22. Red Rose

168 38 10
                                    

Keesokan harinya, semuanya tampak berjalan baik di kediaman Haruno. Meskipun Sakura masih harus dibantu dalam melakukan banyak hal, beruntung ia memiliki Hana dan juga ibunya yang setia menemani di saat seperti ini. Mebuki baru saja selesai memandikan putri semata wayangnya yang kini sudah tampak cantik dengan baju terusan berwarna putih.

Sakura duduk manis di ranjang saat sang ibu menyisir rambutnya, hingga tiba-tiba Hana yang baru saja keluar dari kamar kembali muncul dan memberitahu sesuatu. "Nona, tuan Gaara datang berkunjung."

Mendengar hal itu, Sakura pun tersenyum "Baiklah, tolong suruh dia masuk."

"Ibu pergi dulu ya." Mebuki memberi ruang privasi untuk putrinya.

Tak lama kemudian, Gaara pun muncul dan masuk ke dalam kamar. Pria itu membawa sekuntum bunga mawar merah di tangannya, sejenak ia memberi salam dan berbasa basi sejenak dengan Mebuki.

Setelah Mebuki pergi, ia menghampiri Sakura dan duduk di tepi ranjang. Dengan gerakan tiba-tiba ia memeluk tubuh gadis itu.

"Syukurlah, kau sudah membaik."

Sakura melepas pelukan itu dengan perlahan, kemudian menatap Gaara dengan wajah kesal hang dibuat-buat. "Kemana kau seharian kemarin? Sama sekali tidak ada kabar?"

"Maaf, kemarin aku sedang kurang stabil. Ada beberapa hal yang membuatku sedikit kehilangan akal sehat." Jawab Gaara.

Sakura mengernyitkan dahinya, "Apa ada masalah?"

Gaara tersenyum tipis, "Ada sesuatu yang menggangguku, kemarin saat pagi aku berniat ingin menjengukmu sebelum mulai bekerja. Namun saat membuka pintu kamar, aku melihatmu sedang berciuman dengan Sasuke."

DEG!

Seakan tersambar petir di siang bolong, kalimat Gaara barusan membuat Sakura mematung seketika. Bukan hanya karena penyampaian Gaara yang sulit dimengerti, pria itu sama sekali tak menunjukkan bentuk emosi apapun saat mengatakannya. Namun justru Sakuralah yang merasakan sesak menjalar di sekitar dadanya, seolah ia baru saja terbukti melakukan sebuah dosa besar yang tak bisa diampuni lagi.

"A-aku.."

"Aku hanya ingin bertanya, apa Sasuke memaksamu saat itu?" Tanya Gaara.

Sakura masih terdiam membisu, bibirnya tak mampu bergerak sedikitpun. Terlebih ia tidak tahu jawaban apa yang harus ia berikan pada Gaara yang ternyata telah memergoki perbuatannya.

"Kau tidak bisa menjawabnya?" Tanya Gaara. Nada bicara pria itu sangat santai, namun sorot matanya begitu tegas menuntut jawaban dari Sakura.

Merasa tak punya pilihan selain mengakui kesalahannya, Sakura hanya bisa menunduk dan berkata, "Tidak, Sasuke tidak pernah memaksaku."

Gaara pun menangkap arti ucapan Sakura tersebut, "Begitu, itu artinya kau melakukannya dengan sukarela. Dan tebakanku, itu bukan pertama kali kalian melakukannya?"

Seketika air mata Sakura menetes di pipinya, "Gaara-kun, kumohon maafkan aku.."

"Apa kau pernah melakukan lebih dari itu dengan Sasuke?" Gaara langsung melontarkan pertanyaan lain pada gadis itu.

Sakura hanya menggeleng lemah, ia masih menunduk sama sekali tak memiliki keberanian menatap kekasihnya.

"Sekarang jawab aku, atas dasar apa kau berciuman dengannya?"

"Sudah cukup!!! Kumohon Gaara-kun, hentikan! Sudah cukup!!" Sakura berteriak histeris sambil menangis, kedua tangannya mulai gemetar dan hilang kendali.

Gaara yang melihat reaksi Sakura pun cukup terkejut, namun ia malah berdiri dan memberi jarak dengan gadis itu. "Sebaiknya aku pergi dari sini agar kau bisa lebih tenang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: a day ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Missing PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang