Chapter 28- Sangat lambat

345 24 6
                                    

Rangga berjalan mondar-mandir di kamarnya. Ia tak tahu bagaimana caranya memecahkan kasus penggelapan dana perusahaan itu. Apa ia harus menghubungi ayahnya? Tidak. Atau ia harus ke kamar Aska dan menanyakannya? Hm, tidak juga.

Bastian.

Ya, Rangga harus bertanya dengan Ar, bukankah ia ditugaskan membantu Rangga, walau hanya sedikit? Tak apa, asalkan ada yang memberinya gambaran tentang kasus itu.

***

Ar mengetuk-ngetukkan jarinya di meja kerjanya. Rasanya, berjelajah ke masa lalu itu menarik baginya. Dimana, ia bertemu dengan seorang gadis yang tak lain adalah adik dari sahabatnya.

"Cinta, ini Ar, sahabat Kakak." ucap Asha memperkenalkan.

Cinta melirik sekilas ke arah Ar. "Hi, aku Cinta," ujarnya.

Ar hanya tersenyum mendengarnya, tanpa niat mengucapkan namanya juga. Hanya senyum. Entah senyum apa, yang jelas dirinya sudah terpesona oleh Cinta.

Ar merasakan kepalanya di toyor. "Pikiranmu! Dia masih kecil, elah!" gerutu Asha yang seakan tahu apa yang dipikirkan Ar.

Ar hanya mengelus pelipisnya. "Aku tunggu dia beberapa tahun lagi," gumamnya.

Asha hanya terkikik geli.

Persahabatan tidak akan pernah putus walau dibangun dengan seutas benang sekalipun.

Yup, dua bulan kemudian, setelah kelulusan SMA, Ar meninggalkan Indonesia dan melanjutkan kuliah di New York. Asha saat itu sangat sedih, karna hanya Ar teman yang ia punya.

Tapi siapa sangka? Setahun kemudian, Ar datang. Datang di saat yang tidak tepat. Datang karena panggilan Hazel yang memerintahkannya untuk berkonspirasi dalam kasus Aska dan Cinta.

Ar tentu terkejut mendengar nama itu, apalagi jika Cinta benar-benar Cinta yang ia cintai. Bagaimana bisa?

Ar mendapat tawaran, jika ia mampu membawa obat penawar itu, dan menyembuhkan Cinta, maka Ar akan dinikahkan dengan Cinta. Ar tidak bodoh, karena konspirasi ini bertujuan menikahkan Rangga dengan Cinta. Ar tidak bisa menolak karena ini menyangkut kawannya juga, Aska.

Asha, sahabatnya, Aska, tuannya, Cinta, gadis yang dicintainya, dan Rangga, awal mula konspirasi ini.

Semua saling terikat. Mampu tidaknya Ar, ditentukan oleh takdir. Nyatanya, Ar dikalahkan oleh takdir.

Ai dan Ae yang lebih dulu menyusun rencana agar Cinta tetap bersatu dengan Aska. Walau memakan waktu yang sangat lama. Dan sebuah pengorbanan lagi.

Dimana Ae tanpa jeda, tanpa angin, tanpa tahu, jatuh cinta pada Aska. Telah ia kubur, namun apa yang terjadi? Selalu bangkit, bagaikan zombie.

Ia tahu, cintanya pada Aska, tidak seperti cinta Aska pada Cinta, yang seperti kuku. Tidak peduli seberapa seringnya dipotong, tetap akan tumbuh.

***

Ar membuka pintu penthouse'nya ketika mendengar bunyi bel yang menggema. Hari ini ia sangat lelah, jadi ia tidak pergi ke kantor.

Ar sedikit terkejut mendapati Rangga berada di depan penthouse' nya. "Ada apa, Tuan?"

Rangga menjadi sedikit risih. "Tak perlu memanggil tuan. Posisi kita sama, bahkan kau wakil pertamanya."

Ar tersenyum lalu mengangguk. "Aku hanya bertanya tentang kasus penggelapan dana perusahaan dua bulan lalu," ujar Rangga.

Ar mengangguk dan mempersilahkan Rangga masuk untuk membicarakan kasus itu.

***

Selesai membicarakan masalah itu, Ar dan Rangga berbasa-basi memulai percakapan.

"Bagaimana rasanya tinggal di New York?" tanya Ar.

Rangga menggeleng. "Sangat dingin," sahutnya. "Tapi di dalam rumah, sangat hangat," tambah Rangga.

Rangga tentu saja tinggal dengan Aska. Begitu juga dengan Aska yang tak mungkin membiarkan saudaranya menempati sebuah penthouse, apartement, atau membeli rumah.

Ar tertawa kecil. "Apa Aska sering mengajakmu berbicara? Ia bukan tipikal orang yang banyak bicara," ujar Ar di sela tawanya.

Rangga menggeleng. "Dia jarang berbicara padaku. Sebaliknya, dia lebih sering berbicara dengan dua ekor kura-kura yang ada di meja ruang tamu."

Ar mengangguk. "El juga berkata seperti itu, memangnya Aska berbicara apa pada kura-kura itu?"

Rangga menggeleng kembali. "Entahlah, ia hanya bergumam pada kura-kura itu. Dan sejak kapan Aska suka dengan binatang?"

Ar menjawab. "Dua ekor kura-kura itu adalah pemberian,"

"Dari siapa?"

"Seorang gadis, namanya Sheen,"

Rangga menerawang. "Kekasihnya kah?" tanyanya.

Ar menggeleng. "Tidak mudah bagi Aska untuk melupakan gadis itu, dan kau tahu itu,"

Ar benar, tidak semudah itu memang, batin Rangga getir.

"Tapi hidup harus tetap berjalan," gumam Rangga.

***

"Hei, apa kau berharap kura-kura yang comel itu menjawab semua yang kau katakan?" ledek Raffael.

Aska melempar bantal sofa ke arah El. "Diam kau, kau tidak tahu makna kura-kura ini,"

El mendekati Aska dan duduk di sofa juga seraya menatap kura-kura itu. "Mengapa tidak?"

Aska menoleh. "Memangnya kau tahu?"

El mengangguk. "Proses? Tentang kerja keras mencapai suatu tujuan dan sebuah cinta yang tumbuh melalui proses?"

Aska mendelik ke arah El. "Bag... bagaimana kau bisa... tahu?"

El menghembuskan nafasnya kasar. "Satu hati hanya bisa ditempati oleh satu cinta sejati. Begitu kata Sheen," ujarnya lagi.

Aska menganga. "Jangan berpikir jika Sheen yang memberitahuku. Jangan berpikir jika aku bisa membaca pikiranmu, dan jangan berpikir yang aneh-aneh," ledek El.

Aska menatap El. "Lalu darimana kau tahu semua itu, hm?" desaknya.

El menggebrak meja pelan dan menunjukkan ekspresi kesal di buat-buat. "Kau menggumamkan kata-kata itu tiap malam di depan aquarium ini. Di depan kura-kura ini. Di depanku. Tiap malam, Kampret!" kesal El.

Aska hanya menyengir dan kembali menatap kura-kura itu.

Sheen, aku akan mencoba. Mencoba mencintaimu. Dengan cara yang berbeda ketika aku mencintai Cinta, batin Aska.[]

=WITH(OUT) YOU=

Yolo! :v

Gimana? :v kurang kah? Tunggu chapter selanjutnya kawan-kawan Alders :v

Mulmed: Cinta dan Aska, ketika Aska nemuin Cinta di rumahnya. Chapter 25 keknya :v waktu Aska bilang namanya Cinta bagus itu lho, yang Riham artinya hujan gerimis, inget?

Alders itu bukan singkatan dari Ayu Leonita Dewi Lovers :v tapi Ayu Leonita Dewi Readers :v salam Alders :v

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang