34

1K 156 0
                                    

Renjun telah selesai mandi dan jauh lebih segar saat ini, walaupun dia harus menggunakan Hoodie jaemin dan juga celana training yang jelas kebesaran di tubuh mungilnya itu. Sebenarnya baju jaemin tidak sebesar itu, hahya saja tubuh renjun yang kekecilan.

"Makasih karena sudah menumpangi aku disini." Ucap renjun.

"Kau bisa kemari kapanpun, lagian itu hal wajar karena aku adalah calon suamimu." Ucap jaemin dan renjun hanya terdiam karena dia melupakan fakta yang satu itu.

"Kau akan kemana?" Ucap jaemin melihat renjun yang sepertinya akan pergi.

*Bekerja."

*Tidak perlu, aku sudah meminta izin pada pemilik rumah sakit itu, kau istirahat saja hari ini."

*Tapi jaemin? Aku tidak enak karena aku juga akan segera cuti setelah menikah denganmu nantinya."

"Tak masalah, lagian pemilik rumah sakit itu sudah mengijinkan." Ucap jaemin lalu diapun berjalan kearah sofa ruang tengah apartemen mewah itu.

"Kau kenal pemilik baru rumah sakit itu jaemin?" Ucao renjun mengikuti jaemin lalu duduk dengan tatapan berbinar nya.

"Hmm." Angguk jaemin.

"Siapa orang baik itu jaemin? Aku sangat penasaran, karena tak ada yang tahu pemilik rumah sakit yang baru, bahkan dia juga mengubah beberapa hal yang membuat para pekerja senang."

"Pemiliknya kau sendiri renjun." Batin jaemin.

"Jaemin kenapa diam saja?" Bingung renjun.

"Tidak ada." Ucap jaemin.

"Ayo beritahu aku siapa pemilik rumah sakit yang baru jaemin."

"Itu—"

Drrtt... Drrtt... Drrtt....

Renjun melihat ponselnya yang tertera nama sang bibi lalu diapun menjauh untuk menerima telpon dari sang bibi yang sangat jarang menghubunginya itu.

"Hallo?"

"...."

"Ada apa bi? Kenapa tumben sekali bibi menghubungiku."

"...."

"Bukankah semuanya sudah cukup bi? Kenapa kau ingin semuanya jadi milikmu?"

"...."

"Baiklah, aku akan bertemu bibi besok sebelum bekerja."

"...."

Renjun terdiam setelah menerima telpon itu, dia benar-benat mengepalkan tangannya. Karena setelah semua yang dimiliki keluarganya diambil oleh bibinya itu, semuanya seakan hilang satu persatu darinya. Bahkan mansion dimana dia memiliki banyak kenangan dengan mendiang orangtuanya juga sudah dijual oleh bibinya tanpa persetujuan renjun yang saat itu baru 17 tahun.

Sementara itu jaemin hanya melihat-lihat film yang bagus untuk ditonton hingga ponselnya berbunyi dan duapun melihat panggilan dari Jay.

"Hallo?"

"Presdir proses pembelian mansion utama keluarga Huang sudah selesai."

"Bagus, saya mau surat itu atas nama calon istri saya dan juga saya mau semua nya dikembalikan seperti sebelumbya. Karena banyaknya kenangan di mansion itu."

"Baik Presdir, saya mengerti. Saya akan melakukannya." Jaemin melihat renjun yang mendekat kembali.

"Baiklah, saya akan melihatnya besok." Lalu jaeminpun mematikan ponselnya. Renjun mendekat dengan wajah biasa saja lalu diapun duduk sembari melihat layar televisi.

"Ingin menonton sesuatu?"

"Aku ingin melihat acara comedy saja." Ucap renjun dan jaeminpun mencari acara comedy yang bagus menurutnya lalu acara itu terputar dan keduanya tak ada percakapan apapun, seakan sibuk dengan pikiran masing-masing.




At. Hospital.

Haechan sampai dan diapun membungkuk pada setiap karyawan yang bertemu dengannya juga tersenyum pada para pasien hingga dia akhirnya menemukan sion dan sungchan yang sepertinya masih pengar sedikit

"Dokter Na?"

"Oh sunbae-nim? Ada apa?"

"Apa melihat dokter huang?"

"Kalau tidak salah dokter huang katanya mengambil cuti hari ini, sepertinya pengar dokter huang lumayan parah." Ucap sion.

"Dokter huang sepertinya memang tidak jago minum, sangat berbahaya jika dia minum sendirian." Ucap sungchan dan Haechan hanya mengangguk tanda mengerti lalu pergi dengan sion dan sungchan yang membungkuk padanya karena biar bagaimanapun Haechan adalah senior mereka.

Di ruangan yeonjun.

Yeonjun duduk di bangkunya dan diapun melihat kearah luar jendela ruangannya itu, lalu diapun melihat ponselnya dimana pesan dari jaemin belum sama sekali dia kembalikan. Dimana disana jaemin mengatakan renjun harus cuti hari ini.

"Hufft. Ntah kenapa rasanya sangat aneh karena melihat kau semakin jauh dalam jangkaunku renjun. Tapi, aku dan jaemin, seperti langit dan bumi, dulu mungkin sainganku hanya Mark Seo, dan aku tak ambil pusing mengenai dia yang seorang pengusaha, tapi melihat kau saat ini sebagai calon istri dari Na Jaemin, membuat aku sadar, kalau aku tak akan bisa melawan seorang na jaemin. Kau memang pantas bersamanya. Semua rasa sakit yang kau pendam selama ini mungkin bisa terobati setelahnya." Monolognya.

Ceklek.

Yeonjun melihat kearah pintu ruangannya yang terbuka dan meliaht beomgyu masuk kedalam ruangan itu dengan wajah kesalnya.

"Kau benar-benar sangat tidak sopan."

"Bukankah itu akan membuatmu benci padaku, dan menghilangkan perasaanmu padaku?" Yeonjun lantas mendekat dan diapun berdiri dihadapan beomgyu.

"Tidak akan Choi Beomgyu. Dan lagi, kau semakin menarik di mataku."

"Wah, kau benar-benar sudah gila. Apa kau tidak takut pada soobin? Kalian sama sekali tidak akur bukan? Tapi itu hal wajar, siapa juga yang mau akur dengan anak selingkuhan." Yeonjun terdiam mendengar perkataan menyakitkan itu.

"Setidaknya walaupun aku anak selingkuhan, aku lebih diinginkan dibandingkan Choi soobin, jadi kau harus berpikir jika berakhir bersamanya, bisa saja dia tak mendapatkan apapun." Ucap yeonjun datar.

"Aku tak pernah berniat bersamanya ataupun kau, karena aku akan pastikan tetap bersama Na Jaemin."

"Lebih baik menyerah atas apa yang tak bisa kau miliki Choi Beomgyu."

"Aku bukan kau yang akan menyerah. Jadi jangan harap aku mencintaimu." Datar beomgyu lalu diapun keluar dari ruangan itu.

"Aku tidak pernah mengharapkan cintamu beomgyu, tapi kau tak akan bisa kembali pada Na Jaemin, karena cintanya sudah habis pada sosok Huang Renjun, yang lebih baik darimu."






























🍁🍁🍁

Jodoh dari Kakek (jaemren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang