Chapter 37-Sedikit Celah

334 19 1
                                    

"Kau rupanya," Ar menggerutu setelah ia membukakan pintu untuk Aska.

Aska mengerjapkan matanya, ia mengikuti langkah Ar yang tak beraturan menuju ruang tamu. "Aku tak tahu jika kau di rumahku." katanya.

Ar menguap dengan mata setengah terpejamnya. "Rangga tidak ingin rumah ini sepi,"

"Tapi ada El." bantah Aska.

Ar yang sudah sangat mengantuk, menidurkan dirinya di sofa. "Akhir-akhir ini El sering melamun," katanya lalu menguap lagi.

Aska mengangguk paham. "Oh, ya. Masalah data itu,"

Ar mengerang mendengar Aska yang masih berusaha mengajaknya mengobrol selarut ini. "Apalagi? Data apa?"

"Tentang Sheen," ujarnya pendek.

Ar mengusap wajahnya frustasi, ia kemudian mengganti posisi tidurnya menjadi duduk. "Aku mengerahkan beberapa agen mata-mata di sekitar rumah Ae."

"Oh, bagus. Kau ingin memintai bangunan itu keterangan?"

Ar menepuk jidatnya. "Bukan rumahnya. Maksudku, aku tak sengaja mengunjungi rumah Ae saat ia masih bekerja. Tak sengaja, aku melihat seorang gadis yang lebih tua dari Sheen maupun Ae. Dis cantik..." Ar menerawang.

Giliran Aska yang menepuk jidatnya. "Fokus!"

Ar tersentak. "Ah, iya. Nah, Ae pernah berkata jika ia hanya tinggal berdua dengan Sheen. Pertanyaannya, siapakah gadis yang kulihat itu?"

Aska manggut-manggut mengerti. "Aku juga melihatnya sekali itu saja. Saat besoknya aku mencoba memata-matai, gadis itu tak terlihat lagi. Besok, besok, dan besoknya lagi. Ia seperti hilang, seperti tahu kalau aku sudah menemukannya." kata Ar dengan raut wajah bingung.

"Berapa hari mata-matamu mengintai rumah itu?"

"Baru dua hari yang lalu. Aku tak bisa setiap hari mengintai rumah Ae yang auranya sangat sangat sangat mistis. Aku bahkan tidak pernah akan tahu kapan saatnya aku berbuat salah pada Ae dan dia akan menyihirku menjadi binatang menjijikkan,"

"Apa maksudmu?"

"Ah iya. Berdasarkan apa yang telah aku temukan, Ae adalah gadis indigo."

"Tau darimana kau?" Aska mengangkat alisnya. Walau ia juga dapat menebak sejak pertama kali bertemu dengan Ae, jika ada yang lain dari gadis itu.

"Dia yang mengatakannya padaku," sahutnya pendek. Ia mengambil remote tv dan menyalakannya.

"Kenapa dia memberitahumu?"

"Karna aku memaksanya setelah aku memperlihatkannya CCTV,"

Aska memutar bola matanya. "Aku butuh penjelasan yang panjang, Bastian!"

Ar menoleh. "Hei, sejak kapan kau memanggilku Bastian, Rajendra?"

"Kau lucu," Aska menggerutu.

Ar menggedikkan bahunya. Menyomot biskuit, lalu kembali menatap layar tv. "Aku mengamatinya lewat CCTV di ruangannya. Aku sering melihatnya menggerutu sendirian. Tertawa, menoleh ke arah sebelahnya, atau menggerakkan tangan seolah-olah ia sedang mengusir seseorang,"

Ia menyomot satu biskuit lagi. "Lalu aku bawa rekaman CCTV itu kepada Madam McHorcety-"

"Tunggu, tunggu," Aska mencela. "Madam McHorcety? Kau ke cenayang?"

Ar mengangguk santai. "Untuk apa?" tanya Aska tak sabaran.

"Menanyakan rekaman CCTV itu,"

"Apa katanya?"

With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang