Chapter 19- Hujan Gerimis

321 25 11
                                    

Detik menjadi menit, dan menit menjadi jam. Ketika jam menjadi hari demi hari, menuai kesedihan terdalam bagi Axe dan keluarganya.

Ar bertekad akan memberikan obat penawar untuk Asha, yang tak lain tak bukan adalah sahabat baiknya.

Asha terkejut mendapati Ar sahabatnya berada di Rumah Sakit.

"Ian?" terkanya.

"Aakesh, aku turut sedih atas kejadian yang menimpamu dan keluargamu." tutur Ar tulus.

Semua orang memanggil Bastian sebagai Ar, hanya Asha yang memanggil Bastian dengan sebutan Ian.

"Ini sudah kehendak yang di atas," lirihnya.

Ar semakin tak nyaman, apa ia harus memberikannya sekarang?

"Aakesh, aku--"

Ucapan Ar terpotong dengan ucapan dokter-dokter yang keluar dari dalam kamar rawat Cinta.

Dokter itu menggeleng tanpa mengatakan apapun.

Asha berlari menuju ruang inap adiknya. Tubuhnya luruh ke lantai saat melihat adiknya dari luar pintu.

Ar mematung di tempatnya berdiri. Ia menatap nanar obat penawar yang sekecil ibu jari itu. Spontan, obat itu jatuh dari tangan Ar. Ia tak percaya bahwa dirinya terlambat.

Nonanya telah pergi.

Apa yang harus ia katakan pada Tuannya?

***[]

"Dia telah pergi dengan tenang. Tuan Axe membiarkannya pergi, merelakannya pergi dengan mencabut semua alat bantu medis. Aku tak tahu persis waktunya, tapi pemakaman di lakukan hari ini juga."

Aska tak bergeming. Ar takut ada apa-apa dengan Tuannya, ia mencoba memanggil Tuannya itu.

"As? Aska?"

Aska tetap diam. Pandangannya kosong ke bawah.

Aska beranjak dan menuju laci di samping tempat tidurnya. Ia mengambil sebuah kertas berukuran A4 dan sebuah pulpen. Ia mulai menulis dengan air mata menyempurnakan tulisannya.

Ar tak berani mencoba untuk melihat sedikit saja tulisan panjang itu. Ar hanya menunduk.

"Tolong... tolong berikan surat ini padanya. Agar ia bisa membacanya di sana. Katakan juga jika aku merindukannya, aku juga mencintainya, tolong sampaikan," lirih Aska seraya menyerahkan sebuah surat dengan kain sebagai pembungkusnya. Kain berwarna merah muda.

Ar mengangguk seraya mengambil surat dari Aska.

Jika kau adalah alasanku tetap hidup, maka aku akan tetap hidup. Jika takdir memang memaksamu untuk meninggalkanku, maka aku hanya bisa mencintaimu hingga akhirnya takdir juga yang akan menyatukan kita di alam yang sama, batin Aska lirih.

***[]

Ar berjalan lunglai ke pemakaman umum. Ia menuju salah satu makam dengan tanah yang masih baru juga bunga-bunga yang masih segar di atasnya. Ar berjongkok dan menyentuh nama pemilik kuburan itu.

Ar lalu menggali sedikit kuburan itu dengan tangannya, lalu menyelipkan surat itu dan menguburnya kembali.

Maafkan aku, maaf untuk semuanya, segalanya, batin Ar.

***[]

"Persiapkan segalanya untuk keberangkatan Tuan Muda! Cepat!" teriak Hazel pada para pelayannya.

Rangga masih syok dengan semuanya. Ia tak percaya dengan semua fakta yang ada.

Aku tak tahu harus bagaimana, batin Rangga. Kita akan bertemu di kehidupan selanjutnya, dan akan aku pastikan jika kau milikku, bukan miliknya lagi, batinnya kembali.

Aska diam mematung sejak kemarin saat diberitakannya kekasih yang ia cintai pergi meninggalkan dunia yang fana ini. Dan sekarang, ia akan pergi meninggalkan negaranya dan menuju New York kembali.

"Aska, apa kau sudah siap?" tanya Hazel seraya berjalan masuk ke dalam kamar Aska.

Aska diam merasa malas dengan pertanyaan ibunya. Ia tak suka ditanya sekarang. Kecuali jika berbicara dengan Ar atau El, barulah ia akan merespon. Itupun merespon singkat, sesingkat singkatnya.

Hazel menghela nafas.

"Bastian, Raffael, kalian ajak Aska ke bawah. Pesawat kalian sebentar lagi take off."

Ar dan El saling menatap sejenak lalu mengangguk paham. Hazel meninggalkan kamar Aska.

Ar menyentuh pundak Aska yang membuatnya mendongak. Ar mengangguk memberi isyarat pada Aska. Aska akhirnya beranjak dan sempat melihat kembali seisi kamarnya.

Rangga melihat kepergian Aska melalui jendela kamarnya yang berada di lantai atas. Apa aku terlalu kejam selama ini dengannya, batin Rangga.

Rangga lalu menutup gordyen dan merenung. Ia memang benar-benar sudah jahat pada saudaranya itu.

Aska menghentikan aksinya membuka pintu mobil bagian belakang. Ia tertegun. Aska lalu membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah balkon atas, tepatnya di kamar Rangga.

Apa ini yang kau inginkan? Aku tak bisa bersama kekasihku dan aku akan tinggal di negara itu lagi. Apa ini yang kau inginkan? batin Aska lirih.

Maafkan aku, batin Rangga seperti menjawab semua yang Aska pikirkan tentangnya.

***[]

Ai berjalan menuju makam Cinta. Ia membawa seikat bunga Lavender Biru. Bunga kesukaan Cinta.

Pergilah, tinggalkan semuanya, semua yang pernah kau kenang di dunia ini, batin Ai.

Ai melihat ada semacam galian kecil di kuburan Cinta. Ia lalu menggali kembali bekas galian itu. Ai mengkerutkan keningnya ketika mendapati ada sebuah kain berwarna merah muda.

Tidak, ini bukan kain. Ini semacam pembungkus kertas. Ini sebuah surat, batinnya.

Ai lalu menyimpan surat itu dan beranjak pergi dari makam Cinta.

***[]

Kau memutuskan untuk pergi? Dan aku dipaksa untuk pergi. Cinta, bagaimana kabarmu di sana? Apakah kamu senang sekarang? Apakah kamu senang meninggalkan ayah, ibumu, kakakmu, dan, dan, dan juga aku? Apakah kamu senang?

Aku tahu, aku mengerti, jika ini salah. Aku salah jika menyalahkanmu tentang semua ini. Tuhan menciptakan takdir dan takdir yang bermain di sini. Aku salah.

Pergilah, Sayang, pergilah. Jangan kira aku merelakanmu pergi, selamanya aku tak akan rela. Aku tak akan rela, aku tak akan pernah berhenti mencintaimu. Hanya satu permintaanku, hadirlah di setiap mimpiku, batin Aska di dalam pesawatnya.

Ar dan El memperhatikan Aska. Mereka sangat kasihan melihat Tuannya seperti itu.

***[]

=With(out) You=

Tbc...

Di sini, lapak bebas :v lapak bebas dalam artian, saya menerima SEMUA komentar jelek kalian tentang cerita ini.

Yang ngga suka, boleh komen sekasar kasarnya, boleh tinggalkan, boleh mengkritik dan mengeluarkan unek-unek seputar cerita ini.

Yang punya pikiran mau komen kasar sekasar kasarnya, silahkan, kolom komentar tersedia :v tapi tidak akan saya respon :v saya anggap kalian bicara sendiri wkwkw :v

Yang mengkritik, mari kita bertukar pikiran. Chat aja :v

Salam~


With(out) YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang