Chapter 39-Fakta Gadis Pelayan

238 11 2
                                    

"Berikan aku pakaianku! Kacamataku juga!"

Ar membelalak. "Apa yang akan kau lakukan?"

"Kabur," katanya sembari melepaskan jas dan dasinya.

Ar kemudian mengambil kaos Rip Curl milik Aska, menyerahkannya pada orang yang memerlukan. Ia dengan cekatan memakai kaosnya, kemudian celana jeansnya. Terakhir, ia mengacak-acak rambut yang tadinya tersisir rapi itu, mengesankan tampilan badboy. Kemudian, Aska memakai kacamata TAGHeur-nya. Menawan.

Ia dengan gagah keluar dari ruangannya, dan berjalan menuju ruangan di sebelahnya. Ia membuka pintu ruangan itu dan masuk begitu saja tanpa mengetuknya. Hei, ini kantornya!

"Tn. Aska?"

Aska memutar bola matanya. Memang, Rangga bersikeras untuk memanggil Aska dengan sebutan itu, karena ia tak enak dengan gosip yang beredar di kantor. Tentang Rangga yang tidak menghormati atasannya, dan tentang Aska yang tidak keras pada Rangga hanya karena mereka adalah saudara.

"Sudahlah, tidak ada siapa-siapa di sini, kecuali jika kau memperhitungkan makhluk di ujung sana,"

Rangga menoleh ke arah sosok yang ada di belakang Aska. "Hai," sapa Ar.

Rangga berdeham. "Ada apa?"

"Aku mau pergi. Kau kerjakan semua bagianku, tanyakan saja pada Ae apa-apa saja. Oh, dan jangan menyentuh dokumen tentang perdivisian pekerja baru. Paham?"

Rangga mengangguk patuh. "Memangnya kau mau kemana?" tanyanya menatap Aska dengan pandangan menilai.

"Mencari Catherine-nya," ledek Ar dengan wajah bodohnya.

"Catherine?" tanya Rangga menginginkan penjelasan lebih.

Aska menggeram. "Apa kau sedang membicarakan Wuthering Heights, Mr. Pramudana?"

Rangga tertawa mendengar geraman saudaranya. Hingga Ar menyahuti perkataan Aska, dan Aska menimpali—dan mereka bertengkar.

***

"Apa kau yakin akan keluar sekarang juga?" Ar mengernyit heran melihat segerombolan wartawan yang berdesakkan di luar sana.

Apa yang wartawan itu cari? Dirinya bahkan bukan aktor ataupun putra perdana menteri. Dirinya hanya pendatang di Amerika dan mendirikan berbagai perusahaan saja di negara ini. Itupun tak banyak, hanya di wilayah New York, Washington, Huntington, dan di Manhattan. Dan mengapa dirinya hingga dielu-elukan begini?

"Ini dia Tuan Aska!"

Blitz-blitz kamera mengarah pada Aska dan juga Ar yang berada di sebelah Aska. Pertanyaan beruntun mulai terdengar dan Aska memutar bola matanya di balik kacamatanya itu.

"Kami dengar jika kau sedang dekat dengan karyawan barumu?"

"Saat kau ke Jakarta, kami melihatmu bersama seorang gadis. Siapa dia?"

"Apakah dia calon isterimu sejak enam tahun lalu?"

"Bagaimana pendapat Nona Suzuko ketika mendengar Anda sedang dekat dengan gadis lain?"

"Tolong konfirmasikan dengan siapa Anda dekat saat ini. Nona Suzu, sekretaris Anda, atau Nona itu?"

Aska mengangkat tangannya tanda semua orang harus diam. Dengan pelan, ia menghembuskan nafasnya. "Saya sedang dekat dengan gadis itu."

Setelah mengatakannya, Aska langsung saja berjalan menuju Lamborgini-nya. Taylor membukakan pintu dan mempersilahkan Aska masuk. Kemudian ia dengan cepat memutari mobil itu dan membuka pintu kemudi. Menyalakan mesin, mobil itu melaju membelah jalan Fifth Avenue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 30, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang