xxxɪ. fearness

22 4 0
                                    


𖤛𖤛𖤛

"Ano gimana kabarnya? Aman kan sama Oma-Opa?" Bunda merangkul bahu sempit Ano dengan senyum tipis yang menghiasi paras ayunya.

Bunda baru saja pulang pagi tadi, pukul 3 tepat. Dan Bunda langsung menuju ke ruang rawat Raksa. Pukul 7 pagi, Ano diantar oleh Oma-Opa menuju rumah sakit dan menunggu di luar ruangan. Kini, Bunda dan Ano tengah berada di kantin rumah sakit untuk sarapan.

"Iya! Ano dibeliin lego lagi sama Opa! Kemarin-kemarin Re sama Flo juga main ke rumah Oma-Opa, jadi main bareng deh!" Perangai ceria Ano membuat Bunda tidak bisa menahan kekehan cantiknya.

"Bunda nggak bareng sama Ayah, ya?" tanya Ano mengerjap.

Bunda menggeleng. "Nggak. Kan Bunda sama Ayah kerjanya beda," jawabnya.

Ano mengangguk kecil. "Kemarin Yunda pulang ke rumah, Nda," beritahunya.

"Oh ya? Terus?" tanya Bunda memainkan jemari kecil Ano yang bertengger di atas meja. Sedikit tidak tertarik dengan topik yang dibicarakan oleh Ano.

"Ano kemarin di rumah bareng Mama, terus tahu-tahu Yunda pulang hujan-hujanan. Wajah Yunda ada biru-birunya, ada yang berdarah juga," ungkap Ano membuat gerakan Bunda terhenti sejenak. Mata lelah wanita itu kembali menatap lembut putranya.

"Ano tahu, nggak, sekarang Yunda ada di mana?"

"Tadi jam lima Ano denger suara Yunda sama Bang Haru berisik, kayak berantem, Nda. Habis itu ada suara Mamas juga sama Mama. Ano nggak tahu lagi soalnya Ano lanjut tidur, Bunda," ujar Ano terus terang.

Kenapa lagi? batin Bunda lelah.

"Semalem Yunda sempet bilang ke Ano, Nda," ucap Ano lagi.

"Yunda bilang apa, sayang?"

"Yunda bilang gini ke Ano, maaf semisal nanti Ano harus jadi anak tunggal. Yunda bilang gitu, Nda."

"Anak .... tunggal?" beo Bunda heran.

𖤛𖤛𖤛

Tangan Haru hendak meraih pundak Joe sebelum tangan panjang itu ditepis lebih dulu oleh si pemilik bahu. Soca rubah Joe menyorot tajam penuh kesinisan.

"Luka lo .... nggak apa-apa, Sel?" tanya Haru sedikit sungkan.

"Apa peduli elo?" Joe bertanya balik penuh emosi.

Joe mendengus kasar ketika tidak mendapati sahutan dari Haru. Cepat-cepat ia melangkah lebar meninggalkan Haru yang masih terdiam. Ketika Joe berjalan, dirinya tetap diikuti oleh Haru. Pemuda itu menarik jaket varsity bagian belakang milik Joe.

"Kenapa, Sel? Lo kehilangan keercayaan sama gue?" tanya Haru berpindah ke depan Joe.

Joe merotasikan matanya malas. "Iya. Karena gue tahu kalau kalian semua nggak pernah menerima dia," balasnya.

"Lo salah paham—"

"—Gue nggak salah paham karena itu faktanya, Ru!" Sebelum Haru selesai berbicara, Joe memotongnya keras. Joe menarik rambut kasar setelahnya.

"Kalian tetep manusia yang nggak bisa nerima keburukan manusia lainnya," pungkas Joe melempar gulungan kertas ke Haru sebelum akhirnya menabrak bahunya dan berlalu melewati tubuh tinggi Haru.

Melihat kepergian Joe, badan Haru tergerak untuk memungut gulungan kertas yang berada di dekat sepatunya.

4830727290120485411454114606541501086

Ruang Kosong [Choi Hyunsuk x Kawai Ruka]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang