Chapter 8- Akselerasi

450 30 5
                                    

Aku jadiannnnnnnnnnn!

Wkwkwk, biarlah tak romantis. Yang penting, Kak Aska udah jadi milikku.

He's mine, touch him? I'll kill you!

Wuh! Tapi, aku masih ingin di tembak dengan cara yang romantis, di depan orang ramai, di saksikan oleh kedua orang tua, walaupun cuma ditembak.

Tapi aku sadar, Kak Aska bukan tipikal orang yang seperti itu.

Tok tok tok

Aku beranjak dari tempat tidurku dan mengendap-ngendap untuk membuka pintu.

"Kamu ngapain?" tanya Kak Aska.

Aku menghela nafas lega. "Huh, Cinta kira ada maling."

Pletak!

"Ish, Kakak suka banget, sih, jitak jidat Cinta." keluhku.

Kak Aska berkacak pinggang. "Lagian kamu, ya, mana ada di apartemen ada maling."

Aku ikut berkacak pinggang. "Bisa aja!"

"Terserah!"

Kan, apa yang aku bilang? Kalau gini mah, aku nyesel pacaran sama dia. Pasrah melulu dianya, kapan bertengkarnya kalau gini/?

"Kamu kagak niat buatin aku minum, gitu?"

"Ogah!"

Aku lalu berjalan menuju ruang tamu dan duduk di sofa, aku mengambil origami dan melipatnya menjadi bentuk merak. Rumit, sedikit.

"Belajar sana."

"Kan tadi udah belajar, masa di suruh belajar lagi."

"Aku ingin kamu ikut kelas akselerasi."

"Maksud Kakak, aku langsung kelas 12 gitu?" tanyaku memastikan.

"Iya."

"Aku ngga bisa. Aku lemah Matematika. Aku juga tidak bisa Kimia, apalagi Fisika." tuturku.

"Tapi kamu bisa Biologi, Bahasa Inggris dan Sejarah. Bukankah begitu? Ikut saja, tak dapat juga tak apa."

Aku mengerutkan kening. "Tapi untuk apa?"

Kak Aska menggenggam jemariku. "Aku ingin kita tamat bersama-sama. Dengan begitu, kita bisa kuliah di Universitas yang sama."

***[]

"Ibu ingatkan sekali lagi, yang mengikuti kelas akselerasi untuk kelas X, sejumlah 231 siswa. Dan kami ingatkan lagi, jika yang lolos hanya 25 siswa saja. Jadi belajar sebaik-baiknya. Terima kasih."

Aku menghela nafas gusar. Waktu ini, jumlah murid yang ikut itu genap 230, tapi aku, atas permintaan Kak Aska, ikut kelas akselerasi dan berada di urutan terakhir.

Dari 231 ke 25 siswa?

Tapi untungnya, dari hari ke hari, banyak siswa yang mengundurkan diri. Sekarang, siswa yang mengikuti kelas aksel hanya 147. Dan terus berkurang.

"Ibu ingatkan sekali lagi, jika ada yang ingin mundur, silahkan pikirkan baik-baik. Sekarang terakhir."

Dari 231 ke 147. Dari 147 ke 102. Dari 102 merosot menjadi 74 siswa.

Dan akhirnya, sainganku adalah 73 siswa. Kak Aska juga berjanji akan membantuku belajar.

***[]

"Ini rangkuman untukmu, dibaca dan dipahami, jangan dihafal isinya."

Aku mengangguk mendengar ucapan Kak Aska. Ia selalu memberikanku kertas print'an yang sudah terukir tulisan-tulisan ilmiah. Entah darimana ia mendapatkannya.

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang