Jeriko menatap bangunan dihadapannya dalam diam. Wajahnya begitu datar tanpa ekspresi. Dengan memaksakan kakinya, ia melangkah memasuki kantor polisi dan meminta bertemu dengan Ibunya. Tentu saja Jeriko bisa melakukannya dengan waktu yang lama mengingat kekuasaan keluarganya yang tidak main-main.
"Silahkan Tuan, lewat sini"
Jeriko mengikuti petugas kepolisian masuk ke sebuah ruangan sempit, ia lalu duduk disalah satu kursi besi yang keras. Tangannya mengepal disaku celananya untuk meminimalisir kegugupannya. Tidak lama kemudian Jeriko bisa melihat Mamanya datang diantar oleh seorang petugas kepolisian.
Jeriko meneliti penampilan Mamanya. Baju mewahnya telah tergantikan dengan baju oren tahanan. Rambutnya yang dulu halus berkilau sekarang terlihat sedikit acak-acakan dan kusut. Kulitnya pucat dan tampak kusam dengan mata hitam cekung. Jeriko nyaris tidak mengenali Clara, kerena penampilannya jauh berbeda dari biasanya. Ternyata benar, saat stress dan kecanduan obat-obatan terlarang dapat merubah penampilan fisik seseorang.
Clara menarik senyum di bibir pucatnya saat melihat Jeriko datang. Ia tahu pasti anaknya akan melakukan sesuatu untuk membebaskannya.
"Kamu datang sayang? Syukurlah Mama senang. Papamu benar-benar keterlaluan telah melakukan ini semua pada Mama"
"Kenapa Mama melakukan ini?" Tanya Jeriko.
"Melakukan apa sayang? Mama hanya melalukan hal yang seharusnya Mama lakukan. Pelacur itu harusnya tau dimana tempatnya"
Jeriko tersentak mendengar perkataan kasar Mamanya. Hatinya kembali sakit. Ia menatap Clara dengan tatapan kecewa. Clara bahkan sampai mengatakan hal yang tidak pantas untuk Tyana.
"Ma, apa Mama sadar apa yang telah Mama lakukan pada Bibi Tyana itu salah? Tidakkah Mama ingat apa yang telah kita lakukan dimasa lalu padanya? Bibi Tyana adalah seorang wanita yang baik. Kenapa Mama tega? Kenapa Mama berubah? Kenapa Mama melakukan ini?" Tanya Jeriko dengan nafas memburu.
Ia tidak mengerti kenapa Mamanya menjadi seperti ini. Dia seperti bukan Mama yang selama ini Jeriko kenal.
"Salah? Tega? Bibi Tyana? Wanita baik?" Beo Clara.
"Apa yang kamu katakan?! Sejak kapan kamu memanggilnya Bibi?! Hahaha" Clara tertawa mengejek.
"Aku tidak bersalah! Perempuan itu telah menghancurkan segalanya! Dia merebut Jayden dariku! Kedudukanku sebagai Nyonya Mahardika! Jayden bahkan menjadikan anak mengerikan itu sebagai pewarisnya yang seharusnya itu menjadi milikmu!"
"Ma! Apakah hanya karena itu Mama menjadi seperti ini? Mark berhak mendapatkannya, dia berhak menjadi pewaris Papa. Dia.. Dia anak pertama Papa dan Kakakku. Aku sudah menyetujuinya Ma" Kata Jeriko dengan mata berkaca-kaca.
"APA MAKSUDMU?!" Clara berteriak marah. Matanya menyala dengan kobaran api kemarahan.
"Katakan padaku! Apakah pelacur itu sudah mencuci otakmu?! Mati! Dia harus mati!"
"Mama hentikan!"
"Tutup mulutmu! Harusnya kamu membantuku menghancurkan mereka! Sialan! Brengsek! Tyana aku akan melenyapkanmu! Kau harus membantuku Jeriko!"
"Ma!" Kata Jeriko putus asa.
"Hentikan semua ini! Sudah cukup Mama melakukan kesalahan"
"Kesalahan?! Kesalahanku hanya satu! Aku membiarkan Tyana hidup! Kesalahanku hanya kurang mendidikmu!"
Clara kehilangan kendali, ia berdiri dan berjalan ke tempat Jeriko duduk. Tangannya yang terborgol ia pakai untuk menarik rambut Jeriko dan sesekali memukul Jeriko dengan kuat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Love, Mark's Side [Markhyuck]
FanficMark loves his mother so much. Mark kecil hanya hidup dengan ibunya yang begitu mencintainya tanpa benar-benar mengenal sosok sang ayah. Mark dan segala sifat dinginnya bertemu dengan Clarissa yang berusaha mencairkannya. Markhyuck Gs Mature! #...