30

701 101 8
                                    

Chika mengerjap pelan, menahan kantuk yang mulai menyerang.
Ia memutar tubuh, mendongak sedikit untuk menatap Gito yang masih terlihat segar meskipun jam sudah menunjukkan larut malam.

"Gito, aku ngantuk" gumamnya dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan.

Gito menoleh, melihat Chika yang sudah setengah terpejam di bahunya. Ia tersenyum kecil, lalu mengambil remote dan mematikan film yang sedang diputar.

"Ya udah. Kamu balik ke kamar sekarang, ya?"

Chika langsung bangun dari posisi nyamannya, menatap Gito dengan alis terangkat.

"Aku nggak mau ke kamar. Aku tidur di sini aja" katanya sambil menyandarkan diri lagi ke bahu Gito.

Gito menghela napas pelan, lalu mengangkat dagu Chika dengan jari telunjuknya agar gadis itu menatapnya.

"Chika, di sini nggak nyaman buat tidur. Mendingan kamu ke kamar, ya."

"Tapi aku nggak mau sendirian..." Chika menunduk, suaranya pelan dan penuh rasa manja.

"Aku mau tidur sama kamu di kamar kamu aja" lanjutnya, menatap Gito dengan mata yang nyaris memohon

Gito terdiam sejenak, pikirannya berputar. Ia teringat perkataan ibunya beberapa waktu lalu, yang dengan tegas melarangnya tidur sekamar dengan Chika sebelum mereka menikah.

Itu adalah hal yang ia tahu harus dihormati. Namun melihat Chika yang sudah setengah tertidur dengan wajah manja yang memohon, rasa bimbang itu kembali muncul.

Dia menatap wajah Chika yang begitu rapuh, yang tampaknya membutuhkan kenyamanan lebih dari biasanya.

Akhirnya Gito dan Chika masuk ke kamar, suasana malam yang sunyi hanya diwarnai oleh detak jantung mereka yang semakin cepat.

Keduanya saling menatap, ada keheningan yang menegangkan di antara mereka.

Chika yang masih setengah mengantuk, matanya berkilau namun tampak penuh dengan keinginan.

Sementara Gito, meski hatinya penuh keraguan, tetap tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Chika yang begitu dekat.

Chika sedikit merapatkan tubuhnya, membuat jarak di antara mereka semakin sempit.

Perlahan, ia mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Gito, jemarinya mengelus pipi lelaki itu dengan lembut. Gito menatapnya, nafasnya terasa berat meskipun ia berusaha tenang.

"Chika" bisik Gito pelan, mencoba menahan perasaan yang begitu kuat di dadanya.

Namun kata kata itu terhenti begitu saja saat Chika dengan lembut mengangkat wajahnya, menatap dalam mata Gito.

Tanpa berkata kata lagi, Chika sedikit menarik wajah Gito mendekat, dan bibir mereka akhirnya bersentuhan dengan lembut.

Sentuhan pertama itu begitu halus, seolah dunia berhenti sejenak. Gito terkejut, namun rasa itu begitu mendalam, mengalir begitu alami.

Chika yang merasa Gito tidak mundur, semakin mendekatkan dirinya, membiarkan bibir mereka bersatu lebih dalam, dengan rasa yang semakin intens.
Gito yang awalnya ragu, kini membalas ciuman itu dengan penuh perasaan.

Tangannya merangkul tubuh Chika, menariknya lebih dekat, menghapus segala keraguan yang sempat ada.

Waktu seakan melambat di momen itu, keduanya tenggelam dalam perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata kata.

Ketika akhirnya mereka menarik diri dari ciuman itu, keduanya saling menatap, dengan napas yang masih terengah engah.

"Chika..." suara Gito terdengar lebih lembut kali ini.

(Bukan) AkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang