Prolog

1.9K 45 5
                                    

Semua terasa masuk akal. Dengan segera, ia pergi ke tempat di mana ia harusnya menuntaskan semua ini. Ia akan mengikuti apa kata hatinya dan tidak memedulikan apapun resikonya. Ini hidupnya.

Keadaan sama. Ia melihat malaikatnya berdiri di teras depan, membiarkan dirinya basah serta menggigil kedinginan di bawah langit yang menjatuhkan airnya. Aska tidak cukup waktu untuk berpikir macam-macam. Ia sadar, jika malaikatnya, juga telah mengetahui hal itu bersamaan dengan dirinya.

Cinta. Ia telah menghafal nama itu baik-baik dalam ingatannya. Ia menengadahkan kepalanya, menerima air hujan yang menjadi keras dan menusuk pori-pori kulitnya, terhempas mengikuti angin.

Kenangan tak pernah mati. Itu yang ia rasakan kini. Pandangannya jatuh pada sosok yang baru saja ia ingat beberapa menit sebelumnya. Rajendra Ardhan Askara. Tenggorokkannya tercekat. Betapa ia sangat merindukan sosok itu, sebagai dirinya sendiri, sebagai Cinta.

Mata Aska memerah, sama memerahnya dengan mata Cinta. Siapa yang akan tahu kalau mereka menangis? Air hujan, menyamarkan air mata. Setidaknya, itu salah satu fungsi alternatif lain dari hujan.

Kemudian mereka bertukar pandang, dan merasakan kembali gelenyar aneh yang sempat mereka rasakan beberapa tahun silam.[]

=WITH(OUT) YOU=

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang