirnya, duduk di sofa usang yang sudah ada di sana sejak dulu.

Gito mengambil gelasnya, mengaduk kopi itu tanpa benar-benar ingin meminumnya.
"Beda gimana?"

Ollan mendengus pelan.
"Lu nggak perlu pura-pura. Gue tau ada sesuatu yang lagi lu pikirin."

Gito terdiam sejenak. Ia menatap gelas kopinya, seolah mencari jawaban di sana.

Kemudian, dengan suara pelan tapi tetap tenang, ia berkata
"Chika banyak bohong sama gue."

Ollan menatapnya tajam.
"Maksud lu?"

Gito menghela napas panjang sebelum akhirnya menceritakan semuanya.

Tentang bagaimana hubungannya dengan Chika yang semakin renggang.

Tentang bagaimana Chika semakin sulit dihubungi dan selalu punya alasan untuk tidak bertemu.

Tentang malam saat mereka makan malam bersama, dan Chika terlalu sibuk dengan ponselnya, berbohong bahwa ia hanya chatting dengan grup kampus.

Dan tentang bagaimana ia mulai mencurigai bahwa ada pria lain.

Namun Gito tidak menangis.
Ia tetap terlihat tegar di hadapan Ollan, seolah semua ini bukan masalah besar.

Tapi Ollan bisa melihat lebih dalam.
Sahabatnya ini hanya sedang menahan rasa sakit.

Ollan menghela napas, lalu menatap Gito dengan serius.

"Lu mau tau siapa cowok itu?" tanyanya.

Gito tersenyum kecil, tapi ada kegelapan di balik senyum itu.

"Gue udah mulai nyari tau" jawabnya pelan.
"Gue cuma butuh waktu."
Dan Ollan tahu, ini bukan Gito yang dulu.

Ini adalah Gito yang sudah disakiti, tapi tetap memilih untuk berpikir jernih sebelum bertindak.

(Bukan) AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang